Bold, Brain & Love

24 2 2
                                    

Seoul. Maret 2016
Minggu ke-2 di bulan maret tahun 2016 merupakan comeback terakhir Boyband papan atas Korea Selatan Boomstars. Boyband ini berdiri tahun 2004 dengan beranggotakan 6 pria tampan. Namun, di puncak popularitasnya pada tahun 2014 mereka kehilangan satu personilnya yaitu Suho yg meninggal karena terjadi ledakan pada saat konser akhir tahun mereka. Sepeninggal Suho, Boomstars tetap bertahan dengan sisa anggota yaitu Chen, Jungkook, Jin, Sehun dan sang leader Nam joon.
Mereka memutuskan bubar bukan karena popularitas mereka berkurang setelah kematian Suho maupun semakin banyaknya Boyband muda bermunculan tetapi karena mereka ingin lebih pokus pada karir individu maupun ada yg sudah memutuskan untuk banting stir ke dunia seni peran.
Dalam acara perpisahannya Boomstars dan Moonlovers(nama fandomnya Boomstars) Nam joon mengungkapkan rasa terima kasihnya pada pendukungnya.
"Tak bisa kami balas semua dukungan dan cinta yg telah kalian berikan kepada kami selama ini. Terima kasih untuk Moonlovers yg telahku anggap sebagai keluargaku."kata Nam joon
"Dukungan dan cinta kalian selama ini merupakan hadiah terindah dalam hidupku."Jin menambahkan
"Ku harap kalian semua hidup bahagia dan sehat selalu dan mari tetap mendukung satu sama lain seperti sebelumnya. Kami mungkin tidak bersama lagi untuk waktu kedepan tetapi, kami tetaplah Boomstarsnya Moonlovers."Chen menegaskan
"Berbahagialah Moonlovers. Itu lah yg kami inginkan. Tak hanya kami yg berdiri di depan kalian tetapi, aku yakin Suho pun menginginkan yg sama terhadap kalian."Tutup Jungkook
Yg membuat para Moonlovers terharu. Apalagi mengingat sang visual mereka yg telah tiada.
                        ***
Angin musim gugur berhembus. Dingin, menggoyangkan dedaunan membelai pohon-pohon yg menghadangnya. Di sebuah ruangan seorang pria sedang duduk di sebuah kursi yg menghadap kejendela. Tangan kasarnya asyik memanikan sebuah bolpoint yg terselit di antara jari telunjuk dan jari tengahnya. Selembar kertas masih tampak kosong di atas mejanya. 30 menit berlalu, kertas itu masih kosong. Bahkan satu huruf pun belum terlihat di sana. Pandangannya sesekali mengarah ke luar jendela sesekalu ia kembali fokus pada kertas didepannya. Di pojok ruangan tedengar alunan musik yg samar-samar terdengar dibawa angin yg menyebar keseluruh ruangan.
I had the last waltz with you
Two lonely people together
I fall in love with you
The last waltz should last forever
Bagian yg paling jelas terdengar. Lagu The last waltz yg di nyanyikan Engelbert Humperdinch, menggambarkan suasana hati pemilik ruangan.
Beberapa saat kemudian tangan pria itu mulai menggerakan bolpointnya di atas kertas putih di depannya. Tinta hitam yg menggores kertas putih itu tampak semakin kontras.
"Hari ini adalah pertemuanku denganmu yg ke-3 kalinya. Aku tak berani menyapa. Bukan aku takut. Tapi, aku tau itu bukan waktu yg tepat. Kau bukan air yg mengering karena tersengat matahari dan kau juga bukan angin yg bisaku raba. Tapi, aku adalah Manekin yg ingin menari dikala mendengar musik."
Dilipatnya kertas yg telah ia tulis. Kemudian dimasukannya ke dalam sebuah amplop berwarna biru. Untuk Miss Blue.
                          ***
Sinar matahari masih malu-malu masuk melalui celah jendela. Namun sinarnya cukup membuat Chae Rim terbangun dari tidurnya. Ia enggan untuk segra bangun. Udara pagi ini masih terasa sangat dingin. Ia menggeliat di tempat tidurnya beberapa saat menunggu nyawanya terkumpul semua.
"Kring...!" Suara alarm handphonenya berbunyi. Ia mengambil handphonenya di atas meja di samping tempat tidurnya."Mianhae. Aku lebih dulu bangun darimu. Aku menang hari ini." Katanya sambil mematikan alarmnya.
Tanggal 22 Januari. Chae Rim melihat tanggal di kalender di kamarnya. Sambil memasang jam tangan ke pergelangan tangan kanannya yang mungil.
"Aku tidak akan terlambat hari ini. Harus tetap semangat meski keberuntungan telah lama meninggalkanku." Katanya sambil membuka pintu rumahnya.
Ketika ia menuju pagar rumahnya ia melihat selembar kertas kecil terselip di antara pagar. "Hari ini hujan akan turun. Jangan lupa bawa payungmu."
Ia tersenyum membacanya." Hanya Tuan peramal cuaca lagi yg masih setia padaku."
Di lihatnya di kiri kanan jalan tidak kampak seorangpun di sana. Ia berbalik kerumah untuk mengambil payungnya.
Perkiraan cuaca dari Tuan Peramal cuaca jarang meleset jadi dia tidak ragu untuk membawa payung pada hari ini.
Meski sampai saat ini Chae Rim belum mengetahui siapa Tuan Ramalan cuaca dia tidak begitu ambil pusing. Ia telah berusaha mencari tahu namun hasilnya nihil. Jadi ia menyimpulkan sendiri bahwa Tuan Peramal cuaca adalah malaikat yg dikirimkan ayahnya padanya. Karena dulu ayahnya selalu mengingatkannya untuk membawa payung bila pergi keluar.
Chae Rim bekerja sebagai karyawan di sebuah perusahaan percetakan di Seoul. Hari ini ia berangkat lebih awal tidak seperti biasanya ia suka terlambat. Ia berjalan santai menuju halte bus sambil memegang kertas dari Tuan peramal cuaca. " Semoga kau tetap berada disini. Jangan menghilang seperti tuan pengirim surat yg hanya bisa menulis 12 surat untuku. Ia bahkan tidak pernah mngirimiku surat lagi selama 1 tahun terakhir. Dan mungkin tuan yg sering membayarkan ku makanan sudah bangkrut sekarang. Aku akan selalu berdoa kakimu tetap kuat sampai ke rumahku.
Bersambung.....

Mian banyak yg typo atau penggunaan tata bahasanya kurang bagus.
Komen ya biar bisa lebih baik dan kritikannya juga
Terima kasih sudah membaca cerita saya😁

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 05, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bold, Brain & LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang