A/N : Cerita murni dari hasil pemikiran saya. Jika ada kesamaan pada jalan cerita, waktu, dan tempat. Itu adalah sebuah ketidak sengajaan.
Warning : AU. OOC. Typos bertebaran. Alur gaje. Oneshoot.
So ... DLDR.
Happy reading...
Tokyo - 20 Januari 20XX
Aku termenung di balik jendela kaca yang berembun ditimpa air hujan. Kupandangi ke arah langit yang masih mendung usai menumpahkan ribuan titik air. Rinai hujan yang menari-nari beberapa jam lalu kini berhenti terganti tetesan-tetesan yang turun dengan lambat.
Aku menghela nafas berkali-kali ketika mengingat memori pedih yang terjadi dalam dua bulan lalu. Aku merasakan kehampaan yang begitu kentara setelah menerima sepucuk undangan yang ia kirimkan melalui salah satu kurir jasa pengantar barang.
Kenapa ia tak mengantarkan undangan langsung ke hadapanku? Begitu sangat membenci'kah dia terhadap diriku? Semua masih menjadi misteri bagiku. Karena dia pergi tanpa penjelasan sedikitpun.
Air mata yang kering beberapa saat lalu kembali turun dari kedua bola mataku. Selalu begini. Setiap kali otakku memutar kenangan bersamanya, semua rasa sakit yang berusaha aku kubur muncul kepermukaan. Rasa sesak mengisi paru-paruku. Susah payah aku menelan ludah, seakan sebongkah batu mengganjal di tenggorokanku. Membuat isakanku lolos dengan tersendat.
Perasaanku kacau. Pahit aku terima saat menelan kekecewaan yang ia berikan. Aku menyandarkan kepala di kusen jendela. Air hujan yang sudah menipis, kini bertambah deras bersama air mataku yang turun menganak sungai pada kedua pipiku yang mulai tirus. Semua yang aku lakukan terasa hampa. Makanan lezatpun kupandang dengan tak selera.
Konoha resident - 21 February 20XX
Aku berjalan santai di sekitar jalanan komplek perumahan tempat aku tinggal. Aku berencana untuk olah raga pagi hari ini. Ino mengirim pesan agar bertemu di taman komplek yang memang akan diadakan kegiatan senam pagi pada setiap minggunya.
Aku memakai legging hitam dengan garis pink pada kedua sisi paha luar, dipadukan tank-top hitam dan jaket berwarna soft pink senada dengan warna rambutku yang aku gelung dengan berantakan.
Sambil berjalan menuju taman, sesekali aku bersenandung mengikuti lagu yang terdengar dari headset yang terhubung dengan mp3 yang aku taruh di dalam kantung jaket.
Saat sudah di taman aku berkeliling mencari Ino yang tidak ada di tampat kami janjian. Sesekali aku membalas sapaan warga komplek untukku, lalu melemparkan senyuman semanis dan sesopan mungkin kepada mereka.
Aku menemukan Ino sedang menenggak minuman yang ia bawa di dalam botol minum ungunya di bawah pohon apel yang sudah tua. Ia tidak melihatku. Innerku memunculkan tanduknya. Aku berjalan mendekat dengan mengendap karena ingin mengejutkannya.
Tepat kedua tanganku hampir menyentuh bahu Ino. Seseorang muncul dan membuat jantungku seketika berhenti berdetak sesaat dan berdetak cepat setelahnya.
"Sakura?" Ia menatapku dengan heran, karena aku hanya bergeming dalam beberapa saat.
"Sakura?"
Aku berkedip dua kali. Lalu memasang senyum canggung untuknya. "Hai, Gaara."
"Hai, juga." Ia melempar senyum menawannya padaku. Memunculkan denyutan-denyutan sakit di hati, seperti tertusuk puluhan jarum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken
Teen Fiction__cerita kedua__ ~Jika hidup bersamamu hanya ada dalam mimpiku. ~Maka biarkan aku terus bermimpi. ~Jika memilikimu hanya ada dalam anganku. ~Maka biarkan aku tenggelam dalam dunia imajinasi. ~Jika sulit untuk memberi hatimu. ~Maka biarkan perasaan...