I

220 30 1
                                    


Hello?
Did you eat?
Where are you, what are you doing?
Because I'm worried about you

----


"Yeoboseyo, Minhyun-ah?"
Lelaki berambut hitam itu terlihat sedang menelepon seseorang yang jauh disana. Ia berada di salah satu ruang latihan di gedung agensinya, tengah bersandar di sofa berwarna coklat muda yang tak hanya menjadi tempat duduk, namun terkadang juga merangkap tempat tidurnya ketika ia tak sengaja terlelap karena terlalu lelah dengan latihan.

"Bagaimana kabarmu? Baik-baik saja kan? Kau dimana sekarang? Apa kau sudah makan malam?"

"Ya! Bicara pelan-pelan Jonghyun-ah. Kalau kau bertanya beruntun seperti truk gandeng seperti itu bagaimana aku menjawabnya huh," teriak seseorang dalam sambungan telepon.

"Haha leluconmu garing sekali Minhyun-ie, baik aku akan bertanya satu persatu kalau begitu," jawabnya sambil tertawa. Teman yang sudah ia anggap saudara ini memang terkadang melucu tak jelas. Kadang selera humornya bagus, kadang juga tidak, seperti dulu. Ah, ia kembali memikirkan masa lalu, dimana mereka masih bersama.

"Tak usah, aku masih mendengar pertanyaanmu cukup jelas tadi,"

"Jadi kau..."

"Jadi aku baik-baik saja. Aku sedang di dorm, kami baru saja selesai latihan. Dan ya, aku sudah makan malam bersama mereka juga," jawab Minhyun cepat.

"Baguslah. Aku tidak perlu mengkhawatirkanmu kalau begitu,"

"Memang tidak perlu, kau saja yang terlalu berlebihan haha,"

Jonghyun hanya tersenyum mendengar candaan Minhyun. Tak perlu berlebihan katanya. Apakah memang ia terlalu berlebihan? Mengkhawatirkan temannya yang sudah ia anggap seperti saudara setelah lebih dari tujuh tahun bersama, melewati suka duka bersama. Hanya karena Minhyun tak memberi kabar selama hampir dua bulan setelah pindah dorm dengan member Wanna One yang lain. Jonghyun merasa ia tak berlebihan. Menurutnya itu wajar untuk mencurahkan kasih sayang pada orang yang dekat denganmu bukan? Lagipula ia juga merasa bertanggung jawab sebagai seorang leader, karena salah satu membernya sedang tidak bersamanya.

"Ya, aku mengerti. Kalau begitu kututup ya sambungan teleponnya, kau juga butuh istirahat. Jangan lupa mandi setelah ini, kau tidak ingin tubuhmu gatal-gatal dipagi hari karena alergi dengan keringatmu sendiri kan?"

"Kau ini, masih saja cerewet tentang alergiku. Padahal sudah membaik dan tak separah dulu. Lagipula aku memang berniat mandi, gerah sekali sehabis latihan tadi," jawab Minhyun dengan mengibas-ibaskan kaos yang menempel didadanya karena keringat.

"Oke, kututup ya. Byee,"

"Eum, bye Jonghyun-ie,"

Dan sambungan telepon pun terputus.
Ya, tentu saja Jonghyun masih suka mencereweti tentang alergi dan kebiasaan Minhyun. Bagaimana tidak, bertahun-tahun mereka bersama dan sekarang harus terpisah karena salah satunya terikat kontrak dengan agensi lain selama hampir dua tahun yang akan datang. Untuk menelepon seperti tadi saja Jonghyun harus menunggu dan menimang-nimang. Apakah ia telepon sekarang atau besok saja. Ataukah ia harus menunggu sampai Minhyun yang telepon lebih dulu memberi kabar. Ia tak ingin mengganggu tentu saja. Minhyun pasti sibuk dengan persiapan debut, latihan, recording, photoshoot, commercial, dan lain-lain. Belum lagi peraturan agensi baru yang mungkin berbeda dengan agensinya terhadap privasi member termasuk handphone dan waktu luang.

Begitulah Jonghyun, dewasa dan penuh pertimbangan. Tak heran, karena ia dan grupnya debut di umur yang sangat muda yaitu tujuh belas tahun. Ditambah lagi ia yang didapuk menjadi leader. Mau tak mau harus siap mengayomi para membernya yang berbeda-beda karakter itu. Ia belajar memimpin dan bertanggung jawab di usia yang sangat muda, mungkin hal itu yang menjadikannya seorang seperti sekarang.





-------

a/n.
cerita ini bakal saya update ketika readersnya suda agak banyak hehe.
mohon vote nya juga kalau dirasa bagus☺️

🙏🏻🙏🏻🙏🏻

Hello 2017 Ver. [NU'EST]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang