Belum Saatnya

7.3K 465 7
                                    

25. Belum Saatnya

Monica melempar ponselnya penuh amarah begitu sebuah panggilan dari seseorang selesai ia terima. Tidak disangka usahanya merecoki pikiran anaknya tentang gadis berstrata rendah seperti Ana masih saja membuat Reksa bersikeras mengejarnya, padahal menurut informan nya, Reksa pun tahu jika gadis itu sudah memiliki calon suami.

Dasar licik!

Monica mengumpat kasar untuk Ana yang dianggapnya begitu murahan. Sudah memiliki pasangan tapi masih saja mendekati anaknya. Kalau bukan karena uang, lalu apalagi yang diinginkan gadis itu pada anaknya.

Ternyata gertakan waktu lalu sangat tidak berpengaruh sama sekali pada Ana sampai-sampai dia masih punya muka bertemu dengan anaknya. Masih ia ingat foto-foto kiriman Dini beberapa hari lalu yang mengabadikan kedekatan anaknya dan gadis rendahan tersebut penuh tawa kemudian menyuap makanan. Dan baru saja ia juga mendengar bahwa Reksa pergi keluar sebelum jam kerjanya selesai. Bukankah sudah dapat dipastikan jika anaknya tersebut ingin mengganggu rencana pertemuan gadis murahan itu dengan calon suaminya.

Tidak!

Monica harus mencegah Reksa datang dan mengacaukan pertemuan tersebut. Jika tidak maka pernikahan gadis murahan itu akan gagal dan hal tersebut berarti kesempatan Reksa bersama Ana akan semakin terbuka lebar. Monica berpikir keras agar anaknya mau tidak mau harus berhenti memikirkan perasaan menggebunya pada Ana.

Dengan cepat, ia mengambil ponsel yang tengah dibanting dan tergeletak di karpet bulu ruang tamunya sehingga benda canggih tersebut tidak mengalami retak sedikitpun. Dihubungi nomor anaknya untuk segera datang menemuinya.

****************************

Reksa hendak pergi ke lokasi pertemuan Ana dan calon pilihan orang tuanya karena rasa penasaran tentang sosok laki-laki yang dipanggil Wira oleh gadis tersebut, namun di tengah jalan Monica, Mama nya menelpon memintanya bertemu. Meski waktu pertemuan masih dua jam lagi, karen Reksa memang memilih datang dan menunggu lebih awal sebelum pasangan tersebut tiba.

Monica selalu membuatnya tidak bisa menolak bahkan disaat penting guna menuruti rasa penasaranya kali ini. Ia pun memutar mobilnya kearah rumahnya yang memang berlawanan jalur dan merelakan terlambat datang. Ia ingin segera datang dan menyelesaiakn apa yang hendak dibicarakan oleh Mama nya kemudian bergegas menuju Cafe.

Setiba di rumah, Monica sudah menunggunya di sofa ruang tamu seperti biasanya. Begitu Reksa datang, ia hanya menoleh seraya tersenyum tipis.

"Duduklah dulu" perintah Monica yang melipat kedua tanganya di depan dada serta menopang satu kako diatas kaki satunya. Reksa duduk berhadapan dengan Monica.

"Ada apa Mama memintaku datang. Biasanya menungguku pulang terlebih dulu" Tanya Reksa sarkatis.

"Untuk apa menunggumu pulang lebih dulu kalau kemungkinan kapan malam ini sampai di rumah saja belum pasti" Jawab Monica mencibir.

"Jangan bertele-tele Ma, aku sedang sibuk ada operasi. Sebaiknya segera selesaikan apa yang ingin Mama sampaikan"

Monica menatap sinis pada anaknya yang terlihat sangat kesal. Senyum tipisnya kini terlihat megejek kebohongan anaknya tentang kegiatan operasi yang menjadi alasan bijak untuk menutupi tingkah konyol anak satu-satunya tersebut.

"Tidak ada operasi, Mama tahu pasti mengenai jadwalmu"

"Ma, jika tidak ada yang penting sebaiknya aku pergi. Ada hal lain yang jelas lebih penting daripada harus berada disini" Reksa bangun dari posisi duduknya.

"Lepaskan dia" Ujar Monica tajam saat Reksa baru saja hendak melangkahkan kakinya berjalan keluar.

"Apa maksud Mama" Reksa menoleh kearah Mama nya.
"Siapa yang harus dilepaskan?" lanjutnya mengulang ucapan Monica yang tidak dimengertinya.

Sebuah PilihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang