20

70 7 0
                                    

Ketika
Mataku, terarah pada satu tujuan. Hatiku, tertuju pada satu kepastian.

Dan cintaku,
Terlukis dalam satu kebahagiaan. Rasanya, ingin ku ulas dengan banyak senyuman. Menatap seukir senyum dari bibirmu, itu yang aku inginkan. Namun senyum itu, tak bisa aku dapatkan.

Mengapa
Karena, aku tidak ingin ada kebohongan yang memaksamu, untuk memberikan suatu bentuk senyum kepalsuan. Namun, awal aku melihat matamu, aku merasakan sebuah rasa yang terserat.

Apakah itu cinta?
Atau justru sebuah luka?
Ataukah suatu rahasia,
Yang akan aku dapatkan nantinya. Menantikan kepastianmu, sangat sulit rasanya hingga aku merasa lelah. Lelah dengan penantian, yang tak kunjung memberi kepastian. Lelah dengan hati mu, yang tak kunjung menerima ketulusan. Lelah dengan akhir dari cerita cinta ini, yang hanya memberi setiap goresan luka. Meninggalkan banyak kenangan indah yang tidak pernah diperdulikan.

Apakah cinta ini membuat mu terusik?
Apakah rasa ini tak menarik?
Apakah sayang ini membuatmu tak kunjung kembali pada satu hati?
Aku tak mengerti. Saat ketulusanku, telah kamu sia-siakan. Dan ketika aku lelah, aku bersedia untuk pergi. Pergi dan tak kembali. Pada sebuah rasa yang hampir mati.

Diammu...
Seolah menjadi sebuah teka-teki
Tatapanmu...
Seolah menyiratkan sesuatu, yang ingin kamu sampaikan.
Bicaramu...
Seolah memberi pertanda, bahwa kamu sebenarnya tak ingin adanya kata kehilangan. Namun aku bisa apa?
Cara tulusku untuk meluluhkanmu saja, itu tak cukup mampu. Dan berbagai cara yang aku lakukan, justru membuatmu pergi menjauh. Kini, kita saling memendam rasa, yang terlapis oleh kabut kebencian. Ada kalanya kita jauh dan berjarak. Aku tahu kamu tidak menginginkan itu, justru mereka yang tak ingin kita bersatu. Kini.. Cinta, rasa, dan sebuah rahasia, telah hanyut oleh waktu. Waktu yang kian menampakan hasil, hasil dari penantian sang luka. Dikala senja tiba, waktu yang akan menjawabnya.

QOUTES FOR METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang