Seorang gadis berbaring lemah di atas ranjang bersepraikan putih. Dia tampak seprti sedang menerawang, menerawang kehidupannya selanjutnya. Jika ia sembuh.
"Hey, Seul." Panggil seprang gadis cantik bersama sesorang disamping sambil bergandengan tangan.
"Hai, unnie, Wen!" Sapa Seulgi balik, ia mendudukan dirinya.
"Bagaimana kabarmu? Maaflan aku tak menjengukmu seminggu kemarin. Aku habis dari rumah Wendy, Kanada." Ucap Irene, mereka masih tetap berpegangan tangan, tanpa tau Seulgi kadang mencuri perhatian pada tangan mereka berdua, sangat erat, seperti tak bisa terpisahkan.
"Tidak apa Eon, lebih baik kau berlibur dan menghabiskan waktumu dengan kekasihmu, aku tidak ingin merepotkanmu terus." Seulgi tersenyum menatap Irene yang sekarang sedang mengupaskan buah pir untuknya.
"Kau tidak merepotkanku, aku dan Wendy saja akan selalu menyempatkan kesini. Kami ingin kamu segera sembuh." Ucap Irene lalu memberi buah pir tersebut pada Seulgi.
"Aku, Irene, orangtuamu, sahabat-sahabatmu yang lain dan juga Jimin, kekasihmu. Menginginkan kamu untuk lekas sembuh. Aku yakin kau pasti bisa nelawan penyakitnya dan kalau kau sembuh, mari kita lakukan double date, aku akan bilang nanti sama Jimin." Kata Wendy sambil mengacungkan jari kelingkingnya pada Seulgi, Seulgi balas mengaitkan jari kelingkingnya tanpa bersuara sama sekali, hanya dengan sebuah senyuman misterius.
'Mian, tapi aku tidak bisa berjanji.'
~~~
Malamnya Seulgi dijenguk oleh Jimin. Jimin membawakan jus nanas untuk Seulgi.
"Minumlah." Jimin menyodorkan jus tersebut. "Bagaimana? Apa ada peningkatan?"
"Ya, dokter bilang keadaanku lebih membaik dari sebelumnya. 20% meningkat lebih baik." Ucap Seulgi sambil tersenyum riang.
Jimin menghembuskan nafasnga berat, ia tahu Seulgi berbohong padanya.
"Jimin, sebaiknya kau pulang saja, sudah malam. Aku juga ingin istirahat. Terimakasih jusnya." Seulgi membaringkan kembali tubuhnya.
"Baiklah aku akan pulang. Istirahatlah." Jimin lalu melangkah pergi keluar ruangan Seulgi.
Seulgi POV
Jam telah menunjuk pada angka 1, namun aku belum bisa tidur juga.
Ini meyakitkan, aku seperti tidak memiliki harapan hidup kembali.
Bernafas saja aku membutuhkan alat bantu. Aku mengidap meningitis yang disebabkan oleh bakteri. Aku juga baru mengetahui penyakit ini saat penyakit ini mulai mengganas. Dan yang aku baca di sebuah website banyak orang meninggal karena penyakit ini. Penyakit ini menyebabkan kerusakan otak, rambutku juga mulai merontok,mual-mual dan aku terkadang tak bisa menjaga keseimbangan.
Aku telah menjalani operasi dua kali, namun nihil. Tak ada perubahan.
Satu-satunya alasanku masih ingin hidup, hanya Irene unnie. Orangtuaku? Mereka saja tak peduli denganku.
Aku mencintai Irene, tapi kita terjebak di lingkaran friendzone ini, atau lebih tepatnya hanya aku.
Sakit rasanya melihat dia berpacaran dengan sahabatku juga, saat aku mengetahui mereka berpacaran rasanya ada sesuatu yang menghilang di hatiku, hatiku terasa kosong.
Aku bisa merasakannya, merasakan penyakit ini yang semakin parah. Tapi aku masih ingin hidup.
Besok, aku akan menemuinya.
Aku ingin mengajaknya berkencan untuk yang pertama dan terakhir dengannya. Walaupun ia tak menganggap ini sebagai sebuah kencan.
Seulgi POV End
KAMU SEDANG MEMBACA
The Night✓
FanfictionSatu malam yang Seulgi harapkan. Satu malam yang Irene kabulkan.