chapter 1

23 4 0
                                    

    Sewaktu TK, aku selalu bermimpi, mimpi yang bisa menjadi kenyataan di dunia aslinya. Mimpi yang kadang baik atau buruk terjadi di dalam mimpi itu. Salah satu yang tidak ingin kumimpikan adalah kehilangan orang yang aku sayangi. Setiap aku memiliki sesuatu yang kusayangi pasti setiap malam aku bermimpi kehilangan sesuatu itu. Entah itu hewan, benda, ataupun orang.

Suatu hari, ketika aku berumur 8 tahun ayahku baru saja membelikanku kucing anggora sebagai kado ulang tahun. Tentu saja perasaanku saat itu sangat senang karena memiliki teman baru yang sangat imut. Kucing anggora yang ayah berikan kepadaku memiliki bulu yang sangat tebal dan berwarna putih bersih dengan mata berwarna biru laut dan kuberi nama miko. Aku sangat menyayangi kucing itu, dia sudah hampir 2 bulan dirumahku, kami bermain, melakukan berbagai permainan yang bisa kita mainkan berdua. Hingga pada malam hari aku mulai bermimpi, mimpi yang membuatku terbangun pada malam hari hingga menangis. Dalam mimpi itu kucing kesayanganku mati tertabrak truk yang sedang melintas tanpa melihat kalau ada kucing diatas trotoar itu. Ketika kami sedang bermain bola di halaman rumah tiba-tiba bola itu keluar jalur halaman rumah. Kucingku mengejar kemana bola itu berhenti, saat dia berlari menghampiri bola itu dan pada saat itu juga hal itu terjadi.

Aku tersentak hingga terbangun dari tidurku. Sampai membuatku berteriak sekencang-kencangnya,menangis tanpa henti. Hingga membuat kedua orang tuaku bangun dan menghampiriku. Mereka berdua menenangkanku tetapi aku tetap menangis dan mencari dimana kucingku berada. Aku melihatnya sedang tertidur lelap diatas sofa dan tanpa pikir panjang lagi aku memeluknya dan lanjut menangis hingga aku tenang. Keesokan harinya aku melakukan kegiatan seperti biasanya. Pagi berangkat ke sekolah dan siangnya pulang, lanjut siangnya aku tidur siang dan bangun sekitar jam 3 sore, disaat itulah aku bermain dengan miko dan mimpi itu benar-benar terjadi.

      "widyaa, buruan bentar lagi kelasnya dimulai" teriak lala sambil menggapai tanganku dan menariknya dengan sedikit kasar.

      "bentaarr, lagi benerin tali sepatu" balasku sambil melepaskan genggamannya.

     Sudah banyak sekali kejadian menyedihkan dimasa lalu yang tidak ingin aku ungkit dan bahas sekarang, aku ingin berubah, aku tidak ingin menyayangi orang, hewan, atau barang dengan lebih dalam. Aku akan tetap berteman tetapi tidak menganggap layaknya sahabat hanya sebatas 'teman'. tidak akan pernah lagi menyukai hewan dan barang lebih dalam hanya sebatas 'suka' tidak lebih. Aku tidak ingin kehilangan apapun lagi. Sudah cukup kehilangan miko, aku tidak ingin itu terus berlanjut. Aku sempat konsultasi ke dokter tetapi tetap tidak membuahkan hasil.

       " bagaimana cara menghilangkan kebiasaan ini?" tanpa sadar aku mengeluarkan kalimat itu dari mulutku.

      "hah...kamu kenapa wid?" tanya lala penuh heran.

       " gak ada apa-apa,kok. Keceplosan tadi" jawabku.

Lala melanjutkan kebiasaan membacanya. Di dalam diriku ada perasaan iri dan cemburu dengan kehidupan orang lain. Mereka bisa melakukan hal yang mereka sukai dengan sangat bahagia. Bisa mencintai lawan jenis dengan mudah, menyayangi hewan atau barang dengan mudah, sangat membuatku merasa ingin berteriak, sangat menjengkelkan.

        "kamu lagi baca buku apa?" tanyaku ke lala.

        "ini?" tanya lala. Aku membalas hanya dengan mengangkat kedua alisku ke atas. "marmut merah jambu, yang nulis raditya dika, penulis terkenal itu, tau kan?" tanya lala lanjut.

         "tau lah, kamu kira aku norak apa, walaupun aku begini aku tetap update tentang orang diluar sana" jawabku sambil manyun.

Lala lanjut membaca bukunya,orang itu sangat susah diajak bercanda, serius terus, entah apa yang dipikirkannya sekarang.

Aku berencana menenangkan diri di perpustakaan, karena menurutku perpustakaan lah, yang ampuh menghilangkan stres walaupun hanya sesaat. Membaca semua buku yang ingin kamu baca sambil memasangkan headseat ke telingamu, sungguh damai dan tenang.

Kedua orang tuaku sekarang sudah berpisah ketika aku kelas tiga SMP, katanya itu semua salahku. Mereka takut aku menyayangi mereka lebih dalam lagi, padahal aku memang sangat menyayangi mereka, karena mereka adalah orangtua kandungku. Ketika mereka bertemu untuk kesekian kalinya mereka sedang membahas tentang siapa yang akan mengurus diriku. Lalu mereka memutuskan untuk menyuruhku hidup seorang diri dengan memberikanku sebuah rumah mewah dengan seharga sekitar satu miliyar, satu motor,satu mobil dan perlengkapan rumah lainnya. Mereka juga tidak lupa mengirimkan uang ke rekening tabunganku setiap bulan. Mereka berpisah karena tidak ingin mereka dimimpiin yang aneh-aneh olehku. Mereka berdua memang orang hebat, ayahku seorang dokter bedah dan ibuku seorang pengacara terkenal, makanya mereka tidak nanggung-nanggung memberikanku semua itu hanya karena mereka menganggap diriku adalah anak mereka.

Aku tidak pernah membayangkan akan kehilangan kasih sayang mereka karena aku, karena mimpi itu, mimpi yang selalu datang dengan tiba-tiba karena menyayangi sesuatu. Walaupun aku bisa bermimpi dan berubah menjadi kenyataan, aku tetap tidak bisa bermimpi tentang keluargaku.

        "15 menit lagi pintu perpustakaan akan terkunci" suara pemberitahuan perpustakaan yang membuatku tersentak dari lamunanku. Aku melihat kearah jendela yang ternyata hari sudah petang dan saatnya untuk pulang.

Ketika sedang berjalan menuju arah pulang aku terkejut mendengar suara handphoneku berdering, ternyata mama yang menelepon dan aku langsung menjawabnya.

        "Halo, widya" sapa mama di telepon.

         "Iya ma, ada apa? Tumben nelpon" balasku dengan nada ketus.

         "Enggak, mama cuma khawatir sama kamu"

         " Ohh" balasku singkat.

         "Kayanya kamu baik-baik aja, mama cuma mau dengar suara kamu doang"

Aku tidak menjawab apa-apa. Tetap diam.

         "Yaudah mama balik kerja lagi,kamu hati-hati yaa" dengan muka datar tanpa ekspresi dan tanpa kata-kata, aku langsung menutup telepon.

Aku pernah bilang kepada mereka kalau aku tidak bisa bermimpi keluargaku, tetapi mereka tidak percaya kepadaku. Aku capek, aku ingin mengakhiri ini semua, kenapa aku harus bermimpi yang menjadi kenyataan? Kenapa?. Sesampainya di rumah, kulihat rumah dalam keadaan sepi. Aku langsung masuk kedalam kamar dan menguncinya, kurebahkan badanku di atas kasur.

       "aku capek terus begini" kataku sambil menaruh tanganku di belakang kepala. " capek kaya gini terus. Aku pengin seperti manusia normal, menikmati kehidupan yang mereka jalanin dengan tenang"

Aku selalu berpikir 'tidak mungkin semua orang senang dengan kehidupan mereka, jadi aku harus juga bisa melakukan apapun yang aku mau tanpa mencintai atau menyayangi mereka' itulah yang selalu aku pikirkan untuk membuat diriku tenang.

Aku bangun dari tidur-tiduran dan mengambil handphone yang tidak jauh dari jangkauanku. Kulihat semua pesan yang isinya hanya dari lala seorang.

       "ya ampun, banyak amat pesannya" kataku. "oh ya, aku lupa tadi,kan aku langsung pergi ke perpustakaan saat dia tengah membaca buku dan saat aku di perpustakaan aku mematikan handphone khusus teman-temanku dan aku hanya menghidupkan handphone khusus kedua orangtuaku"

       'widya kamu dimana?'

      'widya'

      'balas napa, kamu dimana?'

       'widya, jangan buat aku khawatir, kamu dimana?' dan seterusnya hanya tulisan widya, widya dan widya.

Ternyata, lala khawatir padaku. Sebenarnya aku hanya menganggap lala sebagai teman kuliah, teman pelampiasan saat kuliah. Setelah kuliah dan mencari pekerjaan aku akan melupakan hal-hal yang bersangkutan dengannya.

Keinginan untuk berteman saja suduh cukup bagiku jangan sampai kelewat batas. Melihat foto-foto aku dan lala sedang bersama, aku tidak bisa membayangkan kalau lala akan pergi jauh, tidak akan, tidak akan pernah terjadi, sungguh mengerikan kehilangan orang yang aku sayangi untuk kesekian kalinya.

Tanpa kusadari air mataku menetes dan hinggap ke pipi. Aku menangis, aku sungguh menderita, aku tidak akan bisa hidup bila terus begini. Menangis terus menangis sampai aku ketiduran.

THANKS FOR READING AND DON'T FORGET VOTE

SEE YOU FOR CHAPTER 2

dream is realWhere stories live. Discover now