Dear my future husband

kelas 1 Sma .

Dear my future husband, i know writing something like this is something not so important nor something to be proud of. But i just want you to know, how my life has been while waiting for you, a story that i might afraid to tell, a story that will always be placed in the dark place of my heart.

Cerita ini mungkin aja bisa bikin kamu bosen, atau kamu malah males bacanya karena menurut kamu ini nggak penting. Atau mungkin... kamu malah seneng bacanya karena aku gak bakal cerita tentang hal ini ke kamu, kamu harus tau.. aku nggak sanggup untuk cerita ke kamu, tentang hidup aku, yang bodoh, yang naif, dan desperate untuk ketemu kamu.. aku takut kamu marah kalau kamu tau kenapa aku sama "dia" bisa putus, kenapa aku lemah, dan kenapa aku kesepian..

Mungkin sekarang kita belum bertemu, atau kalau sudah, mungkin kita belum kenal, atau ternyata kita kenal! Tapi bisa juga aku kenal kamu dan kamu nggak kenal aku, atau sebaliknya.

Sebelum aku mulai semuanya, aku bakal ganti semua nama orang yang mungkin kamu tahu, nama tempat juga banyak yang aku samarkan. setelah kita kenalan, mungkin kamu bakal nebak-nebak atau malah nggak peduli hahaha.

Kalau gitu aku mulai yah? Tapi kalau kamu males baca kamu boleh kok nggak baca cerita aku ini, but i just want you to know.. just to know.. what am i before, the girl who's broken before she met you.

2013

Aku lupa bulan apa hari itu, yang jelas hari itu aku takut untuk buka pagar, pas itu bibi lagi keluar, iya si bibi yang aku selalu ceritain, pembantu terbaik aku yang nenek aku sebel karena mereka sama-sama bawel! Hahaha. Oh iya, pokoknya aku takut untuk buka pagar rumah, kamu tahu apa yang aku liat di depan rumah aku? Rentenir ! iya rentenir! Pas itu kakek aku masih tinggal dirumah, tapi dia bisanya cuman ngumpet, nyuri-nyuri padang ke jendela! Sebel! Masa anak- cucunya yang di suruh hadepin rentenir! Padahal yang gak bisa bayar hutang kan dia! Aku heran, heran sekali! dia enak cuman tinggal dirumah aja, tapi kenapa sih uangnya harus selalu habis? Buat apa aja? Aku dan mama papa nggak habis pikir waktu itu, nyusahin keluarga aku banget. Tapi jangan salah ya, dia itu kakek tiri aku, papahnya tante aku.

Pokoknya aku takut banget. Mana dirumah nggak ada siapa-siapa, cuman aku dan kakek aku yang nggak bertanggung jawab. aku harus gimana?! Tapi ya akhirnya aku berani juga sih buat ke pagar rumah, cuman nggak aku bukain.. hehe. Yaa aku samperin aja deh mereka.

" Mbak ini rumah pak kumis ya? Pak kumis nya ada?"

"hah pak kumis? Pak kumis siapa? " terpaksa deh aku bohong bilang kakek aku nggak ada, ngikutin feeling aja sih, lagian aku rasa dia nggak mau juga untuk ketemu mereka. Yaiyalah premannya badannya besar hitam-hitam pula! Ngeriiiii.

" Pak kumis mbak, yang punya rumah ini, nih liat alamatnya bener kan? Jangan bohong dong mbak "

" ih iya beneran om, nggak ada yang namanya pak kumis disini, coba deh om cari lagi "

" hadeh yaudah deh mbak, makasih ya "

" iya om, hati-hati ya om "

Huhhh ngeselin banget nggak sihhh sumpah deh. Masa bisa-bisanya dia sengaja ngumpet atau pura-pura nggak denger bunyi bel rumah biar cucunya yang bukainn! Reseeeeee!. Kamu tahu kan kalo aku bete gimana, manyuuun sejadi-jadinya, sebel! Gemes! Coba aja dia bukan kakek tiri aku dan aku nggak mikir apa nanti yang keluarga besar aku bakal pikir dan omongin, udah aku ceplosin aja ke rentenir barusan!

Habis kejadian itu aku langsung telfon mama, aku nggak tahan aku harus ngadu!

"mahhhhh!!! Tadi ada rentenir kerumah nyariin si uka-uka!" iya aku biasa sebut kakek tiri aku uka-uka sama mamaku, habis kita sebel banget, kerjaanya dia cuman bisa bawa rentenir kerumah dan ngambilin barang-barang dirumah. Nggak tau deh itu barangnya di bawa kemana. Keluarga ku mau bilang juga gaenak, soalnya kita cuman numpang dirumah itu, rumah itu kan aslinya punya tante anti adek tiri papahku yang nomor dua, kamu tau kan rumah papaku di jual untuk biayain adik-adiknya yang ternyata pada nggak tau diri. Huh pusing deh aku, hidup kenapa begini banget sih!