Pertama

133 3 0
                                    


Saat pertama kali aku melihat hantu, wajahku berubah. Wajahku berubah menjadi pucat dan murung. Wajah serius yang terpampang memperhatikan papan tulis buyar. Rasa serius berubah menjadi takut. Seluruh kegiatan yang aku lakukan terhenti sejenak, aku mematung. Aku merinding, bulu kudugku berdiri.

Aku yang duduk di baris ke tiga dari depan. Tiga bangku dari sebelah kanan yang totalnya ada 8. Aku yang sedang mengikuti kegiatan belajar mengajar. Aku yang sedang memperhatikan papan tulis untuk mencatat ulang coretan guruku tiba tiba tersentak.

Aku sampai berteriak "Aaaaaaaa" Karena jeritanku, semua mata tertuju kepadaku. Semua pandangan yang bertanya tanya keheranan. Mereka bingung ada apa denganku. Aku masih terdiam. Mereka mulai bersuara. Mereka menanyakan aku kenapa. Tapi aku tetap mematung.

Sebuah teriakan dari seseorang di depan. Seakan memarahiku karena mengganggu kelas. Tapi dia juga seakan menanyaiku. Aku tetap mematung. Tak percaya apa yang aku lihat. Sesosok mahkluk yang mengerikan muncul.

Guru dan teman temanku kebingungan, karena aku yang tadi berteriak sangat kencang dan keras, lalu diam bagai patung. Mematung dengan kondisi duduk dan memegang bolpoin. Seakan akan menulis tapi terhenti, tak bisa apa apa. Dengan mata yang terbuka dan masih bisa untukku melihat keadaan sekitar. Pikiranku kacau dan ikut bingung, mengapa aku seperti ini, diam mematung. Aku berusaha menggerakkan tubuhku, tapi aku serasa lemah, takbisa menggerakan tubuhku sendiri. Seakan lumpuh, tapi masih memiliki kekuatan untuk duduk dan memegang bolpoin.

Sosok yang kulihat tadi benar benar mengejutkanku. Aku belum pernah melihat mahkluk seperti ini dalam hidupku. Saat aku melihat coretan coretan guru di papan tulis, aku tak melihat apapun selain guruku di depan yang juga sedang menulis. Tiba tiba aku melihat sosok dengan wajah hancur, berdarah darah karena luka, mata yang hampir copot dan bibir yang seakan tidak ada.

Wajah mahkluk ini tiba tiba muncul. Aku terhentak, menjerit, lalu mematung. Seakan tidak percaya. Aku berpikir, apa yang aku lihat tadi dalam kondisi mematung. Terbayang hal hal yang aneh. Irasional. Awalnya aku berpikir sedang berpikir hal hal yang menyeramkan. Lalu, tanpa sengaja aku melamun, membayangkan dan berhalusinasi.

"Tapi,untuk apa aku berpikir dan berhalusinasi demikian?"

Jika aku berpikir tentang hantu, apa karena semalam aku menonton hilm horor? Tapi, jika aku memikirkan hantu setelah menonton film horor, harusnya aku memikirkan hal hal yang hampir mirip dengan yang ada di film. Tapi, sosok yang tadi aku lihat sangatlah berbeda.

Wajah hantu yang ada pada film yang aku tonton, memiliki wajah yang masih seperti manusia normal pada umunya. Wajah yang oval, dengan make-up saja yang membuat menyeramkan. Tanpa ada luka sedikitpun dari hantu di film.

Sedangkan wajah sosok yang tadi kulihat benar benar hancur. Penuh luka. Penuh darah yang masih mengalir dan seakan akan menetes. Darah yang terlihat segar.

Aku meninggalkan pemikiran pertamaku. Karena aku pikir, tidak mungkin aku bisa berkhayal hal yang belum pernah aku lihat. Aku juga tidak begitu pandai berimajinasi. Dan bagaimanaa juga aku mendapatkan gambaran yang begitu jelas. Berkhayal sambil memperhatikan pelajaran adalah hal yang mustahil bagiku.

Dan untuk apa juga aku berkhayal yang aneh. Berkhayal yang menakutkan orang yang penakut sepertiku.

Setelah itu, aku mulai berpikir lagi. Kali ini aku berpikir dengan teman temanku yang aku pikir telah bekerja sama dengan guru untuk mengerjaiku. Memang teman temanku ini begitu jail. Mereka bisa mengerjai siapa saja, dimana saja dan dengan cara apa saja.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 23, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Datanglah PadakuWhere stories live. Discover now