Prolog

17 6 5
                                    

Cahaya mentari menyinari rerumputan hijau yang berada disebuah taman. Sempat menyilaukan mata seorang pria yang sedang mengendarai sepeda motornya, tak sengaja ia menatap seorang gadis mungil yang dicintainya bersama dengan yang lain. Langsung ia memarkirkan sepeda motornya di dekat taman.

Terlalu sulit untuk dijelaskan perasaan pria itu sebenarnya. Yang jelas,  saat ini, ia ingin menumpahkan rasa yang ada dalam hatinya.

Ia hendak mendekati mereka di bawah pohon beringin itu. Namun, mereka sedang bertatapan mesra, saling bercerita, seolah-olah hanya mereka saja yang boleh tahu.

Ia hendak mengambil langkah untuk bergabung duduk bersama mereka.

Namun..
Tiba-tiba sebuah kecupan hangat mendarat di kening gadis yang dicintainya itu.

Ini adalah momen romantis mereka. Ia mundur selangkah demi selangkah, karena ia tidak ingin mengganggunya.

Persahabatannya memang sudah berubah, dan ia harus menyadarinya, bahwa cinta tak mesti memiliki.

Ia pun melangkahkan kakinya sekali lagi, mundur selangkah...
Dua langkah...
Tiga langkah...
Empat...

Ia langsung manaiki sepeda motornya dan pergi meninggalkan taman dengan perasaan gundah.

"Maaf, aku gak bisa." kata singkat yang keluar dari bibir seorang gadis itu membuat pria yang bersamanya menjadi tidak bersemangat.

"Okee. Aku ngerti." balas ucapan pria itu sambil tersenyum meski hatinya sangat terluka.

Pria yang bersamanya itu pergi meninggalkan seorang gadis mungil sendiri di bawah pohon.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 21, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dilema Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang