chapter 1

3 2 0
                                    

_ _ _

Tania pergi dengan angkutan umum, sekolah kedua tania setelah ia di rawat di rumah sakit terdekat di rumahnya. Sesampainya di sekolah. Ia berjalan ke arah kelasnya. Ia di sambut dengan para sahabatnya yang sangat setia.

"Taniaaa" ucap salah satu sahabatnya yang baru melihat kedatangan tania. Tania hanya membalas dengan senyuman.

"baru dateng?" Tanya salah satu sahabatnya yang paling tinggi di antara yang lain.

"Iya fa, habisnya nyokap gue masang alarmnya kekecilan jadinya kga kedengeran" jawab tania setelah duduk di bangku kelasnya.

"Hehehe iyaa sih ya. Gue juga sering gitu tan" sahut stunya lagi.

"Alah lu mah emang keboo pe'a"sambung resti salah satu sahabatnya.

"Huh sirik aja haters mah" jawab disa. Tania menahan tawa sejak tadi ia menyadari bahwa sahabatnya itu memakai lipint terlalu tebal sampai seperti banci di luaran sana.

"Benerin dulu deh mendingan lipint lo bego" ucap tyaaa cengengesan. Disa langsung memegang bibirnya dan memang ia dia memakainya terlalu tebal.

"Alah pake lipstik aja belum bener lu" ledek resti, disa menatap resti kesal. Fanya dan tya hanya tertawa sedangkan tania membuka buku hariannya.

"Hai gaess" teriak seseorang dari luar, seisi kelas pun menoleh lalu berbalik ke aktivitasnya. Dia devana si cowok tengil yang lagi ngejar-ngejar tania.

"Taniaaa" teriaknya menghampiri tania yang sedang menulis.

"Hm"

"Nanti lo sibuk engga say" goda devan.

"Eh bego, ngaca dong tampang kaya gini mau milikin tania" sahut fanya. devan menatap fanya malas.

"Sirik aja lo"

"Udah deh van, jiji tau engga gue sama lo. Gue udah bilang berkali-kali jangan pernah ngejar-ngejar gue" ucap tania menggebrakan tangannya ke meja. Seisi kelas pun menatap tania heran. Tania pergi tanpa bicara. Ia pergi membawa buku hariannya ke lapangan basket yang ada di sekolah.

"Selalu kaya gitu jiji gue ihh" gumam tania.

Tiba-Tiba orang yang selama ini ia cintai datang menghampirinya.

"Lo ngapain tan?" Tanyanya, tania gugup ia memegang pulpennya gemetar.

"Gu-e lagi ngadem no" vano manggut-manggut.

"Oh iya salamin ya buat tya. Eh tapi engga usah deh" ucapnyaa lalu pergi melanjutkan main basketnya.
Tania menatap kepergian vano sedikit sedih.

"Kapan peka sih no" ucap tania pada vano yang sekarang sudah tak terlihat dirinya lagi.

Tania kembali ke kelas karena bell sudah bunyi sejak tadi. Tanpa ia sadari buku hariannya tertinggal di bangku yang ada di lapangan basket.

Istirahat devana menghampiri bangku tania.
"Ni tan, oh jadi lo suka__" belum selesai ngomong mulut devana sudah di bekap oleh tania.

"Bisa diem engga sih lo, lancang banget ishhh" gereget tania. Devana tersenyum manis "oke gue akan perjuangin lo sampe lo cinta sama gue " ucap devana lalu pergi menuju kantin. Tania mematung di bangkunya sampai seseorang mendorongnya dari belakang.

"Bengong aja lo tan" ucap resti.

"Kantin yuk" ajak tyaa

Semua pun menurutinya. Sampai di kantin tania melihat gerombolannya anak kelas sebelah yang ada alvanonya.

"Fal, fal tya noh" ledek ben. Defal hanya tersenyum sambil menatap tyani sampai duduk di bangku yang du dapatnya.

"Cieee defal uhuy PJ" ledek tiar menoel-noel pundak defal.

TANIA ARRISKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang