Coming Soon

199 21 8
                                    

"ARI! Mau, ya? Please ...."

Seorang gadis berkata, menampilkan wajah imut bin melas ke arah Ari. Ia menyatukan kedua telapak tangannya dan memohon kepada Ari.

Ari mendengus kesal. Apa sih maksudnya?!

Ari-harus-jadi-Mak-Comblang?!

Tidak mungkin! Ari itu ketua OSIS, dia keren, kece dan tampan.  Derajatnya akan turun, jika ia mau menjadi Mak Comblang. Terlebih lagi Mak Comblang untuk Gita, yang notabenenya anak murid biasa dan tidak terkenal. Untuk apa ia membantunya? Buang-buang waktu! Mending dia belajar, buat lomba pidato antar kelas nanti.

"Nggak, gue gak mau!"

"Kenapa nggak mau?" tanya Gita cepat. Matanya menatap tajam ke arah Ari.

"Bukan urusan lo, pokoknya gue nggak mau!" tegas Ari.

"Ish ... pokoknya harus mau, ya?!" Gita mendekatkan tubuhnya secara spontan, membuat Ari terlonjak dan terkejut.

Wuahhh ... gak waras nih cewek. Batin Ari sambil mengernyitkan dahinya.

"Nggak ..., Gita. Gue nggak mau, lo tuli, ya?"

"Iya, gue tuli. Pokoknya lo harus mau!"

"Terserah, yang penting gue udah bilang gak mau, titik!"

Mata Gita mulai berkaca-kaca dan mulai menampilkan wajah melasnya kepada Ari.  "Ish ... lo tega ya, sama gue. Kenapa sih lo tega?"

Tatapan Ari mulai sendu, perlahan hatinya merasa teriris saat melihat ekspresi Gita. Terharu dan baper—bawa perasaan—dua perasaan itu mulai bergejolak dihatinya, seperti tercampur aduk. Ah, Ari benci perasaan ini. Ia terlalu lemah, jika ada seorang gadis yang tengah bersedih. Ia mudah baper dan segitunya juga dengan Gita. Walaupun ia bad girl, tapi ia juga seorang gadis. Apakah Ari terlalu jahat kepadanya?

"Eh, Git? Aduh ... jangan nangis, cengeng banget sih lo."

Ari mulai salting, ia tidak tahu harus bersikap bagaimana kepada seorang gadis yang tengah bersedih. Apalagi gadis itu bersedih karena dirinya.

"Makanya, bantuin ya, please ...."

Ari mulai menimang-nimang, apakah harus, ia membantu Gita.

"Hmm ... oke ...," Ari menggantungkan ucapannya.

Mata Gita berbinar, akhirnya.

"Nggak, gue tetep gak mau. Maap, ya."

Ari mulai beranjak meninggalkan Gita.  Gita melongo, apa yang dikatakan oleh Ari benar-benar membuat ubun-ubunnya naik pitam, ia sudah tidak tahan lagi, dengan terpaksa Gita akan mengeluarkan jurus terakhirnya. Dan pasti... akan berhasil!

"Ari," panggil Gita perlahan. Ucapannya mulai bergema di kelas, karena hanya tinggal mereka berdua saja di sana.

Ari menghentikan langkahnya saat mendengar panggilan itu di telinganya, lantas, Ari berbalik dan menatap kearah Gita dengan tatapan bertanya.

"Apa?" tanya Ari.

"Lo ..., tau ini?" ucap Gita seraya mengeluarkan selembar foto dari saku celana kanannya.

Deg!

Ari membeku, dengan jantungnya yang mulai berhenti berdetak, ia melongo. Matanya melotot tidak percaya dan rahangnya serasa ingin jatuh meninggalkan tempatnya. Foto itu, foto itu akan membuat derajat sekaligus hidup Ari akan berakhir karenanya. Buang, Ari harus buang foto itu!

"L-lo ... dapet darimana foto itu?" Seperti ada setan' yang melintas, tubuh Ari mulai gemetar, karena ketakutan. Dan ketakutan itu mulai menjalar ke seluruh tubuhnya, bahkan hatinya. Ari mulai was-was. Dan inilah, awal mula Gita menciptakan lubang neraka untuknya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 20, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kang Modus (ArSyah) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang