Carousel

6 0 0
                                    

Ander, seperti halnya gadis seumurannya, juga menyukai crowded, lalu-lalang manusia yang berjalan dengan tujuan mereka masing-masing. Oh, betapa Ander menyukai kerumunan orang-orang. Bagaimana manusia bisa berjalan tanpa pernah bertubrukan dengan yang lain, kadang sendirian, kadang bersama berkelompok, kadang berdua, seperti Ander dan Alex. Tak butuh waktu lama untuk Ander agar mengajak Alex ketempat yang akan mereka datangi ini.

Rambut merah Ander berterbangan disana sini, gadis itu memang tidak pernah memperdulikan penampilannya, asalnya rambutnya dikepang dua, ia tak peduli jika beberapa helai rambutnya berterbangan, dan Alex tentu saja tidak bisa membiarkan hal itu. Alex bukan orang yang sangat mendambai kerapian seperti itu. Alex punya alasan tersendiri.

Gadis itu tampak cantik. Begitu yang terlihat dari kacamata Alex. Entah karena hari itu sangat cerah karena penuh dengan bintang, entah karena Ander memakai baju musim panasnya, entah karena Ander dengan matanya yang berbinar menjelajahi setiap sudut tempat itu seakan ingin segera melakukan inspeksi. Yang Alex tau hanya ia tidak bisa membiarkan Ander jauh dari pandangannya.

"kau yakin kau benar-benar ingin menemaniku?" Ander untuk pertama kalinya semenjak mereka datang ketempat itu menatap Alex lekat-lekat, membuat pemuda itu cepat-cepat mengalihkan pandangannya.

Alex terdiam. Bagaimana gadis itu bisa terlihat manis? Alex tak sadar apakah kalimat barusan memang ia katakan, atau hanya dalam pikirannya saja, jadi kalimat yang bisa ia katakan selanjutnya adalah "kenapa?".

"ayolah, kau seharusnya menikmati permainan ini. Ah, Look! Kau yakin tidak ingin mencoba beberapa permainan? Kurasa carousel di sebelah sana menyenangkan."

Entah Ander bermaksud menunjuk permainan itu, atau pemuda yang menjaga karcisnya. Alex tentu tau benar bagaimana gelagat gadis itu ketika menemukan seseorang yang menarik perhatiannya. Great, kini Alex tau dirinya kalah telak.

"hati-hati dengan langkahmu miss" gumaman pemuda itu tentu membuat pipi Ander bersemu merah. Ia tentu tidak akan gegabah ataupun ceroboh didepan orang yang ditaksirnya bukan? Alex jelas-jelas melihat perubahan pada wajah Ander, dan ia tidak senang akan hal itu.

"kalau kau jatuh aku tidak akan menggendongmu." Alex tidak bermaksud untuk memberikan tekanan pada nadanya. Ia hanya tidak tahan ketika perasaan tidak enak mengerogotinya, dan membuat dirinya merasa perlahan-lahan terpuruk. Harga dirinya terlalu tinggi untuk kalah dengan pemuda penjaga carousel itu.

Ander memilih untuk tidak menanggapi Alex. Ia tau Alex hanya tidak senang dengan kenyatakan bahwa pemuda itu harus menemaninya ke taman bermain. Dan tentu saja Ander menikmati hal itu, Ander senang melihat Alex kesal.

Carousel pun berjalan perlahan. Lampu-lampu kecil yang bertebaran di atapnya terlihat mencolok pada malam itu. saking terangnya, Ander dapat melihat cahaya itu memantul pada kedua manik kecil Alex, dan Ander terpesona karena hal itu. Alex mungkin menatapnya dengan bingung, menganggap Ander gila karena terus-terus melihatnya ketika carousel tumpangan Ander berjalan mendekati Alex. Ander terlalu terpesona karena ia hanya menatap dalam diam, dan terlalu fokus hingga ia tidak menyadari bahwa carousel itu telah berhenti, dan kini mereka berdua sedang bertatapan.

"bolehkan aku menaikinya lagi?" ada nada berharap dari cara bicara Ander. Ia jelas-jelas menatap Alex. Tapi pemuda itu tidak lagi menatapnya.

"Alex, apa aku boleh menaikinya sekali lagi?"

"tidak."

"kenapa?"

"karena malam sudah terlalu larut."

"kenapa?"

Alex terdiam. Ia tentu bukan orang yang berhak melarang siapapun menaiki carousel itu. Ia tidak mengerti alasan gadis itu lagi-lagi ingin menaiki carousel. Padahal penjaga carousel telah berganti, dan Alex yakin kali ini alasannya bukan karena pemuda itu.

"Alex..."

Pemuda itu menarik paksa tangan Ander. Perbuatan yang tak pernah terpikirkan oleh Alex. Ia bahkan tidak sadar saat melakukan itu.

"rambutmu akan berantakan."

Entah karena Alex ingin mengalihkan pembicaraan, entah karena Alex hanya mengarang alasan.

"aku bisa menggerainya"

"jangan!" kali ini Alex sadar bahwa ia telah berteriak tanpa sadar. Dan sebelum Ander memandangnya dengan kesal, Alex menambahkan, "jangan menggerainya, kumohon."

"kenapa?" lagi-lagi Ander bertanya pertanyaan yang sama.

"aku tidak bisa membiarkan orang melihatnya."

"kenapa? Apa karena kau tidak ingin aku terlihat normal didepan orang lain? Apa aku harus selalu terlihat rapi?"

Alex tidak segera menjawab pertanyaan Ander, walaupun dalam dirinya kalimat itu mendesak ingin keluar dari kerongkongannya.

"oh, atau kau cemburu?"

Wajah Alex memerah dan Ander tidak butuh waktu lama untuk menyadari itu, meskipun lampu-lampu disekitar mereka tidak terlalu terang. Ander menyadari pipinya bersemu merah, dan mereka salah tingkah selama beberapa saat.

Kemudian, tanpa diminta Ander berjalan mendekati Alex, lalu gadis itu memeluknya.

"bagaimana kau bisa cemburu jika yang sedari tadi kulihat hanya matamu yang ditimpa cahaya carousel?"

"Ander? Ada apa dengan carousel?" sebuah suara memasuk pendengaran Ander, padahal ia yakin bahwa hanya mereka berdua disana.

Lady Elizabeth mengaburkan lamunan Ander. Lalu kemudian Ander tersadar, Alex yang dilihatnya tadi hanya sepenggal cerita yang pernah terjadi diantara mereka. Penglihatan Ander terasa mengabur, dan tanpa sadar air mata turun dari kelopak matanya. Iya, Alex yang diingatnya kini telah tiada. Tiga tahun sejak mereka berpisah, dan setahun sejak berita kehilangan Alex sampai kepadanya.

----------------------

Alex-Ander : Carousel adalah sepenggal cerita tentang kehidupan kedua sahabat yang saling mengasihi, kondisi zaman pada saat itu memaksa mereka menghapuskan ego mereka demi mendapatkan kebahagiaan sejati. 

Alex-Ander : Carousel merupakan prolog dari cerita Alex-Ander.  

Alex dan Ander - CarouselWhere stories live. Discover now