Lembar 2

389 62 28
                                    

"A flower cannot blossom without sunshine, and one cannot live without love. Like me who cannot live without you, Bae Jinyoung."

.
.
.

Park JihoonWinter 2017

.
.
.

Senja menjadi latar yang manis untuknya. Semilir angin yang menghempas helaian rambutnya membuat kedua sudut bibirku kian mengembang. Raut serius dengan rahang tegas, mata tajam yang memandang lurus ke arah buku setebal 7 cm, hidung mancung yang sedikit memerah karena musim dingin telah tiba, serta bibir ranum yang sibuk menggumamkan Periplaneta Americana, Bubalus Quarles, Taenia Saginata, dan teman-temannya yang tidak aku mengerti, Bae Jinyoung terlihat sangat tampan jika sedang belajar. Karena itu aku senang menemaninya belajar.

Jinyoung menghela napas setelah berhenti mengencani buku Sains. Setelahnya pandangan kita bertemu. Dia membalas senyumku seraya mengusak pucuk kepalaku.

"Kita pulang?"

Aku mengangguk. Kemudian dia menyimpan buku-bukunya ke dalam tas, lalu berdiri dan mengulurkan tangannya padaku.

"Jihoongie mau gendong!"

Dia tertawa sembari menggelengkan kepala. Sedangkan aku sudah merengut karena tidak mendapatkan apa yang aku inginkan.

"Jangan mulai, by."

"Jihoonie capek tau! Jinyoungie lama belajarnya! Tanggung jawab!"

"Kan aku gak minta kamu tungguin?"

"Kalau gak ditungguin nanti banyak yang genitin kamu, Bae!"

Jinyoung tertawa. Keras sekali. Beruntung penjaga perpustakaan sudah pulang dari 15 menit lalu (dan menyuruh Jinyoung-ku mengunci perpustakaan ckck), sehingga tak akan ada yang menegur keributan kami berdua.

"Jangan ketawa!"

Sialnya, Jinyoung tidak mendengar perkataanku. Dia masih sibuk menertawakan kekasihnya sendiri. Cih menyebalkan.

"Jinyoung!"

Masih. Dia masih tertawa.

"Yaudah, aku pulang minta jemput Woojin aja deh! Kesel!"

Kuhentakkan kakiku sebelum melangkah pergi meninggalkannya. Namun, baru beberapa langkah, sebuah tangan melingkar erat di leherku. Iya, Jinyoung memelukku, membuat langkahku terhenti.

"Maafin aku, by. Aku lebih suka jalan sambil gandengan tangan sama kamu, daripada gendong kamu sampe parkiran—"

"—habisnya kamu berat."

"Ih nyebelin! Kamu ngerusak momen romantis kita tau gak?!"

Kembali. Tawa Jinyoung meledak.






🍁🍁🍁






Hari minggu. Libur. Jika biasanya aku masih bergelung dalam selimut, kali ini berbeda. Setelah memaksa mama membuatkan nasi goreng kesukaan Jinyoung, maka di sinilah aku sekarang. Ya, berdiri di depan apartment Jinyoung.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 12, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kisah Kita [ BJY × PJH ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang