Hari-Hari Penuh Penantian

30 1 0
                                    

Tidak mudah rasanya, menanti seseorang dalam ketidakpastian. Bagaikan pilihan maju salah, mundur salah. Banyak jalan berliku yang harus aku tempuh sendiri. Tak ada yang menguatkan, apalagi menemani. Entahlah, ini bentuk ujian darimu kah.? Atau memang telah keputusanmu untuk pergi tanpa permisi.

Hari-hariku dipenuhi harapan semu. Hanya aku yang merasakan sentuhan setiap semburat bayangnya. Pun ketika hilang, hanya aku yang merasakan kesedihan yang mendalam. Aku tidak tahu, apakah kamu juga begitu atau malah melupakanku. Entah sampai kapan aku bertahan pada rasa yang melepas liar tanpa penjagaan.

Aku sudah mencoba melupakanmu. Semakin hari, bukan aku semakin lupa. Tapi rindu yang tercipta membuatku semakin tersiksa. Karenanya, hingga kini pun aku belum bangkit dari buaian harapan-harapan itu. Terlebih, itu adalah harapan yang pernah kamu tawarkan. Terus berharap, bahwa kau akan menemuiku disuatu sore saat senja membentuk diri.

Hari-hari yang aku lalui bersama rindu sendiri ini adalah bagian dari janji-janji yang pernah mengikat hati. Sebelum ia seliar ini, ia pernah penuh tanya perihal masihkah kau menyemayamkan namaku dihatimu.? Hingga kamu tak lagi ingin tahu siapa aku. Tapi sampai detik ini, belum ada jawaban itu darimu secara pasti. Itulah, mengapa ia memilih liar bersama petualangan yang menyakitkan.

Tahukah kamu, itu adalah bagian dari usahaku melupakan dirimu, rindu ini, dan kenangan kita. Mungkin saja aku terlalu cinta, hingga aku terlalu sakit. Atau mungkin saja aku berada pada fase diuji hingga aku harus rela tersakiti. Terlepas dari itu, aku hanya berusaha bahwa namamu jangan sampai lupa tersebut dalam sudut doa-doaku.

Meskipun kita tak bertemu pada putaran bumi setiap hari, tapi aku harap kita bertemu pada pertarungan langit yang saling melangitkan nama, berlomba untuk dikabulkan doanya. Semoga. Semoga saja kamu paham makna yang aku maksudkan ini. Sungguh, aku benar-benar merindukan pertemuan kita. Walau hanya sebatas singgah.

Entah mengapa ada satu hal yang tak pernah aku lakukan dalam menuntaskan rindu ini padamu. Aku tak pernah berkata bahawa "Aku Mencintaimu". Berat mulutku rasanya untuk berucap demikian. Tapi dihatiku, terlalu menggebu rasa itu hingga sesak dan terisak dalam kerongkongan keterdiaman.

Inikah yang disebut cinta didalam doa.? Sulit menyebutnya, namun menari riang dalam sujud-sujud dan doa-doa. Entahlah. Yang aku tahu bahwa mencintaimu adalah kesakitan yang membahagiakan. Sulit diartikan memang. Sebab cinta memang tidak mau dimengerti oleh lakonnya. Tapi cinta ingin setiap lakonnya tahu bahwa ia adalah hal terindah yang menjadi fondasi kehidupan.

Merindukanmu bukanlah pilihanku. Tapi ditemuimu adalah inginku. Sudahilah penantianku. Buatlah sebuah temu tentang kita, meskipun  kamu nantinya hanya sebatas singgah.

Tentang RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang