Hujan telah turun sejak pagi tadi, tepatnya pukul 6 pagi disaat sebagian besar para murid SMA 12 baru saja terbangun. Namun mereka terganggu oleh suara alarm dan pekikan ibu mereka melihat anaknya belum terbangun.
Dan sebagian besar pula, yang malah memilih tertidur kembali langsung mengumpat dalam hati ketika jam di kamar mereka menunjukan pukul 06.20.
Tak terkecuali cewek bernama Sahara.
Rambut panjangnya terlalu berantakan untuk seorang cewek yang terlihat sangat feminim diluar rumah.
Namun dia lebih memilih untuk melanjutkan tidurnya, setidaknya, sebelum kakak laki-lakinya menggedor-gedor pintu kamarnya.
. . . . .
"Nggak dimakan sarapannya, sayang?"
Anggita, ibu Sahara datang dengan setoples selai kacang yang baru saja diambilnya dari kabinet dapur.
Sahara tersenyum kecil, manis.
"Dimakan kok"
Ayahnya hanya mendengarkan percakapan dua orang itu dengan Koran pagi yang terbuka lebar, kacamatanya berwarna hitam.
Lalu dari arah ruang keluarga, datang Aditya. Kakak cowok kedua Sahara, soalnya kakak pertamannya sedang melanjutkan S2 di Milan.
"Kalau gak mau gue tinggal.. cepetan dikit. Hari ini gue ada presentasi"
Aditya langsung menyambar roti dengan selai kacang yang baru saja dioleskan Anggita, lantas pergi tanpa mengucapkan sepatah kata apapun lagi.
Memang, sangat tidak sopan. Terlebih lagi terhadap ibunya sendiri, tetapi karena sedari dulu Aditya selalu keras kepala ketika diberitahu. Setidaknya, menurut Anggita, Aditya tidak pernah memaki ataupun berbicara kasar terhadap orang rumah.
"Aku makan dijalan aja, udah hampir telat juga sih."
Sahara langsung berdiri dari duduknya, memakai ransel birunya, lalu mengecup pipi ayah dan ibunya. Selanjutnya langsung berlari mengejar kakaknya yang telah menungggu di depan.
"Hati-hati, sayang. Bilang sama kakakmu jangan mengebut"
. . . . .
"Kak, aku nanti gak usah dipayungin, ya"
"Gue gak berniat payungin lo."
Sahara langsung memberengut kesal, dia kan omongnya pelan, sama sekali nggak nyolot. Bisa-bisanya masih dibales cuek.
"Kalau aja Kak Rasyid nggak ke Milan, aku gak bakalan kok, nebengin kak Adit" kata Sahara sembari turun dari mobil kakaknya.
Tangan Sahara memeganggi kedua ujung tasnya. Sedikit terlihat seperti anak kecil.
"Yaudah, mulai besuk berangkat sendiri aja"
Belum sempat Sahara menyuarakan sesuatu, pintu mobil langsung ditutup oleh Aditya, dan langsung melaju keluar dari halaman sekolah.
Sahara masih memperhatikannya sampai mobil merah kakaknya menghilang dari pandangannya,
"Jadi serba salah" guman Sahara pelan.
Tangannya terbebas dari memegang tas. Mata bulat itu menjelajah sekeliling sebentar, lalu melangkat menuju lobi yang akan mengantarkannya ke kelasnya.
. . . . .
"Kak Sahara!"
Seorang cewek dengan rambut tergerai berlarian mendekat kearah Sahara dan Karin, ketika keduannya berjalan dikoridor kelas XI sekembalinya mereka dari kantin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rinai
Teen FictionSahara menyukai Alam. Cewek cantik paket komplit, minus dengan sikap sombongnya sebagai primadona di SMA 12. Si Queen Bee yang hatinya hancur, ketika pertama kali ditolak oleh cowok perpaduan cupu-keren bernama Alam. Dan Sahara, mencoba untuk mem...