Hubungan sebelum halal bukan batasan hati, terpenting saling melengkapi tanpa harus menyakiti. Hubungan tanpa status pula bukan cara terburuk untuk dijalani, karena status tak memupun kapan ia akan berpaling ke lain hati.
Kisah yang indah, tak selamanya murni akan indah. Karena untuk bisa indah, memiliki tantangan tersendiri. Tinggal seberapa kuat kita lewati, seberapa indah pula yang akan kita dapati nanti.
Jangan terlalu berspekulasi sendiri, tapi pada kenyataannya tak sesuai dengan apa yang kita prediksi. Cobalah telusuri, baru terkuaknya bukti.
°°°
"HEI SAYANG!"
Teriakan itu mampu mengalihkan sedikit fokus Anggie terhadap apa yang sedang ia geluti, namun bukan Anggie namanya jika ia mudah tergoyahkan hanya karena sebuah teriakan. Dengan menarik napas dalam, ia mencoba kembali fokus dengan tidak mempedulikan teriakan seseorang di bawah sana.
"Kamu yang di atas, pakai baju pink! Gue mau tanya sesuatu, lo bisa nggak respons ucapan gue sebentar aja!" pintanya masih dengan teriakan yang sama.
Anggie yang sudah kembali fokus, kini harus rela goyah kembali akibat seseorang di bawah sana. Dengan sedikit kesal tanpa membuka matanya, ia pun menjawab dengan berteriak, sama halnya dengan seseorang tadi. "KALAU MAU TANYA, TANYA AJA SAMA SATPAM. NGGAK PERLU PAKE TERIAK-TERIAK SEGALA, BERISIK DAN SANGAT JELAS GANGGU ORANG, TAU NGGAK?!"
"Gue mau tanyanya sama lo, jadi lo harus buka mata. Gue maksa pokoknya!" ucapnya dengan nada memerintah.
"Siapa sih, ganggu banget. Nggak tau apa orang lagi asyik nyantai," sewot Anggie membuka matanya dan mendapat suguhan menarik yaitu seorang cowok yang sedang melambaikan tangan dari bawah sana.
"Nah! Begitu kek dari tadi. Sekarang gue minta lo turun. Sekarang juga, titik nggak pake koma, pakenya tanda seru!" perintahnya kemudian tanpa mengenal bibit, bobot, dan bebetnya.
Anggie yang jengah pun akhirnya memutuskan untuk turun menemui cowok berisik tadi. Dengan gerutuannya, Anggie menuruni anak tangga dengan ogah-ogahan.
"Loh, itu mukanya kenapa sayang? Kok, kek yang lagi sebel sama orang gitu?" tanya sang mamah yang kebetulan saja keluar dari arah dapur.
"Tau tuh, Mah. Ada orang nggak jelas di depan, ganggu aku lagi nyantai. Nggak tau apa kalau aku paling nggak suka diganggu kalau lagi quality time," adunya sambil terus berjalan menuju pintu utama.
Sedang di sana, orang yang katanya mau bertanya pada dirinya, justru malah asyik mengobrol dengan pak satpam penjaga rumah. Dengan kesal ia menghentakkan kaki, lalu melangkah mendekat. "Tanya apa?!" ucapnya to the point.
"Eh, Non Tasi. Tumben turun ke bawah, biasanya nggak mau turun, Non," balas Pak Budi, sang satpam yang memang sering memanggilnya dengan panggilan Non Tasi, seperti Bi Narsi-istri dari Pak Budi-yang juga ART di rumahnya.
Anggie tersenyum sebagai balasan, namun matanya menajam ketika mengalihkan pandangannya ke sisi sebelah kiri Pak Budi. "Mm ... Pak, boleh tinggalkan kami berdua sebentar?" pinta Anggie dengan nada lembut.
"Tentu boleh atuh, Non. Silakan, tapi ingat, jangan macam-macam ya, Non. Belum mahram." Pak Budi beranjak dari kursinya dan mempersilakan Anggie untuk bicara berdua, tak lupa pula Pak Budi mengingatkan akan batas-batasannya.
Setelah mengucapkan terima kasih dan dilanjutkan dengan kepergian Pak Budi, Anggie kembali menatap garang seseorang yang kini ada di hadapannya.
Seseorang yang sedang menampakkan lesung pipinya yang manis, saking manisnya Anggie sempat berpikir; cowok ini lumayan cute juga ya.
Anggie yang tersadar dari pemikirannya yang bodoh hanya mengibas-ibaskan tangan, mengusir pikiran yang malah membuatnya semakin mengkhayalkan yang tidak-tidak.
"Ngapain senyum-senyum?" tanya Anggie dengan sedikit melototkan matanya. Seseorang itu hanya menggeleng masih dengan senyuman yang sama.
"Agil Albiansyah. Panggilannya Agil. Kita belum kenalan, kan?" ucapnya dengan menyodorkan tangan. Namun, Anggie tak berniat menyambutnya sama sekali.
"Udah tau," balasnya cuek.
"Sekarang mau tanya apa?" Anggie melipat tangannya di dada, menatap jengah adik kelas yang selalu ia marahi di setiap hari Senin. Entah sadar atau tidak, ia mulai menyukai cara Agil tersenyum.
"Oh, oke. Sampai ketemu besok," ucap Agil yang berlalu begitu saja tanpa rasa bersalah.
Anggie yang tak menduga hal tersebut pun melongo tak percaya.
"Maksudnya tadi apaan coba? Seenak jidat ganggu orang, dan apa katanya 'ada yang mau ditanyain' eh, malah dia yang memperkenalkan diri, aneh! Dia kira aku yang nanya kali ya. Heran deh. Udah ah, bodo amat. Orang macam itu, dipikirin," acuhnya kemudian, setelah mengeluarkan semua rasa geramnya.
Tak disangka, Agil kembali mendekat ke arah Anggie.
"Ingat, besok kita bakalan ketemu lagi," bisik seseorang di belakang Anggie dengan suara lirih dan mampu membuat bulu kuduknya meremang seketika.
Anggie yang mulai merasakan hawa aneh langsung mengusap tengkuknya dan menengok ke belakang. Tak ada orang, namun ternyata tak jauh dari sisi kanannya ada seseorang yang tertawa terbahak-bahak melihat tingkahnya.
"AGIL ALBIANSYAH!!!" teriaknya menggelegar hingga tawa di sana makin terdengar puas.
°°°
Versi terbaru dengan nama pemeran yang baru pula.
Semoga suka, have fun.
Tinggalkan jejak walau hanya sekedar dengan mengklik bintang dipojok kiri.
Salam kenal
Zizaa_nn
KAMU SEDANG MEMBACA
- ADIK - KAKA KELAS
Teen FictionAnastasia Anggie Dharma °°° Biar kukenalkan pada sebuah kisah, lebih tepatnya kisah cinta; Kisah sepasang remaja beranjak dewasa seperti pada umumnya yang saling support, perhatian, dan kadang pula bertengkar karena perselisihan semata. Hanya satu y...