Namanya Kim Taehyung, mucul begitu saja di atas dahan. Itu yang Jungkook dapat simpulkan, tapi Taehyung terus mengatakan jika dia sudah berada di sana sejak lama. Jungkook sempat berpikir mungkin Taehyung hantu, tapi di siang begini? Lagipula Jungkook tidak mempercayai adanya hantu.
Jungkook menghela. "Ya, anggaplah kau sudah berada di sana sejak tadi dan mataku buta sampai tidak bisa melihatmu," ujar Jungkook sebal. Liburan tenangnya dirusak oleh orang aneh yang sejak tadi tidak berhenti memanggilnya dengan sebutan-hei.
"Tanpa nama."
Jungkook tidak memberitahu namanya kala Taehyung terus bertanya. Sampai Taehyung turun dari dahan, melompat dengan mudahnya, seolah Taehyung memiliki sayap tak kasat mata. Berdiri di samping Jungkook. "Kau turis, ya?"
"Tidak," jawab Jungkook. "Rumahku tidak jauh dari sini."
Taehyung mengangguk, "Rumahku di depan sana. Kau pasti melewatinya, yang berpagar tinggi itu."
Jungkook melirik sekilas pada Taehyung yang menunjuk jalan dimana Jungkook tadi melewatinya untuk bisa sampai kemari. "Keluargamu menyewa rumah itu?"
Taehyung hanya diam tanpa menjawab. Jungkook menangkapnya sebagai jawaban ya. Mereka hanya diam. Duduk bersisihan di bawah pohon. Jungkook mengecek hasil potretannya di layar kamera. Taehyung ikut mengintip, mendekatkan kepalanya ke bahu Jungkook.
"Aku pernah ke tempat itu. Di pelabuhan Busan, 'kan?" celetuk Taehyung. Jungkook memincingkan matanya, seolah mengatakan jangan dekat-dekat. Jadi Taehyung memundurkan kepalanya, mendengus kesal. Tidak lama dia mengintip lagi, yang terpampang di layar kali ini sebuah jembatan Gwangan.
"Di sana sering ada pesta kembang api dan pasar malam." Lagi-lagi Taehyung menyeletuk. Jungkook hanya mendengus, membiarkan Taehyung mengintip isi kameranya. "Woa! Itu kejuaraan renang piala presiden, 'kan? Siapa pemenang turnamen tahun ini?"
"Kang Daniel."
"Ah, pasti menyenangkan bisa mendapat piala presiden. Saat SMU aku atlet renang loh, memakan rakus semua medali emas di setiap turnamen. Tapi sayang sekali, aku tidak bisa ikut kejuaran selanjutnya."
Jungkook tidak menyahut celotehan Taehyung, dia berpikir tidak perlu tahu semuanya tentang Taehyung. Tidak penting juga, katanya dalam diam. Slide selanjutnya bergeser pada lapangan bisbol. Piala pertama yang dimenangkan Jungkook saat dia masuk universitas.
"Kau atlet bisbol? Woa!"
"Kau sepertinya tertarik dengan banyak hal, ya."
"Aku tertarik denganmu."
Jungkook bungkam. Dia berdehem canggung. Melirik Taehyung yang tampak biasa saja mengatakan rasa tertariknya tanpa terlihat malu sama sekali. Padahal Jungkook sempat merasakan jantungnya berhenti sesaat, ketika Taehyung menyerukan tertarik padanya.
Satu kotak makan siang yang disiapkan bibi Sunghye atas permintaan nenek. Kemarin bibi Sunghye berteriak keras setelah menyiapkan makan siang. Memeluknya erat, mengatakan rindu berulang kali. Embel-embel tampan mungkin sudah melekat pada diri Jungkook, karena bibi Sunghye terus mengatakan Jungkook kau semakin tampan. Dan semalam dia dengan bibi Sunghye bercerita akan banyak hal, tentang kebiasaan baru nenek yang gemar berjalan-jalan di tepi pantai kala senja, melihat anak-anak bermain voli di depan rumah Jimin. Kata bibi Sunghye itu mengingatkan akan masa sebelum Jungkook pindah ke Seoul.
Kotak makan siang berisi udang, telur gulung, dan nasi kepal.
"Kelihatannya enak."
Jungkook menoleh pada Taehyung yang menatap lapar kotak makan siangnya. "Kau mau?" Sepertinya Jungkook sudah mulai terbiasa dengan sikap Taehyung yang terang-terangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spring Day [ #kookvweeks ] ✅
Fanfiction"Bukankah tidak ada musim yang abadi? Dalam dunia fana ini cinta kita tidak akan menjadi selamanya."-Jeon Jungkook. "Musim tidak abadi, namun mereka selalu berganti, membentuk sebuah garis paralel. Mereka tidak bertemu, namun saling terhubung. Dan d...