Makan Malam Penting

0 0 0
                                    

Aku (Nk). Emmm, aku adalah anak pengusaha. Ya walau tak begitu besar perusahaan keluargaku, tapi aku sudah cukup beruntung kan?

Aku ini anak bungsu, dan kakakku adalah choi siwon. Oppa yang paling baik dalam menjagaku. Paling perhatian dan dia lah segalanya bagiku. Dia penganti kedua orangtuaku saat mereka sibuk. Aku tak pernah menutut mereka, tapi terkadang mereka suka berlebihan. Itu mebuatku di ejek anak manja.

Aku lebih suka di dalam kamar membaca novel seharian dan belajar sebentar. Hidupku hanya untuk berdiam di dalam kamar. Kalau koleksi novelku habis barulah aku keluar kamar. Membosankan ya? Tapi itu menyenangkan bagiku.

"(NK)-ya, aku dapat telepon dari eomma. Kita di suruh mandi dan bersiap." suara dari luar pintu kamarku membuatku berhenti membaca novel baruku.

"Untuk apa oppa?" aku berjalan ke arah pintu dan membuka pintu kamarku yanh segaja aku kunci agar tak di gangu kakakku yang terkadang jahil saat aku fokus membaca.

"Makan malam keluarga, entah aku merasa agak ketakutan. Sedikit ketakutan. Ini terasa berbeda. Aku..."

Hugs,

"Tenanglah oppa, ini hanya makan malam keluarga. Jangan terlalu berlebihan oppa. Siwon oppaku kok jadi cengeng ya.... Kkkkk..." aku tersenyum ke arahnya. Tapi dia tetap saja hawatir. Senyum-ku pun mulai luntur juga.

"Siwon oppa," protesku agak tidak terima karena dia tidak menangapi ejekanku.

"Kali ini aku serius (NK)-ya," dia pergi begitu saja dari hadapanku dengan muka lesunya. Aku mulai ikut hawatir.

Apa benar ada sesuatu di makan malam keluarga ini? Tapi apa? Apa yang special dari makan malan ini? Aku takut firasat oppa benar.

"Ahhh, aku harus bersiap segera. Aku tidak boleh membuat oppa terlambat." aku pun berjalan ke kamar mandiku dengan malas.

-0-0-0-0-0-0-
"Siwon oppa, ayolah berhenti cemberut." bujukku kepada oppaku yang tampan ini.

"Tidak bisa," jawabnya tak bersemangat.

"Sebenarnya apa yang oppa takutkan dari makan malam ini? Kenapa oppa berubah drastis? Oppa tak seperti biasanya. Ini terlalu over oppa," ucapku sambil cemberut. Aku sunguh tak suka melihat oppaku sedih seperti ini.

Biasanya oppa yang menghiburku sampai aku kembali tersenyum. Dan mudah bagiku kembali tersenyum jika oppa yang mengodaku. Tapi kenapa oppa sangat sulit?

"Ahhh, (NK)-ya! Ayo kita jalan berdua? Emmm, kita, kita ke ke ke pantai. Bagaimana?" entah kenapa siwon oppa berubah. Dia seperti orang gila yang mentalnya tergangu. Itu membuatku risih.

"Oppa, aku mau makan. Hanya itu," ucapku mulai hati-hai ini pertama kalinya aku melihatnya seperti ini. Aku harus bertemu eomma.

"Baiklah... Mari kita makan ramyeon di rumah saja," ucapnya sambil tersenyum aneh.

"To tolong berhenti sebentar oppa," ucapku sambil perlahan melepas sepatu high heals-ku.

Siwon oppa menepikan mobilnya.

Brakk...!!!

Tap, tap, tap, tap,

Aku berlari sekuat tenaga melewati gang-gang sempit perumahan di samping jalan itu.

"(NK)-ya!!!! Eodiso?? Yakkk!!! Jebal... Kembali (NK)-ya... Chaebal..." aku dapat mendengar pangilannya yang parau itu. Sebenarnya apa yang nembuat oppa jadi gila seperti ini? Aku takut.

Aku terus berlari menghindari oppa dan terus berlari secepat mungkin ke arah resto yang di bicarakan eomma di pesan singkatku tadi.

Untung aku sempat bertanya lokasi makan malamnya kepada eomma. Aku harap oppa akan lebih baik. Jika oppa tak bisa datang aku harus datang kan? Minimal ini akam terasa lebih baik.

-0-0-0-0-0-0-0-0-0-

Aku sudah sampai, sentar.

Itu,
Itu,
Itu siwon oppa. Dia, menungu di depan pintu restoran. Sepertinya dia benar-benar ingin mencegahku masuk. Sebenarnya ada apa dengan oppaku? Hari ini dia sangatlah berbeda.

"(Nk)-ya oppa tak mau kau terbelungu. Aku ingin kau bebas, aku ingin kau tak sepertiku. Aku ingin kau bahagia. Aku rela menderita asalkan mereka mengizinkanmu memilih sesuai kata hatimu." gumaman itu membuatku sedikit sedih. Dialah kakakku, kakak yang selalu menjagaku. My oppa.

Oppa, aku juga ingin menjadi anak penurut dan di bangakan orangtua kita. Berhenti melindungiku agar aku bisa bediri sendiri. Aku tahu kau menyayangiku. Tapi kasih sayangmu semakin lama semakin membuatku maja dan tak bisa melalukan apapun sendiri.

"Permisih, ada pintu lain selain pintu utama?" aku menghentikan seorang pelayan yang kebetulan saja ada di dekatku.

"Mari ikuti saya," dengan mudahnya aku mendapat akses lain menuju restoran itu. Semoga ini akan menjadi hal yang baik. Aku percaya ini hal yang baik.

"Anda pasti nona (Nk) ya? Nona sudah di tunggu ayah dan ibu nona." aku menatapnya cukup terkejut. Ini seolah sudah di ketahui eomma dan appa jika oppa tak akan membiarkanku masuk kedalam. Sampai mereka merencanakan hal ini. Sebenarnya ada apa?

"Silahkan masuk nona," dia membuka pintu dari salah satu ruangan resto untuk acara pribadi.

Dengan ragu aku masuk ke sana, aku melihat mereka. Appa dan eomma sedang asik mengobrol dengan dua pasang suami istri yang hampir seumuran dengan eomma dan appa.

Dan satu orang pria cukup muda duduk di sebelah orang yang tidak aku kenal tadi.

"Ahhh, (Nk)-ya, akhirnya kau datang juga nak. Appa sudah menungu lama." appa tersenyum bahagia ke arahku.

Eomma melambaikan tangan untuk mengisyaratkan agar aku datang kepadanya. Akuoun duduk di sebelah eomma.

"Apa oppa mu datang?" tanya eomma sambil memeluk bahuku. Seolah ia ingin menunjukkan bahwa aku ini anak kesayangnya.

"Emmm,"

"Dia sibuk kan? Sudahlah siwon memang begitu. Nanti saat perbikahan dia pasti akan mengambil cuti. Ini kan masih pertunangan." mataku melotot saat aku mendengar perkataan appaku. Apa aku tidak salah dengan? Pertunangan? Menikah? Apa ini drama tivi? Atau sejenisnya? Oppa, apa ini yang kau maksud?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 17, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Berjodoh/DijodohkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang