Hello reader!!
Berhubung gw hanya ngeshare 'My Best Mistakes' seminggu sekali jadi gw ngeshare cerita lain aja dulu ya, ini one shoot ko. Sebenernya ini buatan temen gw yang emang sengaja buat gw, jadi gw share aja di sini. Tenang aja gw udah ijin untuk ngeshare cerita dia di sini. So, enjoy guys ! Sorry for many typos (:
****
Angin Desember berhembus kencang, dinginnya malam begitu menusuk hingga ke tulang. Tiffany clark berjalan menyusuri pelataran toko-toko di sekitar Bahamas. Tak ada syal, sweater, ataupun coat tebal yang melapisi tubuh mungilnya, hanya selapis kaos putih tipis dan jeans biru muda yang membalut tubuhnya.
Dingin ?
Ia tak bisa merasakan apapun sekarang. Semua saraf tubuhnya terasa lumpuh. Dinginnya angin yang berhembus tidak terasa sama sekali. Tak ada yang terasa, selain sakit yang bersarang di hatinya.
"Clark!!"
Fanny mempercepat langkah kakinya, ia tidak berniat sama sekali untuk menghiraukan pemilik suara yang memanggilnya. Tidak, ia tidak ingin bertemu dengan laki-laki itu. Tidak untuk sekarang.
"Clark !! Please-" lengan laki-laki itu menarik pergelangan tangan gadis di depannya
"Stop disturb me, Dyfan ! I don't need your reason !!" Bentak Fanny pada Dyfan
Dyfan tertegun saat melihat air mata mengalir dari mata coklat itu. Lidahnya kelu, semua penjelasan yang ada terasa tertahan dan tak bisa keluar sama sekali. He is a bad guy, cause he make his girl cry.
"Fanny" lirih Dyfan. Fanny menggeleng kepalanya kuat. Tidak dia tidak akan luluh pada panggilan itu lagi. Kalau dulu ia akan langsung memeluk laki-laki itu saat Dyfan memanggilnya Fanny. Tapi tidak untuk kali ini. Hatinya terlalu sakit saat melihat Dyfan menyium California Girl itu. Tanpa paksa, bahkan ia terlihat bahagia.
"Fanny, please. Don't get wrong with that. It's not like what you think."
Fanny tersenyum meremehkan saat melihat Dyfan memohon di hadapannya, semuanya terasa begitu palsu. Tak ada keinginannya untuk percaya lagi. Berapa kali Dyfan menyakitinya ?
"Maaf, tapi semua sudah terlanjur. Aku terlalu takut untuk mempercayaimu lagi."
Tidak, bukan itu yang Dyfan harapkan. Ini benar-benar salah paham. Ia dan california girl itu tidak berciuman karena cinta. Tapi karena akting. Ia harus menolong gadis itu dari terror mantannya dan satu-satunya cara adalah berpura-pura menjadi kekasihnya.
Dyfan menghela nafasnya berat. Ia terlanjur menyakiti gadis yang ia cintai meskipun itu hanya salah paham. Hatinya terasa sakit melihat gadis yang ia cintai tersakiti. Dyfan meraih tangan Fanny lalu menggenggamnya.
"Fanny, im sorry for everything i've done. But you should know, that i love you more than you ever know."
Dyfan terdiam menunggu reaksi Fanny sampai ia mendengar suara isakan,
"Fan, are you okay ?" Tanya Dyfan. Raut wajahnya menunjukkan kekhawatiran yang sangat besar.
"Fa--"
"Stupid!stupid!stupid!!stupid Dyfan!! I hate you !! Hate you !! So much !!" Dyfan tersenyum kecil melihat Fanny mengutuknya. Well, itu lebih baik daripada tadi. Lebih baik Fanny marah-marah padanya dibanding Fanny menangis.
"Stop crying, baby." Dyfan merengkuh Fanny ke dalam pelukannya dengan senyuman tipis yang menghiasi wajahnya.
"Shhkk.. I hate you, Dyfan." Bisik Fanny
Fanny membenamkan wajahnya di dada Dyfan. Rasa hangat itu menjalar ke sekujur tubuh keduanya. Hangat. Nyaman. Aman. Damai. Semuanya bercampur menjadi satu. Fanny tersenyum disela-sela pelukan mereka.
Hell, dia benar-benar tidak pedulu kalau Dyfan mencium gadis lain. Dia hanya peduli kalau Dyfan benar-benar mencintainya. Fanny percaya pada ketulusan laki-laki itu.
"So, you have forgive me right ?" Goda Dyfan
Fanny memukul punggung Dyfan pelan. Bibirnya mengeluarkan tawa renyah.
"What if i say no ?" Dyfan mengeratkan pelukan mereka. Lalu ia mendekatkan bibirnya ke telinga Fanny.
"Then i will kiss you." Fanny mendorong badan Dyfan menjauh. Ia menatap Dyfan kesal dengan pipinya yang memerah.
"I love the way your face blushing." Fanny menutup wajahnya dengan kedua tangannya berusaha menyembunyikan seburat merah yang menjalar di pipinya. Damn for the blushing !
"Eh ?" Fanny membuka tangannya saat merasakan sesuatu yang hangat di tubuhnya. Dyfan tersenyum meratap Dyfan sambil memakaikannya jaket tebal.
"Thanks"
"Seharusnya kamu tidak melupakan kenyataan bahwa sekarang musim dingin, Fan"
Fanny hanya tersenyum dan balas menatap Dyfan. Dyfan melepas syal yang melilit di lehernya dan memakaikannya pada Fanny.
"I love you, Fan"
Cup! Sebuah kecupan ringan mendarat di bibir plum Fanny,
Blush..
"Apa aku udah bilang kalau kamu cantik saat blushing ?"
"Dyfaaannn !!!!"
***
Cr: Kaippucino
YOU ARE READING
Trust You (One-Shoot)
Teen FictionA relationship will crumble if there's no trust in each other