Hal tersulit bagiku saat itu adalah bernapas dengan benar.
Bukan tertusuk pedang, bukan tersayat-sayat, bukan terhimpit batu.
Aku hanya merasa oksigen di sekitarku menipis dan paru-paru ini seperti kehilangan fungsinya.
Kuakui memang benar adanya, melepaskan sesuatu yang sudah melekat dalam diri sesulit berjalan di atas bara api.
Sesuatu yang kulihat setiap saat, menyambutku pulang setiap hari, memberiku makanan tanpa bertanya, menyelimuti tubuh tidurku tanpa berkata.
Aku mungkin tersenyum lebar untukmu yang akan kembali ke tempat seharusnya dirimu berada.
Aku mungkin bisa berpesan, hati-hati di jalan.
Tapi seluruh tubuhku bergetar, dadaku dilubangi, bukan main ngilunya.
Bohong, mereka yang bilang bahwa merelakan sesuatu bisa membuatmu merasa lega.
Tahik kucing, 'merelakan' yang kutahu tidak pernah membuatku sebahagia itu.