Prolog

166 9 0
                                    

Pria itu meraba besi berkarat yang tengah ia duduki. Kasar, pikirnya. Dan ketika mengangkat jemarinya, ia melihat bekas kuning yang tertinggal di sana.

Namun kendati begitu, pria itu tak begitu memperdulikannya, pandangannya kini beralih pada gadis pucat dengan mata terpejam yang berada di atas kursi roda.

Terpaan lembut angin petang membuat gadis itu tersenyum tenang.

Seakan senyum gadis itu menular, pria itu ikut mengulas senyumnya. "Aku akan selalu menemanimu," ucapnya. Lebih seperti janji.

Gadis itu mengerjap, lalu ia mengadahkan kepalanya. Sapuan hangat langit senja yang bersinar jingga dan keunguan membias dengan indah pada kedua bola matanya.

"Tapi aku tidak akan bisa selalu menemanimu," balas gadis itu, lirih.

Pria itu mendekatkan langkahnya, lengannya yang kuning ia usapkan pada jeans hitam yang ia kenakan.

Tak lama, pria itu menghamburkan pelukannya pada tengkuk gadis itu dari belakang. Tersenyum tipis saat rambut hitam gadis itu menggelitiki wajahnya.

Diikuti derai angin yang berhembus melewati mereka, pria itu semakin mengeratkan pelukannya. Lalu, seraya tersenyum, ia berbisik lembut pada telinga gadis itu.

"Tak mengapa."

love you, goodbye | idrTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang