OLMAIPREEEENNNN.... maap banget eke telat apdeit CMV. kemaren malem, tiba-tiba aja inet eke jadi lemot jaya. bikin eke nyanyi galau lagu Jupe aku ra popo.... wakakakakakakakkakakakakakakakak....
Tapi jangan sedih. Hari ini eke apdet duo mentega dan juga eke bikin games. tulis kesan pesan kalian soal CMV di salah status eke di FB. cari status eke yang bertanggal 16 kemarin. komen di sana dan kalo sampe semua komen berjumlah 50 (khusus komen kesan), eke bakalan apdeit langsung bab 15 tanpa nunggu senin depan. wakaakakakakakkakaka
Sekali lagi jangan lupa OLMAIPREEEEN... PLISSSSS VOTE+KOMEEEEEENNNNNNNN...
aiyopyuuuuuu olmaipreeennn...
BAB 14
Ega
“Kamu mikirin apa, Sayang?”
Sial!
Malika menatapku kesal. Dengan posisinya saat ini, aku bisa melihat dada indahnya yang hanya tertutup kain tipis, menggantung di hadapanku. Tubuhnya yang tegak berada di atasku seharusnya bisa mengalihkan semua perhatianku di atas ranjang, tapi tidak saat ini. Pikiranku terus memikirkan wanita lain yang bahkan tidak memikirkanku sama sekali. Sialnya, itu membuatku melamun saat Malika berusaha menggodaku dengan semua ciuman dan sentuhannya.
“Maaf, tapi sepertinya hari ini lebih baik kita hentikan dulu!” jawabku sembari menyingkirkan pelan tubuh Malika dari atas tubuhku dan menyingkir ke sisi ranjang.
Malika mendengus keras. Dia melempar bantal ke arahku yang sedang meraih celanaku. “Kamu kenapa sih, Ga? Kamu sendiri yang hubungin aku, sekarang kamu yang mau ninggalin aku!”
“Ka, aku sedang banyak pikiran sekarang. Kamu mau menggoda patung?”
“Ega!” Malika berteriak memanggil namaku. Tiba-tiba dia membuka kain tipis yang hampir tidak bisa di sebut baju dan memperlihatkan tubuhnya yang telanjang. “Lihat aku!”
“Ka, sudah kubilang, aku…”
“Lihat aku!”
“Sial, aku sudah melihatmu dari tadi! Apalagi maumu?” Malika terdiam, menatapku seakan tak percaya kemudian tertunduk sedih. Membuatku merasa sangat bersalah sudah membentaknya barusan. “Maaf Ka, tapi saat ini aku benar-benar nggak bisa. Ayo, aku antar kamu pulang.”
“Nggak perlu dan jangan pernah hubungi aku lagi!”
Malika terihat sangat kesal dan memakai semua bajunya dengan kasar. Tak berapa lama dia sudah berpakaian lengkap dan berlari keluar dari kamar hotel ini. Sebuah bantingan keras membuatku berjengit sesaat dan berharap tidak ada yang rusak di sana. Bagaimanapun juga, membayar sebuah pintu bisa membuat dompet kritis secara mendadak.
Aku merebahkan diriku ke atas ranjang hotel yang empuk. Mengutuk semua kelakuan gilaku yang tidak seperti biasanya. Biasanya para wanita akan meninggalkanku dengan sangat berbahagia dan aku bisa memuaskan nafsuku sementara, tapi kali ini terasa sangat beda. Aku meraih ponselku dan melihat wallpaper yang terpasang di sana ketika lampu layarnya hidup. Foto seorang wanita yang sedang tersenyum yang beberapa hari ini kupasang menjadi gambar layarku. Foto yang kupasang karena aku sudah terjebak dalam kubangan rindu. Ini benar-benar bencana.
Ketika aku sudah hampir berhasil menakhlukan junior, tiba-tiba saja aku bermain-main dengan api. Bagaimana bisa aku mencium dan menyentuh wanita itu? Tapi semua itu terasa tanpa penyesalan. Aku benar-benar berharap dia menamparku saat itu, membawaku kembali ke alam nyata. Bukannya membalas semua ciuman dan menikmati semua sentuhan itu. Membuatku terombang-ambing dalam semua keputus-asaan seperti saat ini. Mencoba mencari pelampiasan dari wanita lain, tapi akhirnya hanya bisa menginginkan seorang Meta Prameswari.