PART 1

9 1 0
                                    

Seorang laki-laki berjalan dengan santai melewati kerumunan-kerumunan yang sedang heboh.

Murid-murid berbisik-bisik, pasalnya laki-laki itu murid pindahan. Terbukti dengan seragam yang dipakainya. Seragam yang dipakainya kemeja putih dan celana bercorakkan kotak-kotak biru, sedangkan seragam sekolah ini,  SMA Pelita, yaitu kemeja putih dengan kerah bercorakkan kotak-kotak merah dan celana atau rok kotak-kotak merah.

Wajahnya yang begitu sempurna. Bola matanya yang berwarna hazel, hidungnya yang mancung, dan rahangnya yang tegas. Seperti mendeskripsikan dewa yunani.

Kakinya yang panjang dan tangannya dimasukkan ke dalam saku celananya. Gayanya terlihat gagah sekali. Jika ia tersenyum, pasti murid-murid perempuan satu sekolah ini akan pingsan dalam sedetik.

Dengan gayanya yang cool dan cuek, melengos ke ruang koperasi untuk memesan seragam dan perlengkapan lainnya. Setelah itu ia menuju ke ruang TPU untuk menanyakan dimana kelasnya.

"Kamu anak baru itu ya? Yang namanya Raka ya kan?" tanya ibu pengurus TPU kepadanya, namanya Buk Srik menurut name tag yang berada di dada kirinya.

Raka mengangguk, "iya bu, saya Raka Sanjasa."

"Kamu nanti belajar di kelas XI IPA 3 ya, nanti ibu an--" ucapan Buk Srik terhenti kala melihat seorang murid melewati mereka, "e-eh, nak, Sara kemari sebentar nak," panggil Buk Srik kepada murid itu.

"Iya bu, kenapa ya?" Sara mengerutkan keningnya. "Kamu mau ke kelas ya nak?"
Sara mengangguk.

"Kebetulan nih, kamu anterin Raka ke kelas kamu ya, dia anak baru jadi belum tahu tentang sekolah ini," ujar Buk Srik tersenyum.

"Iya Buk."

"Yaudah, Raka, kamu ke kelas sama Sara aja ya? Ibu mau ke ruang guru dulu, ibu pamit ya." Buk Srik pergi meninggalkan mereka berdua bersama.

"Yuk gue anterin lo, by the way nama gua Sara," Sara mengulurkan tangannya ke arah Raka. Tetapi Raka hanya melihatnya saja tanpa berniat untuk membalas jabatan tangan Sara. Sara menurunkan tangannya dan mengangguk.

"Yaudah deh, gue anterin lo ke kelas langsung," Sara mengambil tangan Raka untuk digenggam. Tetapi Raka dengan cepat menarik tangannya kembali.

Raka berpikir, kenapa cewek ini sangat tidak tahu malu dengan orang yang tidak dikenalnya, apalagi ia mencoba untuk melakukan skin ship dengannya.

Sara hanya menggerakkan pundaknya naik turun. Dan tidak merasa bersalah.

Mereka sudah sampai di kelas, "ini kelas kita dan lo bisa du--" Raka meninggalkan Sara yang belum selesai mengucapkan kalimatnya.

Raka berjalan ke meja Vani dan Raka menepuk pundak Vani. Sepertinya mereka saling kenal satu sama lain.

"WOI RA!"

Sara terkejut, "astaga Bil." Ia mengelus dadanya, "bisa ga sih ga usah teriak gitu? Sakit nih telinga gue denger teriakan lo, bisa budek nih gue."

"Tau nih Billa, demen banget teriak, suaranya kayak toa masjid," Gita menimpali sambil menjitak Billa.

"Yee ga usah ngejitak kepala gue juga kali," balas Billa tak terima.

"Ya makanya suara lo tuh kecilin dikit, pasti pas emak lo ngehamilin lo sering teriak-teriak, makanya kayak begini bentuk anaknya."

"Dih apaan, emak lo tuh ngidam micin waktu hamilin lo," Sara menutup telinganya mendengar pertengakaran mulut kedua sahabatnya.

"Eh sembarangan lo! Emak gue ngidam gula yang ada, makanya gue lahirnya cantik nan manis begini." Gita mengibaskan rambutnya ke samping. Dan Billa berakting seolah-olah mau muntah.

"HEH LO BERDUA KALAU MAU RIBUT DI LAPANGAN SANA!" Sara angkat bicara, membuat ke duanya menciut.

Billa melirik ke arah Gita dengan berbicara pelan, "gara-gara lo nih."

Gita membalasnya dengan tatapan tajam. "Lah kok jadi gue? Jelas gara-gara lo!"

Sara menghentakkan kakinya kesal dan pergi meninggalkan ke dua sahabatnya, sembari berteriak, "LANJUTIN! PUAS-PUASIN SANA RIBUTNYA!"

〰〰〰

Sara sekarang berada di kantin, kelas belum di mulai. Dari pada ia mendengar pertengkaran sahabatnya yang tidak berguna sama sekali, lebih baik ia ke kantin untuk sarapan.

Billa dan Gita menyusulnya ke kantin. Mereka berlari mengejar Sara, terlihat dari nafas mereka yang tidak teratur.

"Pak Mat!" Gita melambaikkan tangannya, "air dua ya!"

"Siap neng!" Balas Pak Somat.

Billa mengambil tisu dan berkata, "cepet banget lo jalannya Ra, capek gue nyusulnya. Mana kantin jauh banget lagi jaraknya sama kelas."

Gita menganggukkan kepalanya, setuju dengan pendapat Billa.

"Ngomong-ngomong Ra, gimana tadi sama anak baru itu?" tanya Gita penasaran.

"Namanya Raka, cuek banget dia anjir, tadi gue ajak kenalan aja kagak direspon, berasa ngomong sama tembok." Sara menceritakan kapada ke dua sahabatnya dengan kesal.

Tadi Sara memang sengaja lewat di depan ruang TPU. Memang sudah direncanakannya. Ia mendengar percakapan antara Buk Srik dan Raka. Muncul ide bagus di otaknya. Ia menjalankan suatu misi. Ternyata misinya berjalan dengan lancar, Buk Srik memintanya untuk mengantarkan Raka ke kelas.

Sara menghela napasnya, ia tak boleh langsung menyerah. Karena misinya baru saja dimulai. Ia harus membuat Raka menyukainya dan menjadikan Raka sebagai kekasihnya.

Ketika melihat Raka di parkiran sekolah, ia langsung menyukai Raka dan bertekad untuk menjadikan Raka kekasihnya secepat mungkin.

Sara itu primadona sekolah. Ia adalah ketua cheerleader dan sekaligus anak osis. Saat ini ia memiliki kekasih, yaitu ketua futsal sekolah dan juga Daffa itu kakak kelasnya. Ia menjalin hubungan dengan Daffa baru sebulan, sebulan yang lalu Daffa menyatakan cintanya. Sara harus cepat menyelesaikan hubungannya dengan sang ketua futsal secepatnya.

Sara akan memustuskan Daffa besok.

〰〰〰

My first story guys, i hope y'll enjoy it (:

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 01, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang