Reenata duduk di luar kelas sambil memandang lapangan basket dengan tatapan sendu. Pikirannya melayang ntah kemana, ditambah sedikit tiupan angin sepoi-sepoi yang menerpa wajah membuatnya makin terbuai dengan perasaanya sendiri. Ia memang tipe anak yang lebih suka untuk menyendiri apabila sedang memiliki masalah. Menenangkan hati dan pikiran sekiranya lebih baik daripada menceritakan masalah kepada 'teman' yang mendekat hanya untuk ingin tahu tanpa peduli, bahkan tanpa mencari solusi.
"hey," Dara menyenggol Ren sekali. Bergeming. "Reeenn, ngelamunin apaan sih? Seru Dara akhirnya tepat di telinga Reenata dan akhirnya memecahkan lamunan sahabatnya itu.
"kantin yuk, 10 menit lagi masuk ni. Lo belum ada makan kan? Beli cemilan yuk buat makan di jam Matematika nanti hehehe". Ren tersenyum lalu mengangguk tanda menyetujui ajakan teman dekatnya itu. Mereka jalan melewati ruang kelas IPS 4 yang terkenal dengan pencetak terbanyak lelaki tampan tapi otak yang pas-pasan. Reenata hanya jalan lurus dengan pandangan ke depan tanpa banyak bicara, sedangkan Dara sibuk melihat kanan kiri untuk mengecek seluruh laki-laki yang duduk di depan kelasnya.
"sengaja lewat sini?" tanya ren singkat setelah melewati banyak mata tadi.
"eh, hahah lumayan kan buat cuci mata sebelum pelajaran nanti?".
Dara adalah teman terdekat yang sedikit Reenata percayai, ia orang pertama yang mengajak Ren untuk berbicara saat hari pertama pindah ke sekolah SMA Andalan Terpadu ini. Menurut Ren, Dara memiliki paras yang lumayan cantik dan senyuman yang manis. Tapi ntah mengapa hampir 1,5 tahun sekolah di SMA ini ia selalu mengeluh tidak punya kekasih. Padahal sebenarnya banyak di luar sana yang ingin mengenal lebih dekat dengannya. Benar kata orang-orang 'hati tidak bisa dipaksakan'.
"Ren? Cuma beli roti sama susu aja? Yakin ngga kelaparan?"
"diet"
"idih, diet atau lagi miskin? Ntar mag nya kambuh lho" nyinyir Dara yang masih sibuk memilih cemilan.
"bodo amat, cepetan pilih. Bentar lagi masuk, gue tunggu di depan ya, di sini panas" Dara hanya menjawab dengan anggukan.
Reenata berjalan pelan sambil menenteng dua belanjaannya tadi melewati pria yang dianggapnya cukup nyentrik karena memiliki model potongan rambut man bun. Ia sadar dari tadi pria itu melihatnya saat pertama kali memasuki kantin.
"Reeen, tunggu." Teriak Dara pelan. Ia berlari mengejar Ren yang sudah hampir keluar dari kantin.
"Pernah lihat oom yang duduk pakai baju kemeja maroon itu ga?" tanya Ren berbisik. Tanpa pikir panjang Dara langsung menoleh kebelakang. "wah, dia senyum Ren". Ucap Dara sedikit keras, dan mungkin terdengar sama lelaki itu.
"anjirr, bisa gak sih liatnya nanti? Kan dia jadi tau kalau sedang diomongin" ucap Ren dengan gigi yang rapat. "di balas ga senyumnya?" tanya Ren lagi.
"ya ngga lah, kan gue keburu kaget karena dia senyum" balas Dara polos. Ren hanya bisa menghela nafas melihat kelakuan teman dekatnya ini. "kan kesannya kita jadi ga sopan Ra." Dara menghentikan langkahnya.
"lah, kenapa ra? Kok diem?"
"tunggu disini ya".
Dara berlari kecil kearah laki-laki yang dikantin tadi. "om.." sapa Dara sambil senyum. Kemudian berbalik arah lagi ke Ren yang dari tadi hanya terdiam melihat tingkah temannya yang satu ini. Reenata menutup setengah mukanya karna tak kuat menahan malu. Sedangkan laki-laki 25 tahun tadi hanya bisa tertawa kecil melihat tingkah laku dua murid yang dari tadi mampu menarik perhatiannya.
"hm.. Ren gimana kabar hubungan kalian ?" tanya Dara
"kalian siapa?" balas Ren singkat.
"ya lo sama Nata lah, masa oom tadi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Here By Choice
Romance"ren, jangan menyalahkan orang ketiga dalam sebuah hubungan" ucap El saat memberikan masukan kepada anak murid yang tengah konseling kepadanya. "kamu tau kenapa?" sambung El kembali, Reena hanya menggeleng samar sambil menatap guru bk untuk mend...