Ayo kita mulai cerita ini dengan adegan paling klise sedunia: pukul tujuh pagi ponsel di atas nakas secara otomatis memutar lagu Feel Right dari Mark Ronson feat Mystikal untuk memaksa pemiliknya bangun dari tidur. Sebuah tangan meraba-raba dari balik selimut untuk mematikan lagu berisik itu, tentu saja. Toh, tangannya sudah tahu bagaimana cara mematikan benda sialan itu—
Tunggu. Slide ke samping tidak bisa mematikan benda sialan itu.
Akhirnya pemilik tangan itu menyembulkan kepalanya dari balik selimut untuk langsung meraih ponselnya. Tangannya mematung ketika menatap ponsel yang asing untuknya. Gosh, ia melongo, sejak kapan aku punya ponsel semahal ini?
Kemudian otak leletnya terbangun dan ia menyadari banyak hal; kamar bertema moka yang sekarang ia tempati jelas-jelas asing. Kasur yang ia duduki terlalu nyaman untuk asrama murah yang ia tinggali. Tidak ada jejak komik dan figurine favoritnya dalam ruangan itu. Apakah tadi malam ia mabuk dan sekarang tidur di rumah orang asing? Tetapi seingatnya tadi malam...
Silau lampu mobil yang mendekat dengan kecepatan penuh tiba-tiba melintas di benaknya, membuatnya sakit kepala.
"Ai'oon?" ia menangkap sosok seorang pria keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil dan hanya menggunakan boxer pendek untuk menutupi bagian perut ke bawah—kepalanya terlalu sakit untuk fokus pada enam kotak di perutnya jadi mari kita bicarakan itu lain kali, "belum ingin bangun? Kau bisa terlambat—Kak Arthit? You okay?"
Ia mengerjap saat pria itu langsung berlari ke sisi untuk menangkup kedua pipinya. Arthit hampir tak mempercayai penglihatannya. Orang ini... ia entah mengapa terlihat lebih tua beberapa tahun tetapi tentu saja Arthit mengenalnya. Junior yang paling ia benci, "Kongpob?!"
Sepertinya pria itu, Kongpob, menyadari intonasi keras dari Arthit saat menyebut namanya. Membuatnya menurunkan tangannya dengan canggung. Kongpob menghela nafas panjang dan segera mundur untuk membuat jarak.
"Apa yang kau lakukan di sini?!" tanya Arthit hampir histeris, "apa ini kamarmu—tunggu!" Arthit langsung mengintip tubuhnya sendiri yang masih tersembunyi di balik selimut dan lidahnya tak sanggup mengucapkan sumpah serapah yang tadi sudah berada di ujung tenggorokan ketika ia sadar bahwa ia tidak menggunakan kain sehelai pun, "kau--?! Apa yang kau lakukan?! Apa yang kita lakukan?!"
"Kak Arthit," Kongpob berusaha menenangkannya yang mulai panik dengan mencengkram lengan atasnya, "dengarkan aku—Arthit, fokus!" bentakan ringan itu membuat Arthit berhenti histeris—hei! Kenapa aku menurut saja saat diperintah oleh junior brengsek ini?! "aku tidak akan menjelaskan apapun pada kakak. Buka folder watch me di ponsel kakak dan tonton semua videonya berurutan. Kakak akan mengerti."
"Hah?"
Kongpob melepaskan cengkramannya setelah sebelumnya mengusap lembut, "aku menunggu di luar." Dan ia memberikan senyum tipis sebelum akhirnya pergi ke luar kamar.
Arthit menatap ponselnya kebingungan. Haruskah ia menuruti kata-kata Kongpob? Tetapi ia benar-benar tidak mengingat apapun tentang kejadian kemarin. Dengan ragu ia menggeser layar ponselnya ke samping dan mencari folder yang dikatakan si junior. Di dalamnya ada banyak sekali video dengan tanggal sebagai judulnya hingga Arthit bingung harus membuka yang mana terlebih dahulu.
Oke. Berurutan. Maka Arthit memutar video paling bawah yang bertuliskan 100317.
Arthit hampir melempar ponselnya ketika tiba-tiba wajahnya sendiri muncul dengan suara mengagetkan, "Boo! Kalau kau kaget, berarti kau Arthit. Kalau kau tidak kaget, tolong matikan video ini dan berhenti mengintip ponsel orang lain. Itu termasuk kau, Kongpob Sutthilak. Berhentilah! Aku bersumpah aku tidak punya koleksi video porno!" Arthit bisa mendengar gelak tawa orang lain di balik kamera—tawa itu familiar, Kongpob? "Halo, Arthit! Aku Arthit. Sekarang tanggal 10 Maret 2017."
YOU ARE READING
Anterograde
Short Story[end] "Well, apa yang menurutmu akan kau lakukan jika tiba-tiba kau bangun dari tidur di sebuah tempat asing dan mendapati kenyataan bahwa orang yang paling kau benci di dunia ini ternyata suamimu? Aku bahkan tidak yakin sejak kapan aku gay!" - Arth...