Musisi Mariachi

220 7 0
                                    

     "Ay-yi-yi, muchacho," ucap sang musisi, membuat Miguel tersentak dari ceritanya.

     "Hah?" sahut Miguel.

     Aku minta sepatu disemir, bukan mendengarkan kisah hidupmu", balasnya sang musisi.

     Oh, ya, maaf." Miguel menunduk dan menyemir sepatu orang itu. Sementara ia bekerja dengan santai sang musisi memetik gitarnya, "Aku tak bisa membicarakan hal semacam ini di rumah, jadi——"

     "Dengar Seandainya aku jadi dirimu? Aku akan langsung mendatangi keluargaku dan berkata, "Hei! Aku musisi. Terimalah kenyataan itu."

     "Aku tak pernah bisa mengatakan itu."

     "Kau musisi SUNGGUHAN, bukan?"

     "Entahlah. Maksudku, aku hanya bermain untuk diriku
sendiri——"

     "Ahh!" raung sang musisi. Apakah Ernesto de la Cruz menjadi musisi terhebat dunia dengan menyembunyikan kepiawaiannya yang begitu indah? Tidak! Dia berjalan ke alun-alun itu dan memainkan musiknya keras-keras!" Sang musisi menunjukkan ke gazebo, di sana terpampang kanvas raksasa bertuliskan PERTUNJUKAN BAKAT. "Ah! Mira, Mira! Lihat, lihat! Mereka mengadakan nanti malam Kompetisi musik untuk Dia de los Muertos. Kau ingin menjadi seperti pahlawanmu? Kau harus mendaftar !"

     "Uh-uh——keluarga bisa marah besar," ujar Miguel.

     "Begini, jika kau terlalu takut, maka, yah, nikmati saja membuat sepatu." Sang musisi mengangkat bahu. "Ayolah, apa yang Ernesto de la Cruz selalu katakan?

     "Raih kesempatanmu'?" tanya Miguel.

     Sang musisi menatap Miguel, lalu menyodorkan gitarnya. "Tunjukkan kemampuanmu padaku, muchacho aku akan menjadi  pendegar pertamamu."

     "Alis Miguel terangkat. Sang pemain mariachi sungguh ingin mendengarnya bermain gitar? Ia mengerling ke jalan, memastikan tak ada satupun anggota keluarganya di sana. Ia meraih gitar itu. Begitu gitar itu ada dalam pelukannya,  Miguel merentangkan jemari ke deretan senar, bersiap memetik suatu chord, lalu——"Miguel!" seru suara yang sangat dikenalnya.

     Miguel terkesiap dan melempar gitar itu kembali ke pangkuan sang pemain mariachi. Abuelita berderap ke arahnya. Tio Berto dan Prima Rosa mengikutinya dengan belanjaan dari pasar.

     "Abuelita!" seru Miguel.

    "Apa yang kau lakukan disini?" tanyanya.

     "Um...uh..., "Miguel tergagap, buru-buru mengemasi kain lap dan semirnya. Abuelita tidak menunggu jawaban Miguel. Ia bergerak cepat ke arah sama musisi mariachi dan menyerangnya dengan sepatu. "Jangan ganggu cucuku!"

     "Dona, tolong——aku hanya minta sepatuku disemir!"

"Aku tahu akal-akalanmu, mariachi!" Ia mendelik pada Miguel. "Apa yang dia katakan padamu?"

     "Dia hanya menunjukkan gitarnya padaku," jawab Miguel malu-malu. Keluarganya terkesiap.

     "Memalukan!" bentak Tio Berto. Sepatu Abuelita diarahkan tepat ke antara kedua mata sang musisi.

     "Cucuku adalah angelito querido cielito yang
manis——dia tak ingin ambil bagian sedikitpun dalam musikmu, mariachi! Jangan dekati dia!" ancam Abuelita. Miguel tidak begitu yakin apakah ia memang malaikat kecil dari surga seperti yang dikatakan abuelita-nya, tapi ia takkan berdebat saat neneknya mencengkeram sepatunya seperti itu.

     Sang musisi melarikan diri, memakai topinya sebelum pergi. Miguel menatap penuh kesal dari balik bahu abuelita-nya.

     "Ay, pobrecito——anak malang!" Abuelita memeluk cucunya dengan protektif. "Estas bien m' ijo? Kau baik-baik saja, Nak?" Miguel mengap-mengap  kehabisan napas. "Kau tahu sebaiknya kau tidak ke sini! Ayo pulang. Sekarang!" perintah Abuelita, dan berbalik meninggalkan tempat itu.

     Miguel mendesah dan mengambil kotak semirnya. Ia melihat selembaran pertunjukan bakat di alun-alun itu tergeletak di tanah. Tanpa sepengetahuan Abuelita-nya, ia menyambut lebaran itu dan mengantonginya.


CocoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang