Mengapa Harus Rindu

154 7 6
                                    


Namaku Zafran Prasetya, biasa dipanggil Zafran. Aku kelas 2 SMA di Boyolali, kota yang terkenal susu sapinya.Aku bukan murid pintar di Sekolah, tapi bukan juga murid bodoh, karena setidaknya aku bisa berhitung dari angka 1sampai 10.

Masuk Ruang BP adalah makananku setiap hari. Mungkin karena Guru-guru BP Jatuh pada pesonaku yang selalu memancar setiap detiknya. Parasku tentu tampan, itu menurutku, dan tentu saja menurut Ibuku yang Cantiknya melebihi bidadari-bidadari Kahyangan, karena kadang aku berpikir, mungkin Ibuku adalah bidadari yang kehilangan selendangnya ketika dia mandi di Bumi. Lalu bertemu dengan Ayahku hingga mereka menikah dan memiliki aku. Tapi, aku tidak pernah melihat selendang Ibuku, atau mungkin Ibu bidadari bersayap yang menyamar menjadi seorang manusia karena jatuh Cinta pada Ayahku. Tetapi, lagi-lagi aku tidak melihat Sayap Ibuku.

Oke, tapi bukan Ibuku yang akan aku ceritakan disini, Tapi pikirkan saja ketampananku, bayangkan kolaborasi Ibuku yang Cantik dan Ayahku yang Manis. Baiklah, aku rasa perkenalanku sudah cukup.

Hari ini Aku bertemu dengan seseorang yang Songong, pakai sangat, dan sekali. Jadi, Sangat Songong Sekali. Aku tahu Kalimat itu tidak efektif, tapi itu penggambaranku terhadapnya. Dramaku hari ini sepele namun, membekas di hati, itu menurutku lagi.

Kisah ini dimulai saat kebiasaanku sedang aku lakukan, yaitu terlambat datang ke sekolah. Aku biasa datang terlambat, jika ketahuan aku akan mendapat hukuman seperti sekolah-sekolah lainnya, tetapi jika aku tidak ketahuan, paling aku akan membolos di rooftop sekolah sampai Istirahat jam pertama.

Saat aku sedang berusaha menerobos dinding belakang sekolah, Seperti biasa aku memanjat dinding yang tingginya seperti monas. Siswa-siswi sekolahku biasanya menyebut dinding belakang sekolah itu dengan sebutan dinding Monas, karena terlalu tinggi. Sengaja di buat tinggi, karena itu satu-satunya Akses masuk ke sekolah karena terlambat dan tempat itu lumayan jauh dari tempat guru piket.

Ketika aku berhasil mendaratkan kaki dihalaman belakang sekolah yang sepi itu, ku langsung merapikan baju kebanggaan yang melekat pada tubuh jakungku. Tiba-tiba ada suara deheman.

“Hmm”

Aku mendongak, menatap seseorang yang ada dihadapanku, Cantik. Kata yang pertama terlintas dipikiranku. Jantungku langsung berdetak dengan kencang, apa ini yang namanya jatuh cinta pada pandangan yang Pertama. Tapi, dia sok sekali. Berani menyilangkan tangannya di depan dadanya sambil memalingkan muka. Apa dia belum mengenalku, pikirku. Tapi, bagaimana mungkin dia bisa mengenalku, aku hanya murid amatiran yang menunggu hari kelulusan saja. Tapi namaku sebagai tukang bolos dan selalu datang terlambat ke Sekolah lumayan di kenal kok. Ahh, nama buruk itu namanya bukan nama baik.

Kulihat badge yang melekat disisi seragamnya, dia anak kelas 1. Tapi dari atribut yang ia kenakan, dia anggota OSIS. Siapa yang tidak tahu atribut yang biasa digunakan anak OSIS, Sebuah Pin dengan logo OSIS Sekolahku yang selalu dipasang dekat saku seragam.

“Lo, ikut gue”, ucap gadis itu dengan mengarahkan jari telunjuknya ke mukaku.

Aku menatapnya datar, berani-berani sekali dia memerintah diriku, padahal dia masih bau kencur. Mentang-mentang OSIS mau seenaknya sendiri.

“Ngapain diem! Cepet jalan”, sambungnya.

Terbesit dalam pikiranku untuk menggodanya, siapa yang sanggup menolak rayuanku. Aku tersenyum sendiri memikirkannya.

“Kemana dek? Kalau mau ke pelaminan nunggu kamu lulus dulu ya”, kataku mengedipkan mata padanya.

Dia terlihat menahan amarahnya. Ohh, sangat manis menurutku.

“Nggak usah basa-basi, Lo mau larikan?!” katanya lagi dengan judes.

“Nggak kok, abang nggak akan lari dari adek”, ucapku lagi, aku merasa geli sendiri dengan suara dan kata-kata yang baru saja aku lontarkan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 01, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang