Dira prov
Sebelum mulainya cerita, perkenalkan aku adalah pemeran utama disini. Nama ku Dira, nama panjang ku Diraaaaaaaaaaaaaa, tapi kalau nama lengkap ku D I R A. Aku tidak suka menyebut namaku dengan marga 'kim'.
Ayahku bernama Kim Jong In dan bunda ku bernama Kim Nara. Sejak aku dilahirkan, aku tidak seperti kalian yang hidup normal. Aku lahir prematur dan memiliki beberapa penyakit dalam, kalau kata Bunda ketika lahir aku seperti botol coca cola.
Lahir di keluarga kecil dan hidup dengan kemewahan yang ada. Ayahku adalah direktur di sebuah perusahaan fashion yang ada di Korea.
Aku tumbuh besar dengan seorang pembantu di rumah ku bernama Bi Melda. Dia seumuran dengan bunda ku, karena ayah dan bunda selalu sibuk sampai tidak bisa mengurusku. pekerjaan ku setiap hari hanyalah bermain dengan tetangga ku bernama Lee Taeyong, aku memanggilnya Bubu. Karena saat kecil aku tidak bisa menyebut namanya yang terlalu sulit Dia laki-laki humoris yang selalu membuat aku tertawa, namanya juga anak kecil masih belum tahu apa-apa. Apalagii cinta.
Semenjak aku kenal Bubu, hidup ku menjadi sedikit berwarna. Dia adalah laki-laki dengan senyuman hangat, anaknya tidak humoris, tapi dia lucu. Bayangkan saja sendiri seperti apa Bubu itu
Sampai dimana kita pernah bermain ayah ibu dan anak-anak an seperti layaknya anak umur 3 tahun dengan boneka yang dijadikan anaknya. Ketika aku mengulang kejadian beberapa tahun yang lalu aku hanya bisa tertawa geli.Ketika aku duduk di bangku kelas 12, dan aku mengalami kekacauan. Dimana semua orang menentang ku. Termasuk bunda dan ayah yang selalu menginginkan nilai yang terbaik, dari segi pelajaran Matematika. Kalian tau? Matematika itu rumit?
Aku iri pada Bubu, dia hidup bebas walaupun dengan nilai yang pas KKM saja sudah bahagia. Aku iri padanya, yang selalu bisa bermain bersama teman-temannya. Sedangkan aku? Hanya berdiam di kamar sambil membaca buku, buku, dan buku.
Aku ingin sekali merasakan kisah indah di sekolah seperti halnya dengan yang ku baca di Novel-Novel. Aku tidak di perbolehkan bunda untuk bermain ke luar, hidup ku hanyalah di rumah, rumah, dan kamar yang penuh dengan poster-poster Idol Korea.
"Tapi tolong lah Bun, aku sudah remaja! Aku bukan lagi anak kecil. Aku bisa memilih antara yang benar dan salah"
Aku mengucapkan kalimat terpanjangku yang pernah ada selama aku hidup 10 tahun ini.
Karena, ketika orang tua ku menyuruh atau memberiku nasehat aku hanya selalu mengangguk pasrah, dan menuruti katanya.
👋👋👋
2010
Sampai dimana kami berada di depan rumah, ya. Aku dan Bubu, tetangga ku. Rumah kami sebelahan bahkan balkon kamar aku dan kamar Bubu sebelahan. Kami berdua berbicara serius.
"Dira aku akan pindah" kata Bubu sambil menatap ku
"P-pindah? Kemana? " kata ku sambil menunduk menundukan kepala,
"Itu... tempat yang jauh... "
"Kapan?"
"Besok.."
Ya. Bubu pindah ke negeri gingseng. Tempat dimana ayah ku bekerja. Aku tidak tau alasannya pindah karena apa.
Sehabis Bubu bilang itu, aku langsung masuk ke dalam kamar. Dan menangis.
Menangis karena aku tidak akan punya teman lagi.
Aku tidak punya teman selain Bubu, dan kini aku merasakan "bahwa aku suka Bubu"
.
.
.Esoknya, aku bangun. Berjalan ke balkon kamar menungu Bubu keluar. Tapi sampai siang dirinya tidak keluar.
Aku turun dari rumah, mengetuk pintu rumahnya.
Kini aku sadar
Bahwa dirinya telah pergi.
Jauh
Ke negeri gingseng.
Aku melihat kandang anjing di depan rumahnya, ya. Bubu mempunya anjing bernama Ruby.
Bahkan kulihat Kandang itu kosong, Ruby pun ikut bersamanya. Mereka benar-benar pindah.
Aku menemukan sebuah kertas yang berisi surat dan cincin.
Isi surat itu tidak ingin aku bacakan sekarang.
Kalau cincin, Bubu hanya meminta aku untuk memakai itu.
.
.
.
.
Setelah itu aku hidup tanpa Bubu. Aku menjadi seorang yang pendiam, sekolah hanya untuk sekolah. Sulit untuk menemukan teman baru.Aku bosan selama bertahun-tahun hidup seperti ini, aku butuh teman curhat, tetapi Bi Melda sudah pulang kampung dan tidak pernah balik kesini. Aku harus berkeluh kesah kepada siapa?
Terkadang terlintas ide buruk di otak ku, bagaimana kalau aku pergi ke dunia lain? Maksud ku, dunia yang damai tanpa adanya orang yang berperan antagonis di hidupku.
Dan saat itulah, aku memutuskan untuk berpindah dunia. Aku memasuki kamar mandi dan menyalakan shower dengan kecepatan air yang deras. Aku menggesekan benda tajam itu ke pergelangan tangan ku,
Sakit, tetapi tidak sesakit apa yang aku rasakan selama 17 tahun ini.
Aku tidak kuat, akhirnya aku berusaha berdiri dan sedikit berlari, namun aku terjatuh dan kepala ku membentur tembok keras.
Bukannya aku sedih, meringkis kesakitan? Aku malah tersenyum puas. Akhirnya aku bisa pergi dari dunia ini.
Setelah itu semua gelap. Aku hanya berharap keajaiban datang pada ku setelah aku masuk ke dunia baru.