ㅡ dia bilang "hey, lets break up"

455 100 7
                                    

pasca pertemuan terakhirnya dengan park jihoon, guanlin masih belum percaya kalau kakak kelasnya itu memutuskan hubungan dengannya, secara sepihak. padahal baru lima bulan, atau, jika ingin spesifik, empat bulan, duapuluh sembilan hari, duapuluh tiga jam, lebih limapuluh lima menit.

cowok kurus dan jangkung itu menatap kosong layar ponsel, yang menampilkan profil whatsapp jihoon. tidak ada foto mereka berdua lagi, tidak ada status lucu dari jihoon lagi.

sakit hati? iya. bisa di bilang guanlin sakit hati, banget malah. sampai dia jadi linglung dan hilang arah begitu.

mungkin jihoon bosan, mungkin guanlin terlampau jatuh, mungkin ada yang lain, dan beratus-ratus posibilitas lain. guanlin tidak mau memikirkannya. putus ya putus. all clear dengan game over. waktunya sudah habis.

bahkan teriakan seonho, sohib sehidup-semati-seperjuangan-nya dari voice note pun tidak bisa membangkitkan semangat seperti biasa (karena biasanya, jika sedang ada masalah, recokan seonho-lah yang membuatnya semangat berbaikan lagi dengan jihoon). hanya didiamkan saja, hanya dibaca, tanpa diputar atau bahkan dibalas.

intinya, secara jahat, jihoon berhasil membuat guanlin seolah kehilangan semangat hidup.

"gue nyamper ke rumah aja kali ya, kangen mama, di kosan ntar yang ada keinget dia," guanlin bergumam, masih menatap kosong foto jihoon yang diam-diam ia ambil lalu cetak dan diselipkan di tumpukan bukunya.

lai guanlin, tujuh belas tahun, akselerasi dan menjajaki bangku akhir sekolah menengah atas, resmi patah hati.

- - -

guanlin baru menyampirkan ranselnya ke bahu, tergesa membuka pintu kosannya, hampir saja menabrak seseorang yang sibuk mengangkut plastik sampah dan lewat di hadapannya.

"dek, astaga, santai!" beruntung, plastik sampah berukuran besar dan penuh yang dibawa orang itu tidak berhamburan.

"waduh kak, sori, nggak liat tadi," guanlin menepuk pelan keningnya, memaksakan cengiran lebarnya. "gue bantuin buang sampahnya ya?"

orang itu, seongwoo hanya mendengus geli. "apalah, nggak usah. kayak gini mah bisa sendiri. lain kali hati-hati, dek. untung cuma gue."

"iya kak, iya."

"lo bawa-bawa tas gini mau kemana?" seongwoo melongokkan kepalanya, menatap heran ransel di pundak guanlin, "pindah?"

"mau balik ke rumah bentar kak, ada urusan."

"oh, hati-hati. kirim salam ya."

"sip."

"ehㅡdek!"

guanlin yang baru tiga langkah maju menoleh ke belakang, sebelah alisnya naik kini, menanti kalimat seongwoo berikutnya.

"ini pintu kamar nggak dikunci?" seongwoo menunjuk pintu kosan guanlin yang masih terbuka sedikit.

guanlin tersenyum kecil, menampar diri sendiri secara imajiner. padahal sudah putus, tapi jihoon masih bisa membuatnya linglung begini.







_
_
_

a lai guanlin x ong seongwoo fanfiction


anyone miss me? ;)

「 [h] luminisensi. 」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang