Nata
"Yakin Nat, lo gak tertarik sama dia?".
(Aku sudah tertarik pada pandangan pertama saat melihatnya, tapi sangat menjengkelkan, tapi aku terkesima. Aku mengaguminya secara diam-diam...)Pagi yang rumit, sangat menjemukkan, tak ada rasa gairah. Nata duduk tenang dalam kesunyian pagi yang dingin di halte busway tempat biasa ia menunggu kendaraan itu, kendaraan yang penuh dengan para pekerja di ibukota. Nata menghela nafas bosan melihat arloji ditangan kirinya yang masih menunjukkan pukul 5.00 pagi. Semilir angin dingin menghempas rambut sebahunya yang masih basah, menambah rasa menggigil disekujur tubuh.
Ribyanata, perempuan itu adalah mahasiswa disalah satu universitas di Jakarta. Sebagai mahasiswa yang mandiri Nata juga melakukan pekerjaan paruh waktu disalah satu kedai kopi yang jaraknya sangat dekat dengan kampusnya. Liburan panjang dalam waktu sebulan ini dimanfaatkan baik-baik untuk bekerja dan mengejar masa skripsi yang sudah seharusnya segera selesai.
Kedai kopi tempat bekerja adalah sarana baik bagi para mahasiswa dikampus, selain akses internet gratis, tempat yang nyaman, kedai kopi itu adalah tempat dimana banyak terjalin sebuah hubungan antara seorang pria dan wanita. Pemilik kedai yang adalah milik sahabat Nata sendiri, sering mengadakan event setiap malam minggu tiba. Dari acara minum kopi gratis, akan ada spesial hadiah bagi siapapun yang baru pacaran ditempat itu. Menyenangkan walau Nata dan pegawai lain hanya sebagai penikmat saja, menyaksikkan hal itu membuatnya nampak bahagia serta rasa iri yang membahana.
Busway tiba dalam pemberhentiannya, Nata segera masuk dan duduk pada tempat yang sudah disediakan. Hanya beberapa jarak saja diujung ada seorang ibu paruh baya, dan didepan Nata duduk seorang pria berkemeja putih memangku jas hitamnya. Nata merogoh handphone didalam tas, beberapa pesan yang belum sempat dibaca terpampang dilayar. Dari Kezha si owner kedai kopi yang tidak pernah absen menyapa, "hai... Nata selamat pagi. Jangan lupa bahagia 😍". Dari group mahasiswa sastra bahasa. Juga pesan dari provider sim card miliknya.
*****
Matahari sudah mulai menampakkan cahayanya, embun yang mencair dibalik jendela kedai menunjukkan pagi yang cerah akan tiba. Pukul 6.30 Nata sampai di kedai. Sepagi apapun berangkat, tidak pernah ada alasan yang tidak klasik bagi siapapun pasti mengalami kemacetan berkepanjangan dijalan tadi. Tapi setidaknya ini sudah sangat baik Nata sampai ditujuan dengan tepat waktu. "Lega", Nata merebahkan kedua tangannya sangat lebar dengan tersenyum lepas.
"Pagi Nat", sapa seseorang yang tidak asing ditelinganya. Nata sedikit terkejut, dan memalingkan wajahnya ke arah asal suara tadi.
Sambil tersenyum Nata membalas sapanya "pagi juga", lalu menghampirinya dan menyambutnya dengan senang. Dia Reska salah satu pegawai terlama dan paling apik sebagai juru pembuat kopi handal. Pramusaji yang sangat ceria dibandingkan dirinya yang notabenenya pemalu, alias memalukan. Pernah suatu hari Nata tanpa sengaja menghancurkan hubungan seseorang karena salah paham, Nata berfikir perempuan yang dibawa pagi hari oleh salah seorang pria pengunjung kedai adalah kekasihnya, dan yang sore hari juga pasti sama adalah kekasihnya. Padahal perempuan pagi hari itu adalah adik dari sang pria yang mukanya tidak pernah bisa dilupakan, nampak merah menyala dan memicingkan matanya dengan sinis. Baiklah, saat itu Nata, Kezha, dan Reska tidak mampu menetralkan suasana menjadi dingin. Semua pengunjung merutuki dirinya, bahkan ada yang tertawa entah meledeknya atau meledek pria yang wajahnya penuh dengan ampas kopi. Menghitam.
Nata terus menunduk, berulang meminta maaf. Begitu juga Kezha dan Reska melakukan hal yang sama. Sebenarnya Nata sudah merasa sangat bersalah, tapi perempuan itu menahan pelupuk air matanya agar tidak pecah menjadi tangis.
"GUE GAK TAU YA, ELO ITU PEGAWAI DISINI. BISA KAN LO SEDIKIT SOPAN?", pria itu berteriak sambil menaikkan suara sangat kasar. "LO ITU HANYA PERLU DIAM DAN JANGAN IKUT CAMPUR URUSAN GUE!. APAPUN CANDAAN LO TADI, MERUSAK RENCANA GUE BUAT MELAMAR DIA. LOE TAU, LOE HARUS TANGGUNG JAWAB DAN LOE HARUS TERIMA INI...".
Hening...
Seketika suasana yang terdengar riuh dengan banyaknya pengunjung saling mengusik satu sama lain, menjadi sunyi. Nata penasaran, perempuan itu mendongak ke posisi tegap dirinya. Semua terlihat membatu, pria itu, yang memakinya beradu pandang dengan seorang pria yang terlihat menjamah tangan pria pemarah itu, Nata melihat pria pemarah itu menggenggam segelas capoucino besar yang siap dilemparkan kepadanya sebagai balas dendamnya. Tapi ini adalah sebuah keberuntungan, pria tinggi itu menyelamatkannya.
"Ada cara lain buat balas dendam, tapi dia sudah minta maaf bukan?. Seharusnya tidak jadi masalah lagi bukan?. Lagi pula cewek lu dibelakang biasa aja". Sanggah pria itu.
Pria pemarah itu meletakkan gelas pada genggamannya, dan beralih pada kekasihnya yang menyambutnya dengan isak haru. Tapi Nata nampak tidak perduli, ia hanya menatap pada pria yang menyelamatkannya yang berlalu dari tempat itu sembari membenarkan headset panjang ditelinganya tanpa mendengar panggilan Nata yang sangat kencang.
"Ciyeee...", Reska menyikut Nata menyadarkan pandangan lamunannya.
Nata berbalik arah lalu menunduk memohon maaf pada Kezha atas kesalahan yang dibuat. Tapi Kezha nampak biasa saja dan tersenyum menggodanya."Ok... ok... semua. Silahkan duduk manis. Atas kesalah pahaman tadi, masing-masing meja mendapatkan satu potong besar roti bakar spesial dari Nata", Kezha melirik Nata dengan senyum biasanya. Lalu mengedipkan mata kanannya seraya merangkul kedua pegawainya tersebut ke meja pastry.
"Key... maafkan aku", Nata merutuki diri menyesal. "Aku gak tau bakal gini Key, sekali lagi aku minta maaf ya!", Nata menambahkan. Raut wajahnya nampak menyesal dan sangat sedih. Tapi Kezha tetap saja tersenyum seperti biasanya.
"Fine Nat, it's okay. Setidaknya hari ini aku melihat sesuatu yang menyenangkan", jawab Kezha yang melirik Reska yang mengangguk sumringah. Nata nampak bingung, tapi tidak memperdulikan ia fokus pada pekerjaannya membuat roti bakar pada tujuh meja.
"Tapi suka kan Nat?", Reska masih menggoda dengan menyikut Nata. Perempuan itu paham sekarang yang dimaksud Reska.
"Sama sekali gak Res", Nata melirik Reska dengan acuh.
"Yakin Nat, lo gak tertarik sama dia?". Kezha menambahkan.
(Aku sudah tertarik pada pandangan pertama saat melihatnya, tapi sangat menjengkelkan, tapi aku terkesima. Aku mengaguminya secara diam-diam. Sangat lama, saat pertama kali aku menginjak kampus itu. Yang kucari setiap detil pria itu, sampai aku tahu bahwa kedai ini adalah tempat ternyamannya).
Pria itu, dia Bima.
_______________
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hubby
Dla nastolatkówNata (POV). Dia adalah suamiku, orang pertama yang aku miliki, yang juga pria pertama mendapatkanku untuk menjadi miliknya. Aku mencintai caranya mencintaiku. Dia suamiku, Bima. Bima (POV). Nata adalah istriku, AKU TIDAK AKAN MELUKAINYA. Dia hidupku...