"Apa saja bukti yang kau temukan?"
"Beberapa informasi menunjukkan indikator pembunuhan berantai." Jawab seseorang diseberang.
"Mengapa kau begitu yakin?"
"Para korban ditemukan tewas dengan luka pukulan keras di bagian kepala. Pukulan dipastikan menggunakan alat karena korban tewas hanya dalam sekali pukulan dengan kondisi kepala bocor dan mengalami pendarahan hebat. Semua korban mengalami hal yang sama."
"Ada informasi lain?"
"Ya. Semua korban adalah pria dewasa dan meninggal pada waktu yang sama setiap tahunnya. Mereka ditemukan tewas tanpa bukti kuat dan tergeletak di tanah dengan kondisi mengenaskan. Tidak ada saksi dan bukti yang menjanjikan."
"Bagaimana dengan lokasi kejadian?"
"Kesembilan korban pada sembilan tahun terakhir ditemukan tewas di sembilan tempat berbeda."
"Apa ada hubungan antar korban?"
"Tidak. Mereka tidak memiliki hubungan apapun satu sama lain."
"Kapan detail pembunuhan itu terjadi?"
"Setiap pembunuhan terjadi pada tanggal lima. Tahun pertama bulan Januari,tahun kedua Februari,tahun ketiga Maret,begitu seterusnya. Tahun kedelapan dan kesembilan berbeda,tahun kedelapan bertepatan dengan ulang tahun korban, yaitu lima Maret. Tahun kesembilan tanggal 5 Januari."
"Masih ada informasi lain?"
"Lokasi kejadian mengalami kemiripan, gang sempit dengan cahaya remang dan lembab. Itu saja."
"Baiklah. Kerja bagus. Nanti kutelepon lagi."
Tut.. Tut.. Tut..
Ah,kasus seperti ini lagi. Lima tahun terakhir bekerja sebagai polisi tak tanggung-tanggung menghadapkanku dengan berbagai masalah aneh. Pembunuhan, teror dan pemerkosaan bukan jadi hal asing bagiku. Walau sebagian besar dari mereka berhasil kutumpas, bukan berarti pekerjaanku semakin mudah. Beberapa dari mereka bahkan masuk ke dalam kasus tak terpecahkan karena pelaku gagal ditemukan.
Kasus kali ini kasus terparah bagiku karena melibatkan sembilan korban selama sembilan tahun terakhir. Kasus pembunuhan berantai jarang kutemui selama lima tahun. Menjadi seorang detektif-polisi wanita sama sekali bukan hal yang mudah karena nyawa jadi taruhan dan sorotan pelaku kejahatan.
"Hyeol!" Teriak Jihye membuyarkan lamunanku.
"Ya?"
"Dari tadi kau melamun.. kau bahkan tidak menyahutku.. sedang memikirkan apa?"
"Tidak ada."
"Huh.. kau sudah makan malam?"
"Aku tidak lapar."
"Kau ini kenapa sih? Aku mau pulang,kau masih disini? Yang lain juga sudah pulang."
"Ya!,pulanglah duluan."
"Baiklah, dah. Hati-hati pembunuh berantai." Ucapnya beranjak bersamaan dengan berapa pegawai diluar ruangan.
Suasana kantor benar-benar sepi dan lengang. Hanya aku sendiri disini, ditambah hanya lampu ruangan ku yang hidup. Ditambah dengan kaca-kaca dimana-mana yang memperlihatkan gelapnya malam diluar. Jalanan terlihat sepi dan sama lengangnya. Aku tidak takut karena sudah biasa bermalam dikantor.
Zzzzt.. zzzt...
Tiba-tiba HP-ku bergetar mengejutkanku. Ah,aku harus berhenti melamun.
"Halo?"
"Yak Ha Dong Hyeol!"
"Berhentilah memanggilku begitu. Aku jadi membenci namaku, sial."
"Haha,salahkan ibumu. Ah,aku jadi lupa marah. Yak! Dimana kau?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Memorandum Of Understanding
FanfictionBukan fantasi, bukan fiksi, Tapi deduksi dan misteri.