Di tengah kantin universitas yang ramai, Dohoon duduk sendirian dengan semangkuk mie ayam yang masih utuh di hadapannya. Uap panas dari kuah mie ayam beraroma kaldu ayam yang gurih menebar di udara, namun Dohoon sama sekali belum tertarik untuk mencicipinya. Tatapannya kosong, terpaku pada satu titik di meja, seakan terpaku dalam lamunannya. Pikirannya melayang entah ke mana, jauh dari hiruk pikuk kantin yang ramai.
Tiba-tiba, bahu Dohoon ditepuk dari belakang, menyentaknya dari lamunan. Dia menoleh dan melihat Youngjae, kawannya dari jurusan fashion design, berdiri di sampingnya dengan sekotak lumpia di tangannya. Youngjae tersenyum lebar, menunjukkan deretan giginya yang putih. "Mau beli lumpia?"
Dohoon mendengus kesal. "Bisa tidak sih kamu menjual makanan lain? Aku muak makan lumpia setiap hari." Keluhnya.
Sejak Youngjae bergabung menjadi pengurus dana usaha di BEM, setiap hari dia menyuruh Dohoon untuk membeli lumpianya. Awalnya Dohoon senang mendukung usaha kawannya itu, tapi lama-lama rasa bosan menyergap. Memakan lumpia dengan jumlah yang cukup banyak setiap hari membuat perutnya memberontak. Tapi mau bagaimana lagi? Dia tidak mau dilabeli sebagai teman yang tidak setia kawan.
"Ah, kamu ini cerewet sekali. Biasanya juga doyan." kata Youngjae sembari duduk di sampingnya. "Ku dengar kamu menyatakan perasaanmu pada Shinyu." Lanjut Youngjae.
"Bagaimana kamu bisa tau?" Dohoon sedikit tersentak dengan pernyataan Youngjae. Pasalnya, satu-satunya orang yang tau akan hal itu selain Shinyu adalah Jihoon. Sejak kapan berita dia menyatakan cinta kepada Shinyu itu sudah terdengar ke telinga Youngjae. Atau jangan-jangan satu universitas juga sudah tau?
"Kamu ini bodoh atau bagaimana?" Ujar Youngjae kesal. "Tau tidak apa masalahmu? Kamu tidak pernah mencoba mendekatinya, bodoh sekali. Tapi tiba-tiba saja kamu menyatakan perasaanmu, pantas saja kamu ditolak." Lanjut Youngjae.
Dohoon terdiam sejenak. Selama ini Dohoon memang tidak mendekati Shinyu, dia hanya menyukainya secara diam-diam. Bahkan, mereka jarang sekali mengobrol, hanya jika ada kepentingan tugas dari profesor.
"Ah, tapi masalah utamanya bukan itu! Dia bilang, dia menyukai seseorang."
Youngjae menghela nafas. "Lupakan dulu tentang seseorang itu. Toh kita tidak tau dia siapa. Yang penting sekarang coba saja dekati dia, aku akan mendukungmu. Sebagai teman satu BEM Shinyu, yang aku tau dia sangat menyukai sando dan anak anjing. Lakukan sesukamu dengan informasi itu. Jangan melakukan hal bodoh."
"Bagaimana kamu tau dia menyukai sando? Aku juga tidak pernah melihatnya menyentuh anak anjing fakultas. Aku pikir dia lebih menyukai kucing. itu Informasi baru bagiku."
"Lihat? Kamu tidak benar-benar mengenalnya. Dia selalu mampir ke kedai mini dekat perpustakaan. Hampir setiap sore aku bertemu dengannya untuk membeli sando. Dia juga sering membawa sando saat rapat. Kalau soal anak anjing, aku pernah membawa anjingku, lalu dia bilang bahwa dia sangat menyukai anak anjing."
Belum sempat Dohoon menjawab, Youngjae sudah terlebih dahulu beranjak dari kursi dengan sekotak lumpia di tangannya. "Aku pergi dulu, baru ingat ada urusan lain. Semoga beruntung mendekati Shinyu."
•••
Di awal jam perkuliahan fisiologi hewan, tiba-tiba pintu kelas terbuka lebar dengan Profesor Lee membawa seekor anak anjing samoyed putih yang menggemaskan. Bulunya yang halus, matanya yang berbinar penuh kasih sayang, dan ekornya yang bergoyang-goyang ke kanan dan ke kiri, membuat semua mata tertuju padanya. Nao, begitulah nama yang diberikan Profesor Lee untuk si mungil menggemaskan ini. Nao mengendus-endus sepatu mahasiswa yang ada di bangku depan, sesekali menjilat jari mereka yang mengulurkan tangan untuk menyapa. Dohoon membayangkan betapa senangnya Shinyu, yang menyukai anak anjing, jika dia bisa mengelusnya. Sayang sekali Shinyu duduk di bangku belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lengkara [Doshin]
Fanfiction"Aku mau dia" "Bisa, tapi hanya oleh mata. Sebab langit itu keberadaannya hanya bisa dimiliki oleh pandangan, bukan didekap menjadi kepemilikan utuh." Lengkara; kata sifat yang berarti ketidakmungkinan. Dia lengkara, ketidakmungkinan yang selalu di...