chapter 1

43 1 0
                                    

Hari yang dinanti-nanti akhirnya telah tiba, Efiani dan hendra sedang berada di new zealand. Terlihat Hendra dan Efiani sedang berada di stasiun kereta yang akan membawa mereka ke north island, tempat dimana surganya dunia. disepanjang perjalanan mereka melewati tongariro national park dan melintasi tiga pegunungan berapi.

Pagi itu di ibukota Auckland terlihat cukup ramai, sama seperti hari-hari biasanya. Terlihat orang-orang dari berbagai bangsa dan negara terlihat sibuk berlalu-lalang distasiun kereta, termasuk Hendra dan Efiani. Mereka berdua terlihat berbaris rapi dalam sebuah antrean bersama penumpang lainnya sambil memberikan tiket dan paspor mereka diperiksa oleh petugas. Menunggu adalah hal yang sangat membosankan! Tapi mau gimana lagi? Semua ini adalah prosedur yang harus mereka lalui.

Setelah pemeriksaan selesai, mereka langsung berjalan menuju peron dengan terburu-buru sambil mencari-cari gerbong kereta yang harus mereka naiki. Saat akan naik ke gerbong yang dituju, Efiani melihat ada seorang ibu yang terlihat kerepotan dengan barang yang dia bawa. Membuat Efiani menghentikan langkahnya untuk membantu.

"Excuse me, mam. Let me help you," ujar Efiani.

Si ibu bule itu terlihat tersenyum dan berterima kasih. "Thank you."

Setelah urusan membantu ibu itu selesai, Efiani dan Hendra bergegas masuk ke gerbong kereta mencari tempat duduk sesuai dengan tiket yang mereka beli. Kini mereka sudah duduk dengan santai didalam gerbong yang nyaman. Hore akhirnya!!

"Akhirnya kenapa?" tanya Hendra.

"Kita sampai juga di new zealand, dan ini adalah liburan yang tidak bisa aku lupakan sepanjang sejarah.." teriak Efiani sambil memeluk Hendra senang.

Hendra tersenyum melihat tingkah Efiani.

"Nah-kan Norak-nya kumat lagi..

"Biarin, yang penting ke north island. Wee..."

Efiani yang sedang menyusun tasnya, dengan wajah semringah tiba-tiba berubah saat ia menyadari tas kecil yang disandangnya tidak ada. Wajahnya terlihat panik.

"Kamu kenapa, sayang?" selidik hendra yang ikutan tegang saat melihat wajah Efiani berubah.

"Tasku nggak ada!!"

Hendra langsung berdiri dan lari turun dari gerbong kereta. Suara peringatan kereta akan berangkat terdengar melengking disepenjuru stasiun kereta. Hendra terlihat berlari menerobos orang-orang yang berlalu-lalang, matanya terus mencari-cari.

"Excuse me... Excuse me...."

Sementara itu didalam gerbong, Efiani terlihat sedang sibuk menelfon hendra. Namun tidak ada jawaban dari hendra, sementara hendra terlihat berlari ke loket imigrasi mencari tas Efiani yang mungkin tertinggal disana waktu pemeriksaan tadi.

Shit!!

Hendra terlihat kesal. Saat pengumuman kereta akan berangkat kembali terdengar. Hendra terlihat menyerah dan menghentikan langkahnya untuk kembali ke kereta.

"Sir.. Are looking for this?" seorang pria paruh baya menyapa hendra. Terlihat ditangan pria itu ada sebuah tas kecil. Tas itu adalah tas yang dicari-cari Efiani.

"Oh, thank God. Yes this is my bag. Thank you very much." dengan cepat hendra menyambar tas ditangan pria paruh baya itu dan kembali berlari ke kereta. Hendra terlihat menerobos orang-orang yang sedang berjalan. Kemudian Ponselnya berbunyi

"Sayang.. Kamu dimana? lupakan saja tas itu.. Lebih baik kamu cepat kembali. Karna Aku takut sendirian disini.!!

Hendra terlihat tersenyum saat mendengar nada suara Efiani yang ketakutan.

"Sayang kamu jangan takut, aku akan menyusul kamu naik kereta berikutnya ya, kamu jangan khawatir."

Efiani terlihat menghela napas saat mengetahui hendra akan menyusul dengan kereta berikutnya.

"Tapi sayang..... Tuuuuttt..." tiba-tiba telpon itu terputus. Wajah Efiani terlihat panik dan mencoba menelpon hendra kembali. Namun tak ada jawaban dari hendra.

Kereta pun bergerak cepat meninggalkan stasiun menuju north island. Efiani terlihat pasrah bercampur takut, karna ia baru sekali ke new zealand. Efiani terlihat terus memandang keluar jendela kereta dan menyesali semuanya.

"Semua ini karna tas sial itu!!" Efiani terlihat mengutuk

Dua menit berlalu kereta itu terlihat melaju dengan kencangnya membelah langit di ibukota Auckland menuju north island, Efiani masih terlihat termenung memandagi langit jendela.

"Excuse me, are looking for this?" seseorang terlihat menyapa Efiani. Yang di sapa kemudian membalikkan pandangannya.

"Hendra!!

Efiani terkejut saat mengetahui hendra berada di dalam gerbong kereta itu.

"Surprise...

"Kamu sudah membuat jantungku ingin copot. Hendraaaa......" teriak Efiani. Hendra hanya tertawa dan memeluk Efiani.

"Jika benar jantung kamu copot. Hal yang pertama kali aku lakukan adalah memasangnya kembali.

"Tapi sebelum kamu mencoba memasangnya jatung itu sudah otomatis terpasang dengan sendirinya. karna jatung itu tau kalau kamu adalah cinta terbaikku..

Hendra terlihat tersenyum di dalam pelukan Efiani.

"Dan kamu adalah bidadari terindahku.

*****

Udara cerah dan pemandangan yang indah terpancar dikota north island menyambut kedatangan Hendra dan Efiani yang baru saja tiba. Sebuah kereta berhenti di stasiun. Para penumpang berhamburan turun termasuk Efiani dan Hendra yang terlihat bahagia, ia lalu menarik tas miliknya sambil tersenyum memandagi hendra.

"Sayang, kamu bilang temanmu akan jemput kita. Tapi dimana dia sekarang.?

Dari kejauhan Riko sudah memperhatikan Hendra dan Efiani yang terlihat celingak-celinguk mencari keberadaannya, Riko adalah teman Hendra waktu kuliah dulu. Selintas terlihat oleh Hendra seseorang yang melambaikan tangan sesosok pria berpenampilan tampan dengan kaca mata itu terlihat tersenyum. Kemudian hendra dan Efiani segera menghampiri Riko.

"Hai, ndra? Apa kabar? Kelihatannya kamu makin gendut saja.." Riko terlihat meraih tangan Hendra dan tersenyum. Riko memperhatikan Efiani yang berada di sebelah Hendra.

"Ini siapa,ndra?" tanya Riko.

"Oh, ia. Aku sampai lupa, Efiani kenali ini Riko, Riko kenali ini Efiani. Dia ini calon aku..."

Mendengar itu wajah Efiani berubah menjadi merah muda.

"Calon apa? Calon pacar atau calon mantan?" Riko terlihat tertawa disusul oleh Hendra yang juga ikut tertawa.

"Calon bidadari, di istana masa depanku kelak."

Efiani hanya tersenyum melihat tingkah mereka berdua. Inilah penyakit kalau sudah lama tidak bertemu.

Dijalan, saat perjalanan menuju apartemen Riko, mobil SUV milik Riko meluncur dengan kecepatan sedang melewati celah-celah gunung dan pedesaan yang indah. Di dalamnya ada Riko yang sedang menyetir duduk disebelah Hendra, lalu Efiani duduk sendirian di bangku belakang, memadangi hamparan pedesaan yang sangat indah dibalik jendela mobil.

"Eh, kita mampir makan ya!" pekikan Riko sepontan membuyarkan lamunan Efiani.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 22, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Gojek Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang