Dia

112 7 0
                                    







Dari kejauhan aku melihat Dia dengan teman-temannya yang sedang asik mengobrol di depan kelasnya. Aku duduk di salah satu tempat terpojok di kantin sekolahku.

Dia adalah pria yang sudah lama aku kagumi. Sejak aku duduk di bangku SMP kelas 2, aku bahagia sekali saat mengetahui namanya. Tapi, aku juga sedih saat menyadari bahwa tak akan lama lagi Dia akan lulus dari Sekolah Menengah Pertama.

Senyuman tak pernah lepas dari bibirku saat aku juga melihatnya tersenyum. Walay aku tahu senyumannya itu bukan ditujukan untukku,tapi aku merasa sangat senang.
.
.
.
.
.

"Assalamualaiku... Ibuuuy Reina pulang"aku bergegas masuk ke rumahku.
"Waalaikumsalam... makan dulu yah nak"
"Iya bu.. Rein ke kamar dulu yah"

Aku segera masuk ke kamarku untuk mengganti pakaian sekolahku dengan pakaian rumah. Dan turun kelantai 1 untuk mengisi perutku.
.
.
.
.

Aku tidak tahu perasaan apa yang saat ini aku rasakan. Aku tadi iseng membuka akun sosial mediaku, tapi sesuatu yang mengejutkan tiba-tiba terpampang jelas di layar ponselku.

Diaa.. pria yang aku kagumi, yang aku sukai, yang aku sayangi sejak dulu memposting foto dengan seorang wanita dengan caption "mine♡"

Aku gak tau harus apa. Apakah pantas aku menangisi dia yang bahkan tidak pernah menyapaku saat bertemu. Aku sadar aku hanya seorang gadis yang mengetahuinya. Bukan seorang gadis yang kenal dengannya.

Aku bahkan tidak peduli saat dia tidak tau namaku. Dia yang tak tau apakah aku ini hidup atau mati. Yah aku sadar akan semua hal nyata itu.

Karna sampai kapanpun. Aku hanya gadis yang mengaguminya dalam diam.
Bahkan sekedar tegur sapa saja aku tidak bisa. Aku tahu aku gadis bodoh yang tidak memiliki keberanian untuk menyatakan perasaanku. Berbeda sekali dengan gadis-gadis yang lainnya. Yang terang-terangan menyatakan perasaannya pada Dia .
.
.
.
.
.
.

Tidak seperti biasanya, pagi ini aku tidak memiliki semangat untuk pergi ke sekolah. Karna mengetahui suatu fakta yang sangat menyakiti hatiku.

Tapi aku tidak boleh seperti ini. Aku harus tetap semangat walaupun Dia sudah bahagia dengan yang lain. Tapi aku jufa tidak bisa berhenti untuk tetap mengaguminya.

"Bu. Rein berangkat. Assalamualaikum"
Kataku tak bersemangat
"Waalaikumsalam.hati-hati sayang"
.
.
.
.
.
.

Aku berjalan menyusuri koridor sekolah. Aku mencoba bersikap seperti biasa dengan sebuah senyuman yang mengembang di bibirku.

"Reinaaaaaaa....."
Tiba-tiba aku dikejutkan dengan sebuah teriakan seseorang yang memanggilku dari arah belakang.
"Nadin?.. astagfirullah din bisa gk gak pake teriak manggilnya?" Sahutku sedikit kesal oleh sikap temanku yang satu ini (blesson)
"Hehehe maaf rein ini kan udah dari oroknya kek gini. Kaya yang baru kenal aku aja deh" balasnya sambil menggaruk belakang kepalanya.
"Ya terserah deh.. yuk kekelas" ajak ku
"YUK" jawabnya sambil berteriak.
~astagfirullah temanku ini~
.
.
.
.
.
.

'Di dalam kelas'

Aku hanya menyimak obrolan teman-teman sekelasku dengan sesekali menanggapi obrolannya itu.

Saat sedang asik mengobrol tiba-tiba kelasku dikejutkan dengan kedatangan beberapa kaka kelas yang mempromosikan salah satu ekskul yang mereka jalankan.

Kalian tau siapa yang sedang berbicara di depan kelasku?
Haruskah aku beritahu.?
Baiklah... salah satu dari ketiga orang yang tidak ku ketahui namanya itu adalah Dia pria yang aku kagumi. Dia berdiri tepat di samping kiri pria yang sedang menjelaskan tentang ekskulnya.

Dia berjalan berkeliling menuju meja-meja untuk membagi formulir kepada kami.
Aku hanya memandanginya tanpa mengeluarkan satu katapun. Berbeda dengan beberapa gadis yang ada di kelas ku. Mereka berteriak kencang sekali memanggil nama Dia.

Boro- boro berteriak memanggil namanya. Memanggil nama nadin saja saat ini aku tak bisa. Ntah kenapa nyaliku menciut dan bibirku kaku untuk sekedar mengucapka kata 'iya'.

Setelah kaka kelas ku pergi, rasanya aku ingin sekali menangis. Aku membenci diriku yang bersikap seperti ini saat bertemu dengannya. Aku gadis bodoh yang tidak memiliki keberanian untuk sekedar menyapa Dia.

Kadang aku merasa sirik kepada Nadin yang memiliki tingkat kepedean yang sangat tinggi di banding diriku. Jika di beri satu kali kesempatan, aku ingin sekali bisa mengatakan perasaan ku yang sebenarnya pada Dia.
.
.
.
.
.
.
.

Di banding memilih ekskul bend yang salah satu anggotanya adalah Dia. Aku lebih memilih ekskul drama. Karna menurutku drama lebih menarik di banding bend yang emang aku tidak memiliki bakat dalam musik dan juga karna Dia.

Aku sudah mendaftarkan diri di ekskul drama dan besok aku hari pertama latihan sekaligus penerimaan anggota baru. Ekskul drama latihannya tidak terlalu menuntut menurutku. Karna hanya di lakukan saat hari Rabu dan Kamis saja.
.
.
.
.
.
.
.

Hari ini kakaku ka reika tidak bisa menjemputku dengan alasan banyak tugas di kampusnya. Jadi saat ini aku sedang menunggu angkot di depan sekolahku.

Saat sedang menunggu, mataku menangkap sosok pria yang aku sukai bersama wanita yang aku yakini adalah kekasihnya. Aku merasakan sakit di dadaku, sesak sekali.
Tanpa sadar air mataku mengalir begitu saja.
.
.
.
.
.
.
.

Aku termenung di dalam kamarku memikirkan kejadian tadi. Saat sosok pria yang aku sukai berjalan dengan wanita lain.

Aku mencoba menetralkan pikiranku. Aku mencoba melupakan kejadian itu. Jika bisa , aku ingin ingatabku tentang tadi hilang.

Aku memejamkan mataku mencoba untuk tidur. Dan saat terbangun nanti ku harap aku sudah kupa kejadian siang tadi.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

DIA....
sosok pria yang memiliki ketampanan di atas rata- rata.
Sosok pria idaman wanita yang memiliki otak jenius.
Sosok pria dengan senyum yang membuat semua wanita mengalihkan pandangan padanya.
Sosok pria yang memiliki tinggi tubuh yang ideal.
Sosok pria yang aku sukai setelah ayah dan kakaku.
Sosok pria yang aku kagumi setelah ayahku.
Sosok pria yang aku sayangi setelah ayahku.
Sosok pria yang aku cintai.

Dia..
(KDAR)
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

bersambung....

pengagum dalam diamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang