Prolog

10 6 0
                                    

Dua orang Perawat rumah sakit membuka pintu ruangan VVIP itu dengan sangat hati-hati.

Perawat yang satunya sedang menggendong bayi yang sudah di selimuti kain hangat.

Sepasang suami istri pun terlihat bahagia melihat kehadiran Perawat yang membawa seorang bayi kecil. Lebih tepatnya bayi perempuan cantik mereka.

Seorang Ibu langsung berusaha duduk dia atas kasur itu. Perawat memberikan bayi itu kepada seorang Ibu itu. Perawat pun kembali pergi. Ibu itu pun menggendong bayi kecilnya dalam pelukan hangatnya.

"Lihat Pah, anak aku lucu sekali bukan?" Seorang Ibu terlihat sangat bahagia atas kelahiran putrinya yang cantik. Walaupun begitu, dia sempat menggoda Suaminya itu.

"Hani, itu bukan hanya anakmu. Ini anakku juga Hani sayang." Pria yang terlihat sangat bahagia itu membalas ucapan dari istrinya Hani.

Hani terus saja menggendong bayinya itu dalam pelukan hangatnya. Hani masih terlihat lemah dan masih duduk di kasur tempat perawatan, dan suaminya pun duduk bersama Hani dan mulai memandangi putri kecilnya itu.

"Tepatnya anak kita." Ucap seorang Ibu yang bernama Hani itu sembari mengecup kening sang bayi.

Bayi itu terlihat tersenyum karena mulai merasakan kasih sayang yang hangat. Bayi itu sedikit membuka matanya sehingga bisa terlihat matanya yang indah itu.

"Sayang lihat! Dia tersenyum." Ucap Pria yang bernama Feri dengan senang yang menggebu gebu di hatinya karena bahagia melihat buah hatinya tersenyum.

"Apa kau lihat mata indahnya? Dia bermata indah seperti ku. Aku yakin dia akan cantik sepertiku." Hani terlihat bangga terhadap putrinya itu.

"Ya, kau sangat cantik Hani. Dia akan sepertimu." Feri memandangi buah hatinya yang terlihat cantik.

Tiba tiba Hani memberikan bayinya itu kepada Feri, dan Feri dengan sigap langsung merengkuh bayi itu dalam pelukannya.

"Dia tersenyum karena merasakan hangat kasih sayangku." Hani tersenyum tipis sembari terus memandangi putrinya.

"Dan dia sedikit membuka matanya. Setidaknya dia sudah melihat ku tadi." Hani tertawa hambar dan Feri tidak mengerti apa yang dimaksud Hani.

"Apa yang kau maksud sayang?" Feri mulai memandang kepada istri tercinta nya itu. Hani perlahan mulai merubah posisinya menjadi berbaring.

"Maafkan Ibu, Zai kecil. Kau merasakan kehangatan pelukan Ibu untuk pertama dan terakhir kali."

Hani menahan air mata nya sekuat-kuatnya agar tidak jatuh. Sedangkan Feri sedikit bingung dengan apa yang dikatakan istrinya. Feri mengerti, Feri tidak bersuara dan membiarkan Hani terus berbicara.

"Beri nama dia seperti yang dikatakan oleh ku sebelum aku melahirkannya." Lirih Hani. Air mata pun langsung membasahi pipi Hani. Feri pun tetap diam.

"Ibu gak bisa ngasih kamu kasih sayang kepada kamu Zai. Ibu sayang kamu Zai." Hani menangis sejadi jadinya. Feri pun tetap diam membisu dan membiarkan istrinya menangis.

"Pah, kamu harus jaga mereka terutama Zai Pah. Jangan dengerin soal mereka tentang anak anak ku."

"Jaga Zai Pah. Dia sangat Rapuh sepertiku." Lanjut Hani. Feri yang dari tadi diam pun mulai berbicara.

"Tidak Mah, aku yakin dia kuat. Lebih kuat dari kita berdua. Kamu tidak boleh berbicara seperti itu Mah." Tanpa disadari air mata jatuh dari mata Feri. Feri mengerti ucapan istrinya ini. Dia mengucapkan kata kata perpisahan.

"Berikan Zai padaku." Pinta Hani. Feri pun langsung membaringkan bayinya itu di samping Hani.

"Zai sayang.. Maaf, Ibu gak bisa jaga kamu nak. Ibu akan selalu sayang sama kamu sampai kapanpun." Air mata Hani jatuh begitu deras. Rasa sakit di perutnya itu pun semakin terasa, membuat Hani susah bernafas.

Feri yang menyadari itu pun panik. Feri menangis dan langsung berteriak memanggil dokter.

"Kamu harus jadi anak yang baik dan ceria. Dan tomboy dan kuat yah.." Hani tertawa renyah sembari menangis.

Hani mulai menggenggam tangan Feri dengan hangat. Feri hanya pasrah dengan apa yang akan terjadi.

"Pa-pah, tolong ja-jaga Zai dan dia. Terutama Za-Zai, karena dia sangat rapuh."

____________

Story pertama ♥
Comment? Boleh boleh.
Vote? Boleh bangett 😝😝
Jangan jadi silent readers ya..
See you ♥

DESTINO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang