Di tempat yang jauh di sana di antara tingginya pegunungan yang menjulang menopang langit dan di antara pepohonan yang melambai terdapat sebuah rumah tua yang kesepian. Sebagian orang di desa mengatakan rumah itu ditinggali oleh seorang penyihir tua yang jelek dan sebagian orang lainnya mengatakan rumah itu ditinggali seorang laki-laki yang rupawan. Pada akhirnya tidak ada yang tahu pasti siapa yang tinggal di sana.
Angin berhembus di antara pepohonan yang rindang, suara daun yang bergesekan dan air sungai yang mengalir mengisi kesunyian hutan. Burung-burung saling bersahutan dari ujung ke ujung. Pria itu kembali ke tempat yang sama di bawah pohon yang sama dan di waktu yang sama hanya diam termenung melihat air yang mengalir ke arah hilir. Terkadang dia menatap matanya dan menatap ke langit yang di tutupi daun dan menghembuskan napasnya. Dia terlihat menikmati suasana ini namun jauh di matanya dia terlihat bersedih, hatinya berkecamuk dan ribut pertanda atas ketidakmampuannya untuk melarikan diri.
Ia tenggelam dalam lamunannya sendiri, untuk sementara dia merasa tenang dan damai. Perlahan-lahan dia tenggelam semakin dalam ke pikirannya sendiri seperti orang yang sedang berdiri di atas pasir hisap. Suara air yang beriak membangunkannya, dalam seketika dia duduk dan berusaha menyembunyikan dirinya di balik pohon.
Suara langkah kaki terdengar berjalan mendekatinya.
Pria itu mencoba mengintip dari antara dedaunan. Seorang gadis kecil yang polos sedang berdiri di hadapannya. Dia membawa sekeranjang bunga di tangan kirinya dan tangan kanannya menawarkan satu bunga melati yang masih cantik.
"Apa yang kamu lakukan di sini gadis kecil?" Tanyanya sembari jalan keluar dari pohonnya.
Gadis itu hanya bengong dan menatapnya kosong sebelum akhirnya dia berkata. "Aku akan kembali besok" sambil berlari pergi menjauh.
Keesokan harinya
Angin berhembus lebih kencang dari biasanya dan daun berguguran seperti salju. Pria itu duduk di tempat yang sama dan di waktu yang sama. Suara riak air kembali membangunkannya. Gadis kecil yang kemarin datang sudah sampai di sini dengan keranjang bunganya.
"Ini, aku membawakanmu bunga" ucapnya sambil menawarkan satu bunga yang dia pegang di tangan kirinya. Dia berlari mendekati sang pria yang hanya duduk terdiam. "Paman siapa?" tanyanya.
"Menjauhlah dari ku gadis kecil. Apakah kamu tidak mendengarnya dari desamu? Aku adalah seorang penyihir yang jahat yang akan memakan anak kecil." Sang pria berusaha menakuti.
"Tapi penyihir yang ada di cerita adalah seorang wanita tua yang jelek. Sedangkan paman adalah seorang laki-laki" balasnya.
Si pria hanya terdiam dan bertanya. "Apa yang kamu inginkan?"
"Aku membawakanmu ini" tangannya menawarkan bunga yang tadi dia pegang. Bunga melati yang masih segar dan cantik.
"Aku tidak akan menerimanya"
"Mengapa?"
"Bukankah sudah aku beri tahu bahwa aku adalah seorang penyihir yang jahat. Aku bisa memakanmu kapan saja" katanya sambil mengangkat kedua tangannya dan menunjukkan giginya berusaha menakut-nakuti
Si gadis kecil hanya terdiam polos menatap mata sang pria.
"Berikan bunganya kepadaku" pintanya.
Si gadis kecil pun memberikannya. Dalam sekejap bunga melati putih yang cantik berubah menjadi berwarna cokelat dan membusuk. Sang pria hanya terdiam saja sambil melihat bunga yang dia pegang berubah, dia tersenyum sedikit. Senyum yang penuh kesedihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunga dan Kursi Kayu
Short StoryAku sudah melepaskanmu untuk melayang di luasnya angkasa di antara bintang dan di atas luasnya ladang gandum yang kekuningan. Kau sudah pergi. Lalu, dia datang dan membisikkan sesuatu kepadaku.