Case 1: The Begin

95 7 4
                                    




  " Huh, karena masalah sepele ini mereka memanggil kita. Sungguh menyebalkan." Dengus seorang gadis berambut warna cokelat karamel sebahu disertai dengan pita berwarna biru muda menempel manis pada punggung rambutnya. Dan iris mata berwarna hijau yang selaras dengan permata emerald.

" Apa, mereka ini tidak bisa menjaga barangnya sendiri. Entah Handphone lah, buku novel lah, sampai pulpen yang hilang. Langsung men-cap barangnya hilang karena dicuri. Jelas sekali itu bukan kasus pencurian. Mereka hanya lupa dimana terakhir kali mereka meletakkan barang tersebut. Kasus yang seharusnya kita dapat adalah kasus yang lebih keren dan misterius. Dimana sang tersangka tidak meninggalkan jejak dalam kasus pencurian. Itu baru terasa menegangkan." Balas seorang pemuda yang ikut beragumen, dengan rambut pirang dan iris mata berwarna biru langit. Umurnya beberapa tahun diatas gadis berambut sebahu.

Gadis itu mengangguk tanda setuju dan melanjutkan pendapatnya. " Betul sekali, Albert. Tidak bisakah mereka sedikit menghargai kita. Kita juga punya urusan, selain meladeni masalah sepele mereka. Aku harus membuat desain baju musim panas untuk tahun ini. Sehingga aku tidak punya waktu untuk menonton drama Romance baru ku."

Albert mengernyitkan dahi dan mengangkat satu alisnya tanda tak setuju. Karena tampaknya gadis itu mencoba mengganti arah pembicaraan mereka berdua. Kemudian dengan nada suara yang agak ditinggikan Albert pun menjawab " hei, Sarah. Jangan mengganti topik arah pembicaraan kita. Lagian drama apalah mu itu bisa di tonton di hari weekend. Jangan mencangkup pautkan hal yang tak penting."

Mendengar jawaban dari Albert yang tidak ia harapkan. Sarah hanya cemberut dan menatap sinis ke arah Albert. Albert pun membalas tatapan yang sama. Sebentar lagi pertengkaran diantara keduanya siap meledak.

Melihat hal tersebut salah seorang dari sahabat mereka berdua yang berambut pirang dikepang dua. Dan dilengkapi iris mata yang berwarna senada dengan permata 'Saphire'. Sayangnya keindahan permata tersebut ditutupi sepasang kaca mata bulat. Ia segera melerai kedua sahabatnya dengan suara yang lembut namun cukup tegas. " Kalian berdua, tolong jangan bertengkar sekarang!"

" Maafkan kami, Elif." Jawab mereka berdua hampir secara bersamaan dengan raut wajah bersalah. Keduanya segera menyadari hampir melakukan hal yang lebih tidak penting untuk saat ini.

Melihat jawaban dan raut wajah mereka berdua Elif hanya menghembuskan nafas lega sementara pria berambut hitam dengan iris mata berwarna langit malam yang berada tepat di sebelahnya tersenyum geli menahan tawa karena reaksi kedua sahabatnya yang menurutnya cukup lucu.

Dia adalah Fatih. Umurnya sembilan belas tahun kira-kira sepantaran dengan Albert. Menurut kalian kenapa Fatih dan Albert bisa diterima di SMA dengan umur yang terbilang cukup tua. Itu karena wajah mereka baby face makanya bisa diterima di sekolah ini dengan identitas yang dipalsukan.

Kami perlu merahasiakan hal itu karena kami adalah 'detektif', agar kami tidak menjadi incaran para 'mafia' dan penjahat lainnya.

Mengapa kami diperlakukan layaknya seorang detektif di sekolah?. Bukan berarti kami membeberkan identitas kami di sekolah loh. Kami berempat hanya dihadiahi oleh para guru dapat menjadi pengurus sekolah karena telah menjadi contoh anak teladan yang sopan, cerdas, dan berprestasi.

Disini lah ceritaku bermulai bersama ketiga sahabatku.

empat sekawanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang