Axel Benedict. Terlahir sebagai keluarga yang terhormat dan kaya raya yang takkan pernah habis sampai tujuh keturunan, mungkin lebih? Bertubuh tegap dan atletis. Katakanlah munafik apabila ada wanita yang tidak terpesona melihatnya. Dengan ketampanan yang di atas rata-rata, dan kekayaannya melebihi rata-rata pria ini rela menghabiskan uang-uang nya demi melakukan seks setiap malam. Itu semua berawal dari...
°°°°°
"Morning honey, bisa kita bicara?" Terdengar suara perempuan di dalam telepon itu.
"Ya, memang kau ingin bicara apa denganku baby? Aku tak punya banyak waktu sekarang ini. Cepatlah!"
"Oh ayolah.. aku tak mau kita bicara lewat telepon honey. Sebaiknya kau temui aku di bawah." Tut.. Tut... Tut.. sambungan telah terputus
Argh! Apa yang ingin dibicarakan wanita itu?! Benar-benar menyebalkan! Gerutu Axel setelah menerima telepon dari kekasihnya, Elyn.
Axel pun beranjak pergi menemui Elyn yang tengah menunggunya di bawah, tepatnya di depan rumahnya. Dengan setengah berlari, Axel pun akhirnya sampai di depan pintu dan hendak membukakan pintu untuk Elyn.
Terlihat lah dari ambang pintu Elyn yang tersenyum manis khasnya saat bertemu dengan Axel. Saat pintu telah dibukakan, Elyn segera memeluk tubuh kekasihnya itu erat.
"Ku harap kau tak marah dengan kedatangan ku tiba-tiba ini honey."
Axel pun tersenyum simpul tapi hangat menatap kekasihnya itu, "Kenapa aku harus marah? Hm.. ya mungkin aku tadi sempat merasa terganggu dengan kedatangan mu itu baby, kau tahu bukan waktu sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk kita bisa bertemu. Ini adalah jam di mana aku sedang sibuk. Ku harap kau mengerti. Dan mungkin kau bisa mengatakan itu sekarang"
Dengan senyum liciknya Elyn lalu berkata, "Tolong transfer uang mu sekarang honey, i need many."
"Bukannya kemarin sudah ku transfer lagi? Apakah itu sudah habis baby?"
"Sepertinya begitu, kau tahu kan perawatan untuk tubuhku ini sangat mahal? Ah sebaiknya daripada kita berdebat seperti ini sebaiknya kau segera mentransfer uang itu ke rekening ku." Ucapnya lalu mencium kening Axel sekilas lalu pergi.
Axel yang terkejut akan hal itu hanya dapat terpaku di tempatnya. Axel sendiri bingung dengan apa yang ada di dalam pikiran kekasihnya itu. Adakah ketulusan di dalam hati Elyn untuk mencintai nya?"