~1

24.9K 2.8K 1.1K
                                    

Iqbal sedang memangku Arsen dan Nisha di kedua kakinya itu. Sesekali matanya melirik Andini yang duduk dengan Erfan di caffe out door yang letaknya tak jauh dari mereka

Ini sudah dua tahun, Arsen semakin pintar dan akan masuk ke Playgroup. Iqbal bukannya tidak berusaha untuk merebut Andini, tapi dirinya hanya menanti saat yang tepat untuk menggenggam kembali apa yang seharusnya menjadi miliknya.

Terkesan egois memang, tapi ia juga ingin kebahagiaan. Tidak salahkan jika ia memperjuangkan kebahagiaannya?

"Ayah, kapan bobo sama aku sama bunda?" Tanya Arsen sambil menjilati es krim di tangannya. Nisha yang mendengar itu menatap Arsen tajam. Semenjak ada Arsen, Nisha merasa dadynya itu lebih sayang Arsen ketimbang dirinya.

"Dady cuma boleh bobo sama aku" ucap Nisha, Arsen menatap Nisha sebentar lalu menatap ayahnya kembali.

Jujur Iqbal tak berniat membedakan kasih sayang untuk Nisha dan Arsen namun ia mengakui bahwa ia pilih kasih antara Arsen dan Nisha.

Setahun yang lalu, Reta menghilang tanpa jejak meninggalkan Nisha pada dirinya. Tentu Iqbal tak merasa keberatan, toh dari awal lahir Nisha juga atas dirinya. Namun, mau bagaimanapun Nisha tetap butuh ibunya bukan?

"Arsen doain aja supaya kita bisa cepat kumpul, sama bunda, sama Nisha juga" ucap Iqbal mengusap kepala kedua anaknya itu. Semua tak luput dari pandangan Andini.

"Aku ga akan pernah nyerah akan kamu An" ucap Erfan yang tidak terima Andini tersenyum melihat Iqbal yang memangku kedua balita tersebut.

Andini menatap Erfan, Erfan tidak pernah mencintainya. Itu yang ia tau, yang dirasakan oleh Andini selama ini hanya rasa tanggung jawab dan rasa obsesi.

Andini tak menjawab dan hanya tersenyum.

"Icha ga mau tinggal baleng Arsen!" Ucap Nisha turun dari pangkuan Iqbal. Nisha memukul tangan Arsen dan menyebabkan es krim Arsen jatuh. Arsen menatap Nisha kesal, Nisha yang ditatap menjulurkan lidahnya dan berjalan menuju Andini dengan kesal.

"Nisha kenapa sih yah?, Arsen ga suka" ucap Arsen mulai habis kesabaran. Harusnya ia yang marah karena harus berbagi orang tua dengan Nisha. Tapi kenapa malah Nisha yang marah padanya.

Iqbal mengelap tangan Arsen dengan tisu yang ia bawa.

"Arsen dengar ayah, inget ini baik-baik ya. Apapun yang terjadi, Arsen sebagai laki-laki harus ngejagain Nisha" ucap Iqbal, Arsen merengut

"Tapi Nisha aja jahat sama aku"

"Gak kok, Nisha itu baik aslinya" ucap Iqbal memberi pengertian.

Andini melihat Nisha yang datang ke arahnya sambil menangis, Andini melepaskan tangannya yang digenggam oleh Erfan lalu menghampiri Nisha.

Andini jongkok ingin menggendong Nisha, namun Nisha mundur sambil menghapus air matanya

"Nisha kenapa? Di jailin Arsen?" Tanya Andini, Nisha menggeleng.

"Icha mau pulang tante" ucapnya, Andini kembali mengulurkan tangannya ingin menggendong Nisha. Dan kali ini Nisha tidak menolak, saat Andini akan berjalan menuju Iqbal, tangannya dicekal oleh Erfan dan digandeng Erfan menuju Iqbal. Andini mendesah pasrah.

"Arsen pulang yuk, besok main sama ayah lagi. Nisha juga udah mau pulang katanya" ucap Andini menyerahkan Nisha pada Iqbal dan Erfan menggendong Arsen.

"Arsen bobo sama ayah aja ya bun hari ini. Boleh ya bun" pinta Arsen, Nisha yang sedang memeluk Iqbal semakin mengencangkan pelukannya. Ia sangat takut daddynya itu pergi meninggalkannya seperti ibunya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 02, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

True loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang