Chapter 1

11 2 0
                                    

“Hei.. kamu Zaina kan?” ujar cewek berbaju putih yang sedang berjalan bersama segerombol temannya.

Seseorang yang ditunjuknya hanya menatap dengan senyum ragu.

“Ngapain kamu mungutin sampah? Gak bauk ya? Jorok banget tau” sahut cewek lain sambil memasang wajah tidak suka.

“Tau ih.. itu lagi pake pegang sapu sama karung segala. Kamu pemulung ya?” ujar salah satu cewek yang paling pendek diantara lainnya.

“Bukan, saya hanya membantu ibu saya” jawab Zaina dengan senyum tulusnya.

Bagai teriris benda tajam tak kentara ketika setiap kalimat itu lolos dari bibir teman – teman yang mengetahui pekerjaan sampingan Zaina. Benar adanya Zaina memang memegang sapu, membawa karung, juga memilah sampah tapi dia bukan pemulung.

Zaina Ardiningrum, anak pertama dari dua bersaudara. Zaina telah melakukan pekerjaan sebagai petugas kebersihan juga penabung sampah sejak dia duduk dikelas dua sekolah menengah pertama. Dia melakukan pekerjaan sampingan ini sejak sang Ayah meninggal dunia. Zaina yang tak tega melihat Ibunya banting tulang mulai pagi hingga malam, berkeliling menjajakan jamu gendong demi mendapatkan secuil rupiah untuk melanjutkan hidup dan juga biaya sekolahnya. Zaina pun mendaftarkan dirinya untuk bekerja menjadi petugas kebersihan daerah, tak banyak rupiah yang ia dapatkan namun, ia sangat bersyukur bisa meringankan beban sang Ibu.

Saat para remaja lain sibuk dengan bermain, nongkrong sana – sini, membuat snap sampai lupa tempat juga waktu, Zaina hanya bisa diam dan belajar dirumah. Dua tahun mengemban tugas yang seharusnya tak dijalani anak seumurannya Zaina hanya bisa tawakkal dan menjalani hidupnya sesuai cerita yang dituliskan Maha Kuasa.

Seperti sore ini, Zaina kembali melakukan rutinitasnya menyapu dan memilah sampah untuk ditabung. Kilatan flash dari handphone salah satu temannya membuat Zaina dengan spontan menutup matanya karna silau.

“Bagus ini kalo dikirim ke-snap instagram.. pasti banyak yang kirim deal message” ujar Lika salah satu teman Zaina, dengan senyum merekahnya.

“Jangan..” ucap Zaina dengan lirihnya.

“Udah nurut aja. Lanjutin pekerjaan pemulungmu. Kita pergi dulu.. byeee Zaina..” dengan langkah sombongnya segerombol cewek itu pergi meninggalkan Zaina yang dengan sekuat tenaga membendung air matanya.

Dengan sekali usapan Zaina menghapus setetes air mata yang tak kuat dibendungnya. Zaina mulai mengambil nafas dalam juga penuh tekad dan semangat disetiap hembusnya. Dia harus kuat demi keluarga juga masa depannya kelak.

Setelah usai menyapu juga memilah sampah Zaina mulai mengayuh sepedanya dari simpang lima menuju kantor baru Bank Sampah dan Inovasi Persampahan yang berada di kawasan Kelurahan Penganjuran atau daerah barat Stadion Diponegoro Banyuwangi. Butuh waktu kurang lebih 10 menit untuk sampai dilokasi.

Bank Sampah Banyuwangi telah berdiri sejak April 2012 lalu. Namun, kantornya masih menempati bekas rumah dinas Sekretaris Daerah.

Dengan adanya kantor baru yang terintregasi, aktivitas manajemen persampahan bisa lebih aktif. Zaina pun tidak perlu mengayuh sepeda terlalu jauh untuk mengumpulkan tabungan sampahnya seperti dahulu. Dari awal berdiri hingga saat ini bank sampah telah berkembang. Modalnya terus bertambah hingga Rp 300 juta dari modal awal Rp 3 juta. Petugas berhasil mencatat tabungan nasabah dari hasil penukaran antara Rp 500 sampai Rp 1 juta. Nasabah bank sampah hingga saat ini telah mencapai 523 nasabah dari masyarakat dan dasa wisma, dan 77 nasabah dari lembaga sekolah tingkat PAUD hingga SMA seperti Zaina.

“Assalamualaikum kak Yasmin..” ucap Zaina saat memasuki kantor penukaran.

“Waalaikumsalam.. Zaina.. masuk sini..” balas kak Yasmin salah satu petugas bank sampah yang telah melayani Zaina selama 2 tahun ini.

“Kak, Zaina mau setor ini..” ujar Zaina sambil memberikan dua karung berisi sampah pilahannya.

------
Selamat datang dicerita baruku:)
Jangan lupa vote juga comment ya:))

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 26, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SERIBU EGO DALAM SATU NADA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang