Prolog

12 0 0
                                    

Siang ini hujan, padahal tadi pagi panas.

Aku menulis cerita ini dikala hujan, di ruangan 6 kali 4 meter di sebuah gedung rumah sakit milik pemerintah. Aku tak pandai menulis sebuah cerita, aku hanya pandai menuliskan kembali cerita seseorang yang ingin kutulis ceritanya. Aku menulis cerita seseorang yang ingin ceritanya tidak hanya sekedar romansa cinta, tidak hanya sebuah dongeng curhat belaka, dan tidak hanya menjadi cerita terpendam yang terlupakan.

Aku diamanahi untuk menulis cerita agar semua yang membaca dapat berkaca, dapat menjiwa dalam cerita dan dapat merasa arti sebuah cerita.

Aku juga ingin bercerita tentang apa, siapa, mengapa, bagaimana, dan kapan.

Aku ingin bercerita tentang aku, tentang seorang perempuan yang hidup biasa saja dan tidak cantik juga. Aku ingin bercerita tentang aku yang tak sama dengan yang lain. Aku ingin bercerita tentang aku yang selalu mengeluh hidup sendirian. Aku ingin bercerita tentang aku yang selalu tak bisa melakukan pekerjaan dengan benar. Tentang baik dan buruk sikapku, tentang bagaimana cara menyikapi hidupku tentang semua keberuntungan dan ketidakberuntungan yang hadir dan pergi, tentang masa lalu, dan tentang penantian akan sebuah putusan akhir dari semua detik yang aku lewati.

Ceritanya ditulis ketika hujan di bulan Maret tepat setahun sebelum Maret di tahun selanjutnya. Saat itu aku duduk di atas kursi lipat chetos hitam dengan busa tipis berwarna hitam. Sambil mengetik sebuah cerita pada layar gawai yang sejak pagi di isi daya baterainya. Sambil membelakangi jendela kaca seukuran badan orang dewasa. Sesekali aku menggaruk kepala dan melihat sekeliling mencari sebuah kata kata.

Aku akan mulai bercerita.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 03, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Dear SummerWhere stories live. Discover now