Prolog

428 25 7
                                    

Allah,
Berkat Ridho-Mu , Dua kalimat Syahadat terucap di tengah kedua bibirku

-
Olivia Christabel Benetta

           Bagaikan roda yang selalu berputar pada porosnya.. Segala peristiwa, kehendak, perasaan bahkan kepercayaan. Apapun bisa berubah dengan sendirinya. Tak mungkin dipungkiri bahwasanya Allah menunjukkanku kepada jalan-Nya . Ternyata Islam tidak seburuk yang aku fikirkan dan ternyata seindah lebih dari yang aku bayangkan.

      6 tahun memantapkan diri untuk menjadi seorang Mualaf, menjadikan Olivia tersenyum. Mengingat masa kecilnya ketika meninggalkan patung Yesus di pinggir jalan dan beranggapan bahwa Tuhan nya bisa pulang ke rumah sendiri. Betapa konyolnya anak usia 9 tahun tersebut.

Setelah beranjak remaja gadis ini seringkali membantu ayahnya yang seorang pastur gereja untuk mempersiapkan peralatan Misa. Di usia nya yang baru menginjak 16 tahun ia termasuk remaja yang taat beribadat, sangat memuliakan Tuhannya.

         Namun sekarang Olvia telah menjadi seorang muslimah, berhijab bahkan tak kadang gadis yang kini berusia 22 tahun ini menggunakan gamis panjang untuk menutupi tubuhnya.

Mengucapkan dua kalimat syahadat didepan seorang Kiyai dan disaksikan oleh seluruh keluarganya. Sungguh bukanlah suatu hal yang mudah di usia nya yang masih remaja.

Tentunya hal itu terjadi pergulatan jiwa antara nurani dan dinding keyakinan yang suci. Tertegun sejenak membayangkan hal hal yang dulu ia lakukan selama sebelum menjadi Mualaf.
        
-
Muhammad Hannan Firdaus

        Lelaki tampan berdarah jawa lulusan pondok pesantren dan menjadi takmir masjid terbesar di kotanya. Membuat semua wanita seusia nya kagum kepadanya. Seorang  laki-laki satu satunya harapan keluarga. Menceritakan kisah nya saat duduk di bangku SMA bertemu dengan seorang wanita kristiani yang amat sekali membuat hati bergelut dengan akal pikiran.

Tak bisa dipikirkan secara logis anak dari seorang pendeta gereja yang pindah sekolah gara-gara tanpa sengaja menjatuhkan patung Yesus dari lantai 2.

      Tersenyum Hannan mengingat tingkah gadis konyol yang dikenalnya dengan nama Olivia ketika usianya masih menginjak remaja. Memang ini pengalaman pertamanya mengenal bahkan dekat dengan orang non-muslim. Maklumlah dia seorang santri yang hanya bergaul dengan sesama santri putra saja.

Kebiasaan mengaji dan mendengarkan lantunan sholawat tak mungkin pernah ia lewatkan. Abi Husein mendidik putra tunggal nya agar kelak Hannan menjadi tokoh panutan bagi banyak orang.

Akankah Hannan tersentuh mendengar kisah haru Olivia? Yang menggetarkan jiwa nya? Timbul rasa Cinta kepada gadis non-muslim? Apakah tindakan yang dapat dilakukan? Lantas bagaimana reaksi keluarganya?  Apakah ia berani untuk menentang Abi nya yang sudah memberikan tanggung jawab kepadanya?

Beribu ribu pertanyaan muncul dalam pikirannya. Hingga akhirnya ia menjatuhkan keputusannya.
Apakah kisah cinta Hannan dan Olivia terhenti begitu saja setelah lulus sekolah? Ataukah berlanjut sampai jenjang pernikahan?

MualafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang