satu

29 4 0
                                    

*Ara POV

   ***
Pagi itu kelas ara di hebohkan dengan berita seseorang yang mau pindah sekolah, dia genta, cowok gamers yang menjabat sebagai ketua kelas ara dan juga menjabat sebagai 'doi' ara.

Saat yang lain sibuk mengerubungi meja genta, ara dan ica-sahabat ara- malah sibuk berdebat.

"Gue gak mau ca! Kalo dia mau pergi yaudah biarin. Biar aja dia pergi kemana dia mau!" Ara berucap santai.

"Dia mau pindah sekolah ra! Lo gak kepikiran buat cegah dia pergi?" kata ica menatap ara dengan tatapan tak percaya.

"Ya terus gue harus apa? Mohon mohon supaya dia gak jadi pindah? Nangis nangis didepan dia? Ogah." kata ara,
"Udah ah, gausah dibahas. Gue mau ke perpus bentar. Lo mau ikut?" lanjutnya.

"Gak!" ketus ica yang masih kesal dengan sikap ara.

Sedangkan ara hanya melihat teman nya itu sambil menggelengkan kepala nya.
"Yaudah gue cabut ya"

Sementara ara pergi keluar kelas, genta yang sedari tadi memperhatikan ara hanya bisa menatap nanar ke arah pintu kelas.

"Sampe kapanpun gue emang gak bisa dapetin lo ya ra? Miris." -batin genta.

***

Ara berjalan santai dikoridor sekolahnya sambil memikirkan ucapan ica tadi.

"Apa gue keterlaluan ya? Tapi emangnya gue harus gimana? Gue mau ngelarang, emang gue siapa?" batin ara.

Sesampainya diperpustakaan, ara langsung mencari letak buku yang dicari nya.

"Yak ketemu!" gumam ara
"Tinggi amat yak, ini gimana cara gue nyambilnya" lanjutnya sambil menatap bingung kearah rak teratas yang paling tinggi.

Tiba tiba saat ara sibuk memikirkan cara untuk mengambil buku nya, ada sebuah tangan menjulurkan buku yang sedari tadi ara incar.

"Ehh" ucap ara refleks.

"Nih ambil, dasar pendek!" kata abi- teman sekelas ara- yang ternyata melihat ara kesusahan mengambil buku.

Ara yang masih setengah sadar pun menerima buku itu tanpa mengucapkan apapun. Sedangkan abi langsung melangkah meninggalkan ara yang masih belum bisa mencerna ucapan abi dengan baik.

"Apa tadi katanya? Gue? Pendek? Anjir!" ucap ara yang baru sadar dari keterkejutannya.

Diam diam ara mengangkat sudut bibir nya sendiri saat melihat abi keluar dari pintu perpus.

Entah sadar atau tidak, sejak saat itu perubahan dimulai.

***

Ar-a-biTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang