*****
Setelah selesai dengan kegiatan yang membuat perutnya kenyang,Vio pun mulai berjalan keluar uks.
Dengan langkah pelan ia berjalan melalui koridor sekolah yang sepi..Semua siswa sedang belajar dikelas mereka masing masing.
Hanya dia yang berada diluar sendirian,ditambah lagi dengan cuaca yang mendung membuat suasana semakin mencekam serta hawa dingin yang menusuk semua tulangnya.
Dengan keberanian yang ia punya, ia mulai berlari tanpa melihat sekeliling untuk mencapai kelasnya X Mipa 2 yang berada di lantai 2.
Ia berhenti berlari ketika sudah mencapai tangga untuk ke lantai dua.Sambil memegang kedua lututnya,ia mulai mengatur nafas yang hampir habis.
Setelah dirasa cukup ia mulai berlari menaiki tangga satu persatu.Biasanya jarak tangga sekolah tidak tinggi tinggi sekali tapi kenapa hari ini rasanya sangat jauh hanya untuk sampai di kelas.
Sampai akhirnya ia telah tiba di depan kelas X Mipa 2..Dengan mengambil nafas yang panjang ia memberanikan diri untuk mengetuk pintu kelas,siapa tau guru yang sedang mengajar di dalam guru killer yang ditakuti SMAnya ini.
"Tok..tok.." sambil memejamkan mata ia menunggu balasan dari dalam,hingga tibalah suara pintu yang dibuka.
"Vio .?"ucap seseorang didepannya.
Merasa familiar dengan suara tersebut akhirnya ia membuka mata,dan mendapatkan sahabatnya Gladis Sanjaya sedang berdiri dengan tatapan bingung.
"Loh dis kok lo yang buka pintunya ?emangnya didalam nggak ada guru?" tanya Vio dengan nyengir andalannya.
"Yaelah Vio lo pasti telat lagikan?lo tu ya kebiasaan banget setiap hari telat mulu.."cerocos Gladis kepada Vio.
Vio yang mendengar itupun hanya memutar bola matanya keatas dengan malas.Sahabatnya ini bukannya menjawab pertanyaan yang ia ajukan malah memarahinya seperti emak emak kompleks depan rumahnya.
"Duh...dis lo jawab dulu pertanyaan gue,guru ada gak didalam?.."
"nggak ada tuh..lo bisa lihat sendirikan.." jawab Gladis sambil mendorong pintu lebar lebar.
"Dari tadi kek "..ucap Vio malas sambil berjalan kedalam dan mengacuhkan Gladis.
"oii..Vio lo kok baru datang jam segini, untung aja guru pada gak masuk karna rapat "ucap Diki temannya yang ngeselin bin ajaib.
"hehehe ..biasa gue ketiduran."balas Vio cengengesan.
Diki yang mendengar itu hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan temannya yang bisa dibilang unik ini..
"iiih..Vio lo kok cuekin gue sih..?" Gladis duduk disamping Vio dengan cemberut.
"lagian lo sih..sahabat lo yang cantik ini baru datang bukannya disambut dengan baik malah lo ceramahin..apes deh gue.."kata Vio
"Iyaaaa deh gue minta maaf ..lagian lo sih kebiasaan telat mulu..mulut gue nih udah gatel gatel mau ngomelin lo.."ucap Gladis
"Lo tau sendirikan kalau gue tu nggak bisa bangun cepet..lagian tadi gue ditinggalin sama bg Miko..mana harus naik angkot lagi..Apalagi nunggu angkot tu lamaa banget kayak serasa nungguin kepastian dari si doi.."
"Lo tu mau cerita apa mau curhat sih.."Gladis menaikan alisnya turun naik
"ck..lo ya ..nggk mungkin lah gue curhat apalagi gue nggk punya yang namanya doi"Vio membuat tanda kutip dengan tangannya.
"iya deh...makanya kalau bangun tu harus cepat kalau bisa lo letakin tuh alarm diatas kepala lo biar kedengeran nggk budek lagi.."
"tau ah..gue pusing nii..gara gara telat gue kena hukuman.."ucap Vio sambil memijit dahinya
"hah..hukaman?.emang lo kena hukuman apaan?."
"gue disuruh berdiri didepan tiang bendera sambil hormat
.mana tadi gue belum sarapan lagi..di tabrak dikit malah guenya yang pingsan..""emang lo ditabrak sama siapa?"
"nggak tau gue ditabrak sama cowok yang wajahnya tu kayak tembok datarrr amat.."
"wahh..dapat rejeki dong lo pagi pagi..cowoknya ganteng nggak?"
"hmm..ganteng sih,hidungnya mancung lagi,wajahnya juga mulus kayak perosotan anak tk.."ucap Vio sambil menerawang
"eeh..kok lo malah nanya ganteng apa enggaknya..gue tu ditabrak bukannya nanyain keadaan gue malah dia yang lo tanya"lanjutnya
"hehehe..biasalah guekan penggila cogan cogan.."ucap Gladis dengan cengiran.
"Udah deh gue mau tidur dulu".."yahh..Vio kok lo gitu sih..lo belum ceritain semuanya sama gue"
Vio tak menghiraukan rengekan Gladis .ia mengambil earphone di dalam tasnya dan melipat kedua tangan diatas meja sambil membenamkan wajah diantara kedua tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RISE AND SHINE
Teen FictionJangan pernah biarkan keterpurukan menjadikan alasan untuk kita berhenti menjalani hidup.. Bangkit dan bersinarlah sampai akhir itu tiba..