Aku Merindu Ya Rasulullah

56 2 0
                                    

Rindu yang tepat memang berat, aku gak akan kuat karena rindu ini begitu hebat. Merindu memang adalah satu hal yang paling manusiawi dan semua orang pasti merasakanya, tak terkecuali aku. Yah setiap hari jujur saja aku merindu. Ini memang tak wajar, aku tak pernah rindu sehebat ini. Tetesan air mata yang jatuh menandakan bahwa aku merindu sangat kuat.

Ketika mendengar namamu disebut dalam setiap kumandang seruanNya aku merasakan sesansi hati yang mengharu biru, ketika mendengar kisahmu dan perjuanganmu menegakan agama Allah tak sesekali hatiku berdegup kencang. Aku bisa merasakanya sebagai umatmu, betapa susah dan payahnya Engkau berkorban materi, atau bahkan menaruhkan nyawamu demi menyelamatkan umatmu dari era yang gelap gulita.

Ya Rasul, aku kembali meneteskan air mata. Aku kembali menangis. Kubayangkan, Andai aku lahir di zaman dan di tempat dimana engkau lahir kala itu, indah rasanya jika aku menjadi bagian dari komunitas anak-anak yang hidup, bergaul, bermain, bersamamu Ya Rasul. Andai aku lahir di zaman dan di tempat dimana engkau lahir kala itu, indah rasanya jika aku menjadi bagian dari saksi langsung keindahan dan kemuliaan akhlakmu. Tapi aku tak sedikitpun menyesal menjadi pemuda akhir zaman, karena aku tahu jika Engkau merindukan kami pemuda akhir zaman.

Ya Muhammad.. Ya Rasulullah,  aku merindumu.  Bagaimana bisa aku tak merindumu sedangkan Engkau saja merindukan aku sebagai umatmu. Rasulullah pernah mengatakan bahwa ia rindu saudara-saudaranya. Tahukah kalian jika Rasulullah memendam rindu yang hebat pada kita sebagai umatnya?. Coba baca sepenggal cerita dalam paragraf dibawah ini.

Pada suatu hari, ketika Rasulullah berkumpul dengan sahabat-sahabatnya, Rasulullah dengan suara yang jelas mengatakan
"Aku Rindu Saudara-saudaraku umat akhir jaman".
Abu bakar pun bertanya-tanya, apa maksud dari ucapan Rasulullah.
“Apakah maksudmu berkata demikian, wahai Rasulullah? Bukankah kami ini saudara-saudaramu?” Sayyidina Abu Bakar bertanya melepaskan gumpalan teka-teki yang menyelimuti pikiran.

“Tidak, wahai Abu Bakar. Kamu semua adalah sahabat-sahabatku tetapi bukan saudara-saudaraku (ikhwan), saudaraku ialah mereka yang belum pernah melihatku tetapi mereka beriman denganku sebagai Rasul Allah dan mereka sangat mencintaiku. Malahan kecintaan mereka kepadaku melebihi cinta mereka kepada anak-anak dan orang tua mereka.” suara Rasulullah bernada rendah. “Aku sungguh rindu hendak bertemu dengan mereka,” ucap Rasulullah lagi setelah seketika membisu. Ada berbaur kesayuan pada ucapannya itu.

Subahanallah, aku malu yaRasulullah. Engkau dengan sudinya merindukan umatmu, sedangkan umatmu ada sebagian yang tak taat dengan apa yang kau wariskan. Tapi jujur,  aku sedang merindu ya Rasulullah..
Betapa besarnya kemuliaan Allah. Bukan jarak dan masa yang menjadi ukuran. Bukan bertemu wajah itu syarat untuk membuahkan cinta yang suci. Pengorbanan dan kesungguhan untuk mendambakan diri menjadi kekasih kepada kekasih-Nya itu, diukur pada hati dan terbuktikan dengan kesungguhan beramal dengan sunnahnya.

Sungguh ya Rasulullah aku benar-benar merindumu. Aku sebagai umatmu memang belum sekalipun bertemu denganmu, tapi aku percaya dan beriman bahwa Engkau adalah manusia pilihan Allah. Era zaman now oang-orang ramai dan seakan terbius dengan sepenggal kalimat ucapan dalam sebuah film "Rindu itu berat, biar aku saja. Kamu gak akan kuat". Tapi apakah mereka tahu, jika Engkau (Rasulullah) pada zamanmu dulu pernah mengatakan hal yang hampir sama bahkan itu lebih dahsyat dari kalimat diatas? , dulu Engkau mengatakan diakhir ajalmu “Ya Allah, dahsyat sekali maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan kepada umatku, umatku tidak akan kuat". Bukan hanya itu, kata terakhir yang Engkau ucapkan disisa nafas terakhirmu adalah "Ummati.. Ummati.. Ummati (Umatku, umatku, umatku)"
Ya Allah....bagaimana bisa aku sebagai umatmu tak menangis mendengarkanya. Engkau begitu mencintai kami tanpa Engkau melihat betapa durhakanya kami sekarang. Umat macam apa kami ini!!

Ya Allah, aku adalah pendosa yang hebat. Tapi masih pantaskah aku bercita-cita ingin bertemu dengan Rasulullah? Jika suatu saat memang aku tak bisa bertemu denganya, sampaikan padanya bahwa semasa hidupku di dunia aku benar-benar merindukanya dan jika memang kelak tempatku di neraka, sampaikan padanya bahwa aku berada ditempat yang layak untukku (neraka) sebagai orang yang punya banyak dosa.

Didalam rinduku aku bersholawat "Allahumma shollii wasallim alaa nabiyyina Muhammad"
Sekali lagi, aku merindumu Ya Rasulullah..

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 29, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aku Merindu, Ya RasulullahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang