P r o l o g

114 12 17
                                    

Hai, readers!
Ini cerita keduaku berjudul "SIRKUS CINTA"
Kenapa judulnya sirkus cinta?
Karena kalian akan menemukan jawabannya dalam cerita ini.
So, kalau penasaran pantengin aja.
Oh ya, kenalin, namaku **** biasa dipanggil semua penghuni Facebook perempuan perindu hujan.
Kalau di sini kalian terserah mau panggil aku apa.
Thanks

***

       Di pojok kelas, Arina menangis sesenggukan. Kedua temannya—Debby dan Sanas mencoba menghibur, tetapi tidak ada perubahan, tangisnya malah semakin kencang. Lalu, keadaan kelas menjadi semakin padat. Dari tiap kelas, siswa yang lain berdatangan, ingin melihat keadaan  Arina  atau juga ingin tahu penyebab gadis itu tidak berhenti menangis.

      Sejurus kemudian, datang gadis dengan rambut dikuncir kuda. Wajahnya panik disertai napas yang terengah-engah habis berlari.

       Dia Gea, siswi kelas 11 IPA-2. Mendengar kabar Arina yang notabene-nya adalah adik kandungnya, Gea langsung berlari dari kelas lantai 2 ke lantai dasar.

     "Dek," gumamnya, dia berjongkok mendekat ke Arina. Mengusap pelan rambut hitam panjang gadis itu.

      "Kenapa?" Perlahan, tangisnya mereda. Namun, nada sengguknya masih tertahan. Linangan air mata terbekas di pipi chubby-nya.

      "Kenapa, Sayang?" ulangnya lagi.

      "Gani, Kak." lirih Arina, menatap kedua netra milik Gea dengan berkaca-kaca. Gea tercekat, untuk kesekian kalinya nama itu disebut adik perempuannya. Amarah Gea  meledak. "Dia lagi, dia lagi," desis Gea saat beranjak. Namun, ujung kemejanya di tahan Arina.

      "Jangan, Kak!" Lagi. Untuk yang kesekian kalinya juga Arina menahan agar Gea tidak membalas perlakuan Gani. Mata sendunya mengisyaratkan jika Arina sungguh mencintai cowok itu, hingga ia tidak tega jika kakaknya sampai melabrak Gani.

       Gea menghela napas berat. Jika bukan demi adiknya, ia tidak akan menahan kemarahan yang sudah membumbung tinggi selama ini. Ia benar-benar gemas melihat perasaan Arina yang justru menyakitinya sendiri. Tak habis pikir, apa yang dilihat dari sosok bernama Gani. Setahu Gea sejauh ini, cowok itu hanya siswa biang onar di sekolah. Sering kali mendengar guru BP memarahi anak itu bahkan, di depan banyak orang. Masuk kelas bukan pada waktunya. Memakai seragam bukan pada jadwal semestinya. Jika banyak yang bilang cowok itu ganteng, maka menurut Gea tidak.  Ganteng dalam pandangan Gea hanya satu, yaitu Kak Danar. Ketua team voli di eskulnya. Namun, kenapa bisa sebagian siswi di SMA Cendana ini tergila-gila pada cowok itu, termasuk adiknya sendiri.

       Gea sering ilfeel jika Arina sudah menyebut-nyebut nama cowok itu dengan wajah tersipu. Sering kali, di pagi buta. Arina dengan antusias membuatkan satu kotak bekal makanan, khas cewek-cewek kalau lagi kasmaran. Atau, Gea pernah melihat adiknya secara diam-diam menyimpan sepucuk surat di loker cowok itu, ia bahkan geleng-geleng kepala melihatnya. Bukan hanya itu, Arina sampai nekat menembak cowok menyebalkan itu di depan semua siswa SMA Cendana. Tanpa rasa canggung, risih, dan gugup ditatap puluhan siswa, Arina tak gentar mengungkapkan perasaannya. Seolah yakin jika dirinya akan diterima.

       Sayangnya, itu tidak terjadi. Coklat yang diberikan Arina pada cowok itu, justru di buang lalu, diinjak tanpa rasa kasihan. Bahkan, gadis itu sudah menangis Gani pun tidak peduli.

      Setelah kejadian itu Gea sungguh geram. Niat menghampiri kelas Gani dengan penuh emosi, Arina tiba-tiba muncul, menahan Gea agar tidak melakukan hal itu pada Gani. Ia yakin jika Gani seperti itu bukan semata-mata untuk membuat Arina malu dan sakit hati, tetapi karena Gani memang tidak bisa menerima sebuah pengakuan yang mendadak. Penuturan adiknya pun Gea terima dan kembali bersikap biasa, melupakan perlakuan Gani pada Arina.

      Tapi ternyata, dugaan Gea meleset. Tidak mudah ternyata lepas dari jerat cowok seberengsek Gani. Setiap hari adiknya selalu mendapat kejailan cowok itu. Dari mulai dibully di kelas oleh antek-antek Gani kelas 10, dikurung di toilet sekolah oleh antek-antek Gani yang berjenis perempuan, atau ditempeli sesuatu yang menggelikan di punggung Arina, yang membuat dirinya ditertawakan banyak orang. Seperti sekarang; Arina menangis karena kejailan Gani yang sungguh melewati batas. Hal itu pula yang membuat Gea tidak bisa menahan amarahnya lagi, tapi ia gemas saat Arina menahannya untuk tidak membalas perlakuan Gani. Gadis kuncir kuda itu bisa apa, setelah wajah muram adiknya membayangi pikiran Gea.

     Nada pun merangkul pundak Gea, menatap matanya dengan lembut. "Sudah, Ge. Benar kata Arina, jangan balas Gani dengan emosi. Karena Arina juga yang kena getahnya. Semakin lo kesal dan membalas Gani, cowok itu pun nggak akan berhenti membully adik lo."

      Penuturan Nada temannya, membuat Gea mencelos. Benar juga. Karena, ujung-ujungnya Arina pula yang dikerjai, lebih baik dirinya bermain otak, mengerjai Gani dengan tindakan cantik dan rencana pintar.

      "Oke, gue nggak bakal balas cowok itu. Tapi, jika dia jailin kamu lagi, Kakak harap kamu jujur sama Kakak. Jangan nunggu kakak dengar dari mulut orang lain lagi," ucapnya. Arina mengangguk tersenyum. Lalu, memeluk Gea. Wajah gadis itu mengeras. Membayangkan rencana yang akan ia susun untuk cowok seperti Gani.

      "Tunggu aja tanggal mainnya."

To be continued

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 15, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SIRKUS CINTA #GrasindostoryincTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang