-4

74 21 9
                                    


Hari ini, 27 Juni adalah hari peringatan kematian kedua orang tuaku. Sebuah kecelakaan yang terjadi karena kelalaian dalam berkendara oleh kedua orang tuaku sendiri.

Kedua orang tuaku meninggal ditempat.

Sejak saat itu, aku memilih untuk keluar dari Universitas tempat aku menuntut ilmu. Mengingat disini tidak ada keberadaan kedua orang tuaku, aku harus menggantikan peran ayahku dalam mencari nafkah dan peran ibuku dalam mengurus pekerjaan rumah.

Semua kulakukan demi kedua adikku.

_____


Aku merasa kasihan terhadap kedua adikku, mereka harus merasakan hidup susah diusianya. Adikku yang pertama masih duduk dibangku SMP kelas 1 dan adikku yang kedua duduk dibangku SD kelas 6.

Aku harus bangun pagi, menyiapkan sarapan, mengantar kedua adikku ke sekolah, lalu aku bekerja mengantarkan koran pagi ke rumah warga, siang hingga sore bekerja di toko bunga, menjemput adik-adikku dari sekolah, mengantarkan mereka pulang, membuatkan makan malam, berangkat ke supermarket untuk bekerja shift malam hingga subuh.

Kira-kira, seperti itulah rutinitasku setiap hari tidak terhitung hari minggu.

Aku hidup dengan ekonomi pas-pasan. Aku dapat membiayai diri sendiri, adik-adikku dan semua kebutuhan rumah.

Tapi tak apa, aku cukup senang. Meningat ini hasil jerih payahku dan dengan kerja yang jujur dan bersih.

_____

Adik pertamaku yang beberapa hari lagi ulang tahun, memohon agar kita bertiga dapat merayakan ulang tahunnya walau hanya dengan 1 slice  kue dan 1 lilin kecil. Adikku yang kedua, sudah berkata padanya agar ulang tahunnya tidak dirayakan saja, mengingat ekonomi kami saat ini tidak baik. Tapi, adikku yang pertama tetap bersikeras akan permintaannya dan memang adikku yang kedua memiliki kepribadian lebih dewasa dari adikku yang pertama.

Aku tersenyum dan menyanggupi permintaannya.

Malam ini, aku bekerja shift malam seperti biasanya. Aku bosan, berharap ada pengunjung yang datang di tengah malam ini.

Dan benar saja, seorang pria yang sepertinya seumuran denganku datang. Aku mengucapkan 'selamat datang'  sebagai seorang kasir. Dia mengelilingi rak-rak mencari sesuatu. Aku menghampirinya dan bertanya dengan sopan untuk membantunya. Pria itu tersenyum ramah dan menggeleng, yang artinya ia menolak dan memilih untuk mencarinya sendiri.

Aku memperhatikannya dari jauh. Dilihat dari penampilannya, sepertinya ia adalah orang dari keluarga kaya.

Tiba-tiba, ia merogoh sesuatu dari saku celananya. Sebuah telfon genggam. Ia berbicara dengan seseorang diseberang sambil berjalan keluar supermarket dengan tergesa gesa.

_____

Jam shift malamku telah usai, aku bersiap siap untuk kembali pulang dengan cepat dan beristirahat. Karna aku hanya mendapat waktu tidur 4-5 jam saja. Ekor mataku menangkap sesuatu dilantai. Sebuah dompet berwarna coklat yang berkesan vintage, tergeletak dilantai didekat rak bagian ketiga.

Aku mengambil dompet itu dan membukanya. Tentu saja dugaanku benar, itu milik satu-satunya pengunjung yang datang tadi malam. Itu kuketahui berkat kartu tanda pengenal yang ada didalam dompet itu.

Untuk beberapa detik, aku tergiur dengan uang yang ada didalamnya. Tetapi, aku memutuskan untuk mengembalikannya setelah mengantar kedua adikku kesekolah. Kupikir sedikit terlambat mengantar koran tak apa.

_____

Disinilah aku berdiri, didepan sebuah mansion dengan design modern. Dugaanku benar, bahwa pria ini berasal dari keluarga kaya, hanya dengan melihat nama jalan tempat tinggalnya melalui kartu tanda pengenalnya.

Gangnam street adalah perkumpulan tempat tinggal keluarga kaya raya dan konglomerat.

Dengan ragu, aku mendekati mansion itu. Aku diantar kedepan pintu masuk oleh security yang sedang berjaga didepan pintu gerbang mansion tersebut, setelah kuberitau alasan kedatanganku.

Saat berjalan, aku sedikit bertanya tentang latar berlakang pria pemilik dompet tersebut. Ternyata, pria itu adalah generasi ketiga dari sebuah keluarga konglomerat. Pemilik perusahaan yang sedang ada dimasa jayanya, "SM GROUP".

Tak berselang lama, pria yang kemarin aku temui datang dengan mata berbinar, berterima kasih padaku. Pria itu mengatakan bahwa ia ingin mentraktirku makan di sebuah restaurant sebagai rasa terima kasihnya.

Aku menolak dengan sopan. Pria berperawakan jangkung tersebut menunjukkan ekspresi sedihnya dan bertanya alasanku menolak.

Untuk menjawabnya, aku bercerita sedikit tentang kehidupanku hingga aku yang harus lanjut bekerja lebih giat agar bisa merayakan ulang tahun adikku yang pertama. Pria itu mengusulkan tawaran lain, ia bersedia merayakan  ulang tahun adikku disebuah restaurant milik kakaknya.

Aku menerima tawarannya.

_____

Hari ini, kulihat adik pertamaku tersenyum bahagia dapat merayakan ulang tahunnya. Pria itu ternyata sangat ramah dan menyukai anak kecil. Kedua adikku cepat akrab dengan pria itu, mereka bercanda gurau. Melihat interaksi mereka bertiga, aku tersenyum hangat. Dan aku sangat berterimakasih atas apa yang pria itu lakukan.

Pria itu, Lucas.

_____

TBC

Terimakasih bagi yang sudah membaca^^
1 Vote dan comment kalian sangat berarti^^

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 25, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lucas.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang