chapter II

7 1 0
                                    

***

Pulang sekolah, devana selalu menunggu tania di depan pintu gerbang untuk mengasih sebuah surat yang engga jelas isinya. Baru sampai parkiran tania merasa ada orang yang memanggilnya ia pun berbalik. Disana ia melihat Vano sedang berdiri dengan Fanya sepertinya mereka yang memanggil tania. Tania pun menghampiri mereka.

"Ada apa Fa?" Tanya tania pada Fanya.

"Katanya lo mau ikut ekskul basket, kalo mau ntar gue daftarin. Oh iya ketuanya itu Vano" jawab Fanya. Dengan semangat tania menjawab. "Oke gue ikut"

"Yaudah. Mau pulangkan barenga yuk tan. Searah ini kan" ajak Vano, mimpi apa semalam tania sesekali ia menepuk pipinya sambil manggut-manggut. Vano berjalan melewatinya, tania mengikuti dari belakang sampai di motor ninja merah.
"Naik tan" tania mengangguk lalu naik ke motor Vano.

Devana kaget saat orang yang ia tunggu malah pulang bareng Vano. Musuh perjuangannya, rasa kecewa melanda di hati devana. Rasanya ingin menyerah tapi dia bukan pria yang lemah. Surat yang sudah ia buat di robek-robek dan dibuang ke tong sampah terdekat.

Sampai di rumah tania, sudah ada ibunya yang sedang menangis. Hampir setiap hari ibunya menangis karena di tagih rentenir sedangkan ayahnya malah kabur dari masalah.

"Ibu gapapa?" Tanya tania, ibunya menggeleng lalu melirik ke Vano yang berada di samping tania.

"Kamu siapa nak" ucap ibunya seraya berdiri dan menatap tajam Vano.

"Saya alvano sheiraz ibu. Maaf kalo saya lancang saya hanya mengantarkan anak ibu saja" jawab Vano sopan, ibunya terkagum akan penuturan Vano yang sangat bijak.

"Yaudah bu, saya pulang ya" pamit Vano seraya mencium punggung tangan ibu tania.

"Itu siapa kamu tan" tanya ibunya setelah Vano pamit pulang.

"Hah? Oh itu" jawab tania gugup sambil menggaruk kepalanya yang tak terasa gatal. "Vano temen kelas sebelah tania bu" ibunya manggut-manggut.

Tania beranjak ke kamarnya.

***
Suara kicauan burung membuat tania terbangun dari mimpi indahnya. Ia segera bangkit dari ranjng kasur dan jalan menuju kamar mandi. Setelah siap tania keluar dari kamarnya dan duduk di meja makan dari meja makan ia dapat melihat ibunya sedang memasak dgn telaten. Senyum tania mengembang setiap pagi pemandangan indahnya adalah ibu.

"Tan. Nanti ibu ke sekolah ya" ucap ibunya yang sudah duduk di samping tania, tania hanya mengangguk karena dri tadi ia memakan nasi goreng sangat lahap.

"Yaudah bu tania berangkat" pamit tania seraya mencium tangan ibunya. "Hati-Hati taniaa"

Turun dari angkutan umum, tania dapat melihat sangat jelas devana yang berdiri di dekat gerbang sambil sesekali melihat jam di tangannya. Tania pun brniat menghampiri devana.

"Dev" seruu tania pda devana, orang yang namanya di panggil lngsung menoleh lalu tersenyum manis. "Hai tan. Gue dari tadi nungguin lo tauu ya allah lma banget sih pacar gue datengnya"

"Apaansi" sinis tania." Sorry gue juga kan bisa Usahaa tania" tania manggut-manggut lalu pergi berjalan di depan devana. Devana mengikuti tania, menyamakan langkah kakinya.

"Alah lo mah tan kenapa sih. Ntar marah ntar baik"gerutu devana.

"Karena gue engga suka sama sikap lo. So mendingan kita jaga jarak deh". Lngkah devana terhenti,sakit rasanya saat mendengar ucapan tania. "emang lo punya siapa.? Hello tania lo bukan punya siapa siapa disini itu kita berjuang"ucap devana membuat tania berhenti dan membalikan badannya. Tania hanya trsenyum sinis lalu kembali melanjutkan langkahnya. Devaana hanya tersenyum manis di cela kekecewaannya.

Drugg....

sebuah tubuh menghantam tubuh tania saat ia ingin masuk ke kelas ia terjatuh ke lantai. Sahabatnya itu lari-lari bermain seperti anak kecil tapi wajahnya panik. Tania memberentikan salahsatu siswi yang keluar.

"Ini ada apa de?" Tanya tania menahan bahu deana.

"Itu tan, si dev sama Vano berantem" sontak tanua langsung berlari ke tempat yang banyak orangnya. Tania menerobos orang-orang itu. "STOP" teriak tania, tangan devana yang ingin menonjok Vano pun terhenti saat tania memerintahkan berhenti.

"Engga lucu tau dev" ucap tania langsung menarik tubuh devana ke taman belakang sekolah. Semua siswa dan siswi pun bubar ke kelasnya masing-masing.

"Lo engga ngomong itu kan dev?" Bisik tania, devana mengangguk sambil sesekali mengusap darah yang keluar dari hidungnya.

"Oh. Bagus deh gue takut aja kalo lo bilang!"

"Engga lah emang gue kaya lo bego"

"Anjirrr devana...." devana kabur meninggalkan tania sendiri di taman belakang. Tania berlari sekencang-kencangnya katanya sih taman belakang sekolah itu serem...

"Lo abis darimana tan sama deva. Kasian si Vano tau" ucap Resti saat tania sampai di kelas.

"Cuma masalah pacarnya itu res. Engga lebih kok"
Jawab tania santai sambip mengatur nafasnya.

"Si Vano di bawa pulang. Lukanya parah banget njirr" seru Disa yang baru masuk kelas.

"Tyani mana ?" Tanya tania.

"Di UKS jagain Vano" sahut semuanya. Bisa sekompak itukah?. Tania hanya manggut-manggut sebenarnya dalam hati tak rela jika yang berjaga itu adalah Tyani bukan dirinya.

---

Pulang sekolah. Devana mengajaknya bermain, tetapi tania menolak yang ia inginkan adalah Vano bukan Devana.

"Emang kenapa si tan" tanya devana yang masih pada posisinya yaitu di samping tania.

"Ya gue engga enak aja dev sama pacar lo.!"

"Gue engga punya pacar inget itu tan" bentak devana, tania kaget baru kali ini devana membentaknya. Rasa takut menjalar di tubuh tania bagaimana tidak. Pertama kali ia di bentak oleh devana. Tapi setelah itu devana langsung meminta maaf.

"Alah dev. Percuma lo minta maaf!" Sinis tania, karena dari tadi angkutan umum tidak ada Tania memilih jalan. Devana mengikutinya dengan motor kesayangannya.

"Ayolah tan. Sekali aja.!" Bujuk devana dengan senyuman manisnya itu.

"Ayooi tan" tania masih cuek dan tetap angkuh berjalan di trotoar.

"Tania sayang ayoo dong"

"Bangga harusnya neng. punya pacar ganteng kaya gitu" sahut abang-abang, tania menatapnya tajam sampai abang-abang itu tak berbicara lagi.
Tania memberhentikan langkahnya kemudian berbalik dan menatap devana yang masih setia mengikutinya dengan motor butut itu menurut tania.

"Bisa diem engga sih dev.! Sorry nih ya gue engga mau main sama lo!" Ucap tania seraya menggaruk kepalanya bingung harus ngapain. Devana terkekeh melihat wajah lucu tania.

"Yaudah anterin lo pulang deh mau ya!" Tanya devana. Mau tidak mau tania pun menurutinya. Ia di antarkan pulang oleh devana dengan motor bututnya itu.

Tania turun dari motor dengan sangat hati-hati kemudian masuk ke dalam rumahnya tanpa pamit. Devana menggelengkan kepala dengan sikap tania yang seperti ini.

***






Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 18, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TANIA ARRISKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang