I'll Be Home for Dinner

64 10 0
                                    

"Cuma ini, Ma?"

Aku merengut. Ma sudah janji akan memasak ayam panggang dan kentang tumbuk. Tapi, apa yang disiapkannya untuk makan malamku?

Lagi-lagi makanan beku yang dilemparkannya ke microwave lima belas menit lalu. Ini menu yang terus berulang kusantap selama dua minggu terakhir.

"Aku harus pergi, Joe. Kamu tahu, pekerjaanku penting untuk dunia," ujar wanita jangkung berambut coklat keemasan itu. Sepasang mata keunguan yang serupa denganku tengah memandang sendu.

Kualihkan pandangan ke arah mangkuk berisi makaroni keju. Ma memasaknya terlalu lembek, namun masih layak dimakan.

"Aku tidak akan lama kali ini. Jangan tidur dulu, ya," ucapnya lembut lalu mengecup keningku.

Langkah Ma berderap menuju lemari di ujung lorong. Sebuah suara serak terdengar. Ucapan dengan bahasa asing pun berkumandang.

"Adepiwe huyado jeinewopo pipipipi."

Aku sudah hafal kalimat itu. Bisa pula kuartikannya sambil lalu.

"Perwira siap menjalankan tugas." Begitu lapor Ma kepada atasannya, Komandan Pengaman Galaksi Bimasakti.

Lima menit kemudian, seragam hitam ketat sudah melekat di tubuh Ma. Dua benda serupa pistol dengan ujung segitiga tersarung rapi di pinggangnya.

"Doakan aku. Ada serangga gila mau melahap Jupiter dan seenaknya membuang tinja di Venus," ucap Ma.

Si pendekar luar angkasa berkedip jenaka sebelum melanjutkan, "Gangguan level dua. Aku kembali satu jam lagi. Siapa tahu Kedai Piza Paolini masih terima pesanan."

Aku bangkit dari kursi. "Kuantar kau berangkat" sahutku datar. PR Sejarahku sudah selesai sejak tadi sore. Lebih baik aku melamun saja memandangi bintang di halaman belakang seperti biasa.

Di atas rerumputan, aku duduk bersila. Pesawat luar angkasa Ma tiba membelah malam. Seberkas sinar menyoroti tubuh atletis ibuku itu, lalu menyedotnya hilang. Dalam sebuah lesatan cepat, kendaraan dinas Pasukan Pengaman Galaksi menyatu dengan kelip di langit.

"Pulanglah selamat malam ini," pintaku lirih.

Sungguh aku tak ingin telantar sendiri di planet asing ini. Tanpa Ma, mana bisa aku berbaur dengan penduduk Bumi, apalagi mempertahankan penyamaran wujud asliku.

Kalau saja Pa tidak menghilang dalam misi Planet Yondai, Ma tidak akan kembali bertarung hampir setiap malam. Apalagi ia tega meninggalkan seorang anak dua belas tahun sendirian di rumah terpencil tanpa tetangga dalam radius lima kilometer. Di pinggir kota Wichita ini, kami menyembunyikan jati diri dan profesi ajaib Ma.

"Aku pulang!" seru Ma memelukku erat. Rupanya hanya dua puluh menit waktu yang ia perlukan untuk misi kali ini.

"Kok cepat?" tanyaku heran.

"Aku bisa melakukan ini dengan mata tertutup, Sayang," ujarnya sambil menjawil pipiku.

"Lagipula, mana bisa aku membiarkanmu kelaparan lama-lama? Makaroni kejuku pasti terlalu memuakkan untuk dihabiskan," kekeh Ma ringan.

Sepasang mata ungu berpendar diselimuti haru. Hatiku tersentuh. Seburuk apapun masakan Ma, ia selalu menyajikan penutup mulut termanis : janji untuk menikmati makan malam denganku yang tak pernah teringkari.

Meskipun alam semesta tengah diguncang mara bahaya, hanya aku misi kelas satu baginya.


-----

Hey, kawans!

Ini dia jawaban saya atas tantangan fiksi maksimal 500 kata yang diberikan di kelas Rabu Menulis KPC, tanggal 28 Maret lalu. 

Cerita ini terinspirasi dari dua film Guardians of the Galaxy yang saya tonton maraton di TV kabel hehehe. Plus, selalu setuju ya kalau ibu itu titisan manusia super yang semacam punya delapan tentakel seperti gurita.

Dan mimpi seorang anak remaja tanggung, memiliki orang tua pahlawan serta pembela kebenaran pasti keren banget.

Seperti biasa, saya akan menyelipkan soundtrack yang mengiringi penulisan cerita ini. Kali ini dari band dengan vokalis tersaik : Radiohead. Pas bener pula, soundnya di telinga saya mirip suara bintang berkelip (kalau emang bisa bersuara hehehe)

I'll be waiting for your vomment. Thankies so mucho, baby!


xoxo,
Winda Reds

I'll Be Home for DinnerWhere stories live. Discover now